Chapter 16 : Blue Apartment

76.6K 10.5K 173
                                    

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Hari yang melelahkan. Targetnya tidak lain adalah pria bernama Blue adalah pria yang gila kerja. Seharian Brianna di jejali banyak pekerjaan— berkutat dengan layar notebook menyelesaikan apa yang diperintahkan pria itu.

Baru saja tangannya menyentuh knop pintu, pelayan memberi tahu jika Jenderal Adnan memanggilnya.

Langkah Brianna menuju ruangan yang biasa ia gunakan untuk latihan bela diri. Ruangan luas yang hanya berisi matras, samsak dan beberapa alat olahraga.

Begitu Brianna masuk, rentetan peluru karet dari senapan angin menghujam tubuhnya. Memiliki kesigapan yang tidak diragukan lagi, Brianna menghindar— menumpukan kaki ke tembok dengan cepat dan bersalto agar peluru karet itu tidak melukai kulit mulusnya.

Ada sebuah meja, Brianna lari kesana kemudian menendang meja itu agar posisinya terbalik. Memposisikan meja tersebut sebagai tameng.

Brianna menarik napas, "Papa, ini tidak lucu—" Teriak Brianna masih menyembunyikan tubuh karena peluru karet itu masih mengarah padanya.

Hening.

Brianna menyembulkan kepala untuk mengintip saat rentetan peluru itu tidak lagi di tembakkan.

Mata Brianna membelalak saat pisau mengarah ke kepalanya, dengan gesit ia menunduk— kembali bersembunyi. Pisau itu menancap ke meja yang menjadi tameng Brianna.

Brianna berdecak, "Papa ingin membunuhku!?" Tidak habis pikir atas tingkah absurd papanya.

Mendengar bunyi derap langkah, Brianna keluar dari persembunyian. Tidak salah lagi, pelakunya adalah Jenderal Adnan.

"Papa tidak ada kesibukan, Amanda juga belum pulang." Ujar Jenderal Adnan dengan santai.

"Aku sedang tidak berminat bermain-main dengan papa." Brianna mendengus.

Begitu tiba di rumah, Brianna ingin berendam air hangat tapi justru harus meladeni Jenderal Adnan yang sedang kebingungan mencari kesibukan.

"Aku ke kamar dulu, Pa." Brianna membalikkan tubuh untuk keluar dari sana.

Jenderal Adnan mengikuti langkah Brianna. "Tidak seru. Apa hari ini melelahkan?" Ia bertanya sambil meneliti penampilan Brianna.

"Mata dan tanganku lelah. Seharian harus duduk di depan layar." Jawab Brianna sambil berjalan.

Entah apa misi yang sedang dikerjakan Brianna, tapi Jenderal Adnan tahu jika Brianna harus menjalani peran dengan baik selama melakukan penyamaran.

Double BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang