𝑇𝑅𝐴𝐺𝐸𝐷𝐼 0.1

42.4K 2.7K 22
                                    

Mobil sedan putih terlihat berkendara ugal-ugalan ditengah jalan. Pelaku yang tak lain Amber itu terlihat menjatuhkan kepalanya pada stir. Sama sekali tidak mencerminkan etiket pengendara yang baik.

Kepalanya dipenuhi oleh kebingungan.

Kenapa? Kenapa Amber bisa berada dalam tubuh Venus Grivanbeer. Ia mengerang frustasi. Tak masalah menjadi gadis yang selalu tersakiti, karena Amber bisa mengobatinya. Tak masalah menjadi antagonis, Amber bisa mengubahnya. Sungguh Amber benar-benar tak masalah jika hanya menjadi pohon mampang, daripada harus menjadi Venus yang digilai tokoh gila menyerepet peri kehewanan.

"Why?!" Teriaknya. Ia membanting stir pada trotoar. Beruntung tidak ada pejalan kaki.

Gadis itu akhirnya memilih keluar dan berjalan sempoyongan. Kepalanya serasa akan pecah memikirkan masa depan.

Tubuhnya bergerak asal menuju halte yang sepi. Belum juga duduk tubuhnya sudah ambruk terlebih dahulu.

"Ahk-" ia terpekik merasakan  sengatan listrik pada betisnya.

"Ups! Sengaja,"

Amber mengangkat pandangan. Hingga ia bisa melihat sosok lelaki berseragam SMA tengah meniup moncong pistol listriknya.

Amber menggeram. Beraninya orang ini.

"Anj-" Belum juga mengumpat kilasan memori milik Venus asli seakan menyeberangi otaknya. Amber terpaku memandangi lelaki itu.

"Kayaknya pistol ini kurang bagus ya?" Tanya entah pada siapa. Dengan ringan, pemuda itu melempar pistol pada tempat sampah. "Not bad, lo bertahan kali ini,"

Mata Amber bergulir mengamati keadaan sekitar. Benar-benar sepi senyap, atau memang sudah disetting. Apapun itu, Amber harus segera melarikan diri dari orang gila ini.

"Karena adik tercinta gue ini tahan. Gue kasih lo kesempatan untuk lari. Satu, tiga-"

Mata Amber terbelalak. Jujur ia bukanlah gadis lemah penakut, namun keadaannya yang sekarang betulan tidak memungkinkan.

Dengan tertatih Amber menjauh darisana. Ia menyeret kakinya yang agak kebas sekuat tenaga. Entah kebetulan macam apa, sebuah taksi berhenti tepat didepannya. Tak menyiakan kesempatan Amber segera masuk kedalamnya.

Ketika didalam ia mencoba mengatur nafasnya yang memburu.

Tokoh tadi. Antariksa Grivanbeer. Kakak kandung Venus yang terobsesi pada adiknya.

Ini baru beberapa menit Amber menjadi Venus. Lantas bagaimana dengan beberapa  jam kedepan, hari kedepan bahkan tahun kedepan. Membayangkan segala penyiksaan atas tokoh Venus. Rasanya Amber memilih menjadi debu saja.






Sekejap mata, senyum pemuda itu sirna. Rautnya dingin. Ia memandangi penuh arti taksi yang sengaja ia siapkan. Bukannya menarik bermain dengan orang yang pernah mati suri?

***




Kalau kalian masih bingung biar Amber ceritakan.

Garis besarnya. Amber mati, lalu jiwanya terdampar pada tubuh Venus. Seorang tokoh dalam novel berjudul Untold.

Ketika membacanya Amber tidak dapat begitu baik menentukan tokoh protagonis ketika nyaris keseluruhan tokoh bersifat kejam. Protagonis wanita yang sifatnya polos ternyata memiliki pemikiran gila.

Tapi tentunya tak akan seimbang bila seluruh tokoh sinting. Maka dari itu hadir sosok Venus. Adik figuran yang merangkap menjadi tunangan male lead.

Venus bukan antagonis. Dia hanya gadis biasa yang amat disayangi kedua orang tuanya. Saking sayangnya, sampai mereka tak mengetahui kelakuan kakak kandung Venus yang incest.

Venus Grivanbeer. Gadis normal yang menyukai tunangannya. Ya sebatas menyukai tanpa melakukan hal keji. Bisa dibilang dia netral. Terbukti dirinya yang dengan mudah menyetujui pembatalan perjodohan. Andai mata male lead tidak picek dan lebih memilih Venus, pastilah konflik percintaan dan keluarganya takkan serumit itu.

Amber akui Venus nyaris sempurna. Anggun, cerdas, paras yang menawan, multitalent, baik, kaya, segalanya nyaris dalam genggaman. Sayangnya ia memiliki kakak incest sialan. Antariksa begitu bangsat.

Dan orang bangsat itu sekarang tengah makan dengan tenang disebelahnya dengan tangan yang menusuk-nusuk ringan paha Amber menggunakan garpu.

Antariksa begitu lihai memainkan ekspreksi. Lihatlah, tak ada satupun yang menyadari aksinya.

Amber tersenyum kesal. Moodnya untuk menyantap makanan mewah benar-benar hancur lebur.

"Venus," Lucian ayah dari Venus menyeka bibirnya. "Gimana hubungan kamu dengan Nathan?" Tanyanya.

"Biasa pa," Mati-matian Amber menahan umpatan. Anj Antariksa. Lelaki itu menusuk keras garpu pada paha. Mau melawan, tapi pasti rasanya akan awkard.

"Biasa?" Vanda, mama dari Venus mulai ikut pembicaraan. "Biasa tidak ada kemajuan atau biasa ada kemajuan?" Tanyanya. Sepertinya beliau begitu senang atas perjodohan ini.

Amber hanya mampu melempar senyum. Bingung harus menjawab bagaimana.

"Papa nggak akan maksa kamu nerima perjodohan ini. Kalau kamu nggak suka, it's ok. Kamu bebas bilang apapun ke papa" Jelasnya.

Amber tersenyum, Lucian betul menyayangi putrinya. Apa kabar orang tua Amber?

"Ata duluan." Seolah tidak terjadi apapun. Antariksa pergi meninggalkan ruang makan dengan tampang lempengnya.

Rasanya Amber ingin teriak meraung mengumpati pemuda itu. Pahanya dibuat lecet karenanya.

"Kamu kenapa Ven?" Vanda menyadari raut tak beres anaknya.

Venus menggeleng berusaha menutupi nyeri yang menjalar. "I'm fine, kalau gitu Venus juga duluan ya,"

Tunggu saja perubahan Venus, Antariksa!

To be continued
.
.
.

Untold Story Of CharacterWhere stories live. Discover now