Benakku tak pernah lupa. Dengan paras yang pernah singgah kala itu. Senyum manisnya yang terhias bersamaan dengan lesung pipitnya yang mungil. Ketika tersipu, rona merah pipinya menjadi penghangat relung hati. Ketika gurauan di lontarkan dan senyum singgah di bibirnya, matanya yang kecil menutup membentuk sabit. Dia tak semenawan mawar merah di taman namun menarik seperti dandelion di padang. Ingin hinggap walau sekedar meniup dan menghilang. Namun, kenangan di sepersekian detik itu akan mencipta banyak kisah-kisah baru. Namanya masih tersimpan dalam ruang hati. Bahkan menguasai ruang kosong itu. Belum ada yang berhasil singgah dan menempatinya. Entah karena kenyamanan atau kesesuaian atau juga karena pesonanya yang tak pernah hilang. Sesal selalu hadir di akhir. Menutup kisah yang bahkan belum berakhir. Multitafsir menerjemahkan pertemuan masa itu. Akankah hadir kisah bahagia atau telah berakhir sejak awal?