𝑇𝑅𝐴𝐺𝐸𝐷𝐼 0.5

25.6K 2K 22
                                    

Dua hari disini, Amber begitu tak betah. Padahal tokoh Venus adalah netral namun kenapa terus saja diusik. Entah yang keberapa. Amber kembali melepaskan beban tak kasat mata melalui nafas.

"Lo sakit?" Pertanyaan Sandra mengacaukannya.

Amber menggeleng. Kini ia berada dikantin bersama ketiga temannya. Belva, Sandra, dan Ura. Beruntung Venus masih memiliki seorang teman.

"Dari tadi lo kayak lagi ada masalah. Kenapa? Kak Ata lagi?. Yaudah sih, suruh siapa lo nyuri kunci motor dia. " Seloroh Belva.

Mengenai itu.. tadi sewaktu jam pelajaran Antariksa datang kekelas dan secara sopan minta izin pada guru untuk menemui Amber. Jelas diberi ijin, ohoo kan anak donatur.

Begitu tiba diahadapan Antariksa, Venus tau-tau sudah dihadiahi bogeman mentah. Cowok itu marah, sangat marah. Ia bahkan mengatakan, persetan dengan tubuh Venus karena kelakuan jiwa Amber benar-benar membagongkan.

"Ahk-" Amber melotot karena seseorang tiba-tiba menekan lukanya. Ketika menoleh ia semakin melotot.

Mau apa lagi bajingan ini.

"Obatin. Gue gak mau ada bekas luka satupun di tubuh" Ucap orang itu apatis.

Andai Amber dianugerahi ilmu santet, sudah ia cabik-cabik tubuh orang ini.

Gadis itu mendengus.

"Kak Ata kenapa Venusnya dipukul?" Ura bertanya dengan polosnya. "Kasian, daritadi ngumpatin lo kak," Ini Ura kelewat pintar ya. Amber memandang Ura horor. Teman Venus bukan sih? Kok mirip dajjal.

Antariksa tersenyum lebar. Amber sendiri sudah merapalkan doa minta selamat, kelakuan Antariksa tidak muluk kok, paling kloningan setan.


"Hai,"

Beruntung seseorang datang membatalkan pembantaian Antariksa.

"Venus kamu kenapa ninggalin kami sih," Gadis itu cemberut. Tanpa bertanya, gadis itu ikut mendudukan diri bergabung, diikuti kacungnya. "Oh hai kak Ata," Sapanya riang.

"Hai" Antariksa balas tersenyum tulus.

Serius, kenapa kalau sama dia Antariksa minim ketulusan. Ah sudahlah, tak penting.

Selanjutnya Amber acuh sembari menyantap makanannya, begitupun ketiga temannya yang lain mendadak cosplay jadi pajangan mampang.

"Aku iri dehh," Suara Yesya terdengar dramatis. Gadis itu mengerjab lucu memandangi Amber. "Venus bisa makan banyak tanpa takut gendut," Ucapnya sedih.

Nathan disebelahnya, menyodorkan sepiring makan siang kehadapan Yesya.

"Lo gak perlu iri," Sahutnya lembut. "Mau gemdut ataupun gak lo tetep cantik sya"

"Tapi aku harus jaga berat badan buat party kamu lusa," Yesya semakin sedih.

"Lo gak perlu diet. Dalam keadaan apapun lo tetap cantik Sya" Manis kali bibirmu nak Nathan. Amber sampai mau mokad mendengarnya.

"Iya, lo gak perlu diet," Kenapa Antariksa ikutan.

Oh, Amber lupa. Antariksa sengaja pura-pura akting tergila-gila pada Yesya guna menutupi incestnya. Segitunya ya mas.

Amber yang sedari tadi menyimak berubah kaku ketika kata-kata maut Yesya yang ia hindari keluar.

"Venus jangan habisin dulu!" Cegahnya. "Sebentar, aku masih bawa wasabi" Ia merogoh almaternya.

Sumpah. Siapapun bawa Amber keluar dari situasi ini. Ekspreksi tertekannya begitu kentara. Namun aura kuat dari tunangan Venus yang menguar seolah menekannya tunduk.

Belva yang berada disebelahnya, menggenggam tangan Amber menyemangati. Lalu tidak tahunya, ketiga temannya itu berpamitan lebih dulu. Memamg dasar.

"Kok gak ada ya?" Yesya terlihat bingung. Nathan disebelahnya dengan sigap ikut membantu.

Memanfaatkan situasi, Amber segera kabur darisana. Tidak peduli dengan Antariksa yang terkekeh oleh kelakuannya.

Begitu berhasil dari ancaman monster hijau, Amber memilih mengunjungi sebuah kelas IPS. Tempat Eros, mantan Belva berada. Semalam ia sudah menghubungi cowok itu, dan mereka sepakat untuk bertemu.

Siulan siulan menggoda tak dapat diindahkan ketika kakinya benar-benar berekspedisi menyusuri koridor IPS. Siapa yang tak kenal Venus si anak unggulan. Pin emas yang tersemat pada almaternya saja sudah cukup menjelaskan darimana gadis ini berasal. Tiba dikelas XI IPS E, Amber berhenti.

"Ngapain lo kesini?!?"

Ah ia lupa. Rainer juga berada di kelas yang sama dengan Eros.

"Kepo lo bocah prik," Ejeknya.

Rainer menggeram. Bocah tengik itu hendak membalas, namun Amber lebih dulu masuk kedalam kelas, membuatnya menggeram kesal.

"Misi Eros yang mana ya?" Tanyanya pada siswi yang sedang ngecircle. Salah satu dari mereka menunjuk bangku pojok tempat anak cowok berkumpul.

Ketika mendekat Amber bisa mendengar dengan jelas suara suara aneh yang terkesan laknat itu. Otak Amber tidak polos, jadi dia tau apa yang sedang mereka tonton.

"Ehm" Ia sengaja berdehem keras.

Hal itu sukses membuat atensi beralih padanya.

"Masyaallah bidadari nyasar,"

Mengabaikan beberapa pujian. Mata Amber hanya terfokus pada sosok yang ia cari.

"Lo Venus?" Eros masih tak percaya, seorang seperti Venus menghubunginya dan meminta sesuatu yang memang ia jajakan. Venus terkenal dengan image baik-baiknya, tapi Eros berusaha posthink saja. "Ini yang lo minta," Ia menyerahkan sebuah kunci.

"Beneran udah dimodif kan?" Amber memastikan.

"Sesuai yang lo minta."

"Udah gue transfer ya.."

***




Dewi fortuna ternyata sedang tidak mampir pada nasib Amber ternyata. Terbukti pulang sekolah ini dirinya kembali diseret oleh Nathan.

Sebelum berakhir sama seperti kemarin. Amber lebih dulu mencegat langkah lebar Nathan.

"Kalau lo mau ngajak kerumah lagi, noo gue sibuk." Ketusnya.

Nathan menampilkan wajah flat. Seolah kata-kata Amber tidak pernah terucap. Dia kembali meyeret pergelangan gadis itu, kali ini lebih kasar.

"Lepas sialan!" Amber terus berontak. Ia menendang tulang kering Nathan membuat cowok itu nyaris tersungkur.

Kali ini ekspreksi Nathan berubah tak bersahabat.

"Berhenti berontak," Ujarnya dingin. Ia berdiri menjulang persis beberapa langkah didepan Amber. "Hidup kita udah diatur. Pemberontakan lo cuma akan sia-sia dan merugikan." Nadanya begitu dingin menusuk.

Amber tak berkutik. Walau begitu ia tetap berani memandang tepat dimanik kelam Nathan.

Diatur ya? Diatur oleh keluarga. Cih mereka bukan tuhan yang bisa menentukan. Padahal niat Amber bukan itu, berkat usulan Nathan, mungkin Amber bisa mencobanya.

Berontak ya?. Kira-kira bagaimana reaksi keluarga Venus jika tau anak penurut mereka jadi pembangkang.

Tidak ada salahnya. Hitung-hitung bermain selagi menunggu jiwanya kembali.

"Berhenti jadiin gue kambing conge antara lo dan dia-" Tangan Amber menunjuk seorang gadis yang tengah berdiri tak jauh dari posisi keduanya.


To be contiuned
.
.
.

Untold Story Of CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang