𝑇𝑅𝐴𝐺𝐸𝐷𝐼 0.0

56.5K 3K 10
                                    

Alurnya masih berantakan

Happy reading
.
.
.


Amber Cessia. Gadis bercat rambut abu itu mendengus kesal. Tangannya yang tengah diborgol menjelaskan kekesalannya. Tak cukup sampai disitu, teman-temannya yang bernasib sama terlihat mulai meninggalkan jeruji besi. Hingga hanya tersisa dirinya seorang.

"Wali kamu tidak bisa dihubungi," Salah seorang polisi menghampirinya.

Amber bungkam. Itu karena orang tuanya tidak peduli.

"Whatever pak, ortu saya sudah mati." Ucapnya gamblang. Gadis itu sibuk meniup-niup rambut yang menghalangi wajahnya. Borgol sialan, hanya karena dirinya ribut sekali sampai harus diborgol begini lamanya.

Polisi tadi tidak menanggapi.

Keesokan paginya Amber terbangun. Masih dalam tempat yang sama. Dalam hati gadis itu menggerutu, kenapa teman-temannya itu lama sekali.

Lamunannya buyar akibat seorang petugas yang memberinya jatah makan. Lantas Amber segera menyantap makanan tersebut tanpa sedikitpun menaruh curiga. Ya, dimakanan itu terdapat racun.

Suapan terakhir, kepalanya serasa berputar. Secara alami tubuh Amber ambruk pada dinginnya lantai.

***


Dentingan jam memenuhi inderanya. Fokus yang semula lengang mulai dipenuhi suara memekakan. Kepalanya menoleh kesana kemari, lingkungan dimana ia berada kini benar benar asing. Saat itu juga ia berdiri.

Gadis yang tak lain Amber itu mengamati sekitar, sebuah lapangan tribun besar yang anehnya hanya dirinya seorang yang berada di bagian sini, sementara orang-orang berposisi tepat ditribun berlawanan. Ekpreksinya merumit.

Tiba dimana sebuah kilasan asing memasuki otaknya. Bak ada suara mendebarkan yang berpacu. Amber berlari tergesa menuju sebuah toilet umum yang termpampang jelas.

Gadis itu lantas menggeser sekumpulan gadis yang lebih dulu disana. Tanpa memperdulikan protesan, ia mematut diri pada benda yang memunculkan refleksi wajahnya.

"Seriously?"

To be continued

.
.
.

Untold Story Of CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang