[Todoroki Shouto | Bakugou Ka...

Von _uglyduck

17.6K 2.9K 349

[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan d... Mehr

[Disclaimer]
Chapter 1. Someone, Girls' Bet, and You-Ei
Chapter 2. Locker and A Cockroach
Chapter 3. Teenager
Chapter 4. Rat
Chapter 5. Uraraka and A Picture
Chapter 6. Sunny Sunday
Chapter 7. Bad Day
Chapter 8. Expectations
Chapter 9. (Another) Bad Day
Chapter 10. Aoyama, A Kiss, and The Rumor
Chapter 11. Stalker and A Secret
Chapter 12. Special Movie(s)
Chapter 13. Overcast
[𝐽𝑒𝑠𝑑 π‘“π‘œπ‘Ÿ 𝐹𝑒𝑛(?)]
Chapter 14. Aizawa's Assignment and A Thunderbolt
Chapter 15. The Informan and Sugar Lil Brother
Chapter 17. Nightmare
Chapter 18. Mental Breakdown
Chapter 19. Home (Isn't Always) Sweet Home
Chapter 20. Sentimental Trip (1)
Chapter 21. Sentimental Trip (2)
Chapter 22. Lost Feeling, Feeling Lost
Chapter 23. Phonecall
Chapter 24. Crumbles
Chapter 25. Good Person
[Author's Note]

Chapter 16. Half-Open Pandora Box

415 96 39
Von _uglyduck

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────

Istirahat sebelum jam terakhir mata pelajaran Sastra Bakugou gunakan untuk mencuci muka di toilet. Ia berdiri di depan wastafel sembari melihat bayangannya pada cermin. Cermin yang memanjang dihadapan Bakugou itu juga memantulkan dengan jelas pintu-pintu toilet di belakangnya.

Kamar mandi Yuuei--meskipun milik laki-laki--tidak menggunakan sistem kloset kencing yang berjejer. Mereka menggunakan kloset duduk yang sama seperti yang digunakan pada toilet perempuan. Bedanya, barangkali mereka tetap menggunakannya sambil berdiri untuk kencing. Tembok toilet Yuuei sepenuhnya dilapisi keramik, berwarna biru safir dengan beberapa gurat-gurat seperti kilat di langit pada permukaannya. Bakugou menyukainya karena warnanya tidak begitu berat, tetapi juga tidak begitu ringan. Enak dipandangi saat perlu ketenangan.

Sambil mencuci tangan, ia sesekali berpikir tentang jaket hitam tebal sebetis yang dikenakan oleh orang misterius dalam rekaman CCTV tempo hari. Pikirannya terus menjalar pada detail lain--yang sekarang sudah ia hafal--seperti topi hitam dengan polet garis putih di kepala orang itu, sarung tangan dengan tiga garis biru di ujung pergelangannya, celana hitam yang kelihatan sedikit ketat di bagian betis, atau sepatu bersemu merah yang orang itu dikenakan. Akan tetapi, semakin ia pikirkan, semakin hitam apa yang sedang ia cari.

Ia kembali menimbang ucapan Yaoyorozu, jika ia menyetujui Monoma untuk mencari di kelas A, ia akan cepat menemukan kebenarannya. Apakah orang itu siswa Yuuei atau bukan. Akan tetapi Bakugou juga khawatir, jika salah satu siswa kelas A yang melakukannya, lantas apa? Apa yang harus Bakugou lakukan kepada ornag itu? Apa yang akan Todoroki dan Midoriya--bahkan Shinsou, Sero, dan Kaminari--lakukan kepada orang itu? Bakugou berputar-putar pada pertanyaan yang sama. Bagaimana caranya untuk menghukum orang itu jika ia sudah menemuka--

"Shit!" Bakugou menggerutu saat ia sadar air membasahi ujung-ujung sweaternya.

Saat ia mengibas-ngibaskan tangannya, ia tidak sengaja menoleh ke arah kiri, mendapati seseorang tengah mencuci tangan pada wastafel paling ujung. Bakugou tidak tahu sejak kapan ada orang lain di sana atau apakah sebelumnya orang itu memang sudah di sana.

Melihat rambut merah pada kepala orang yang familier baginya itu mendadak membuat Bakugou mual, adrenalinnya tiba-tiba meninggi. Ia buru-buru membuka salah satu pintu toilet, menarik sedikit tisu dan mengelap tangannya. Tanpa bicara apapun, Bakugou segera berjalan ke arah pintu keluar, membukanya lebar.

"Gue enggak peduli."

Bakugou urung melangkah, ia menoleh kepada orang yang sedang mencuci tangannya. Jelas sekali pernyataan itu hinggap di telinganya, jelas sekali ia mendengar Kirishiman berkata 'Gue enggak peduli.' Di tempatnya, Kirishima mematikan keran air. Menoleh pada Bakugou yang tengah terpaku.

"I don't care anymore, Bakugou."

Bakugou merasa harus segera pergi dari sana, tetapi mulutnya malah terbuka dengan sendirinya.

"What the fuck do you mean?"

Kirishima memberinya tatapan yang terlihat meremehkan, "Lo enggak suka sama gue karena selama ini lo suka sama Todoroki, 'kan?" pemuda itu menelengkan kepalanya ke kanan.

"What the fuck?" Bakugou mengerjap saat mendengar pertanyaan Kirishima, "Berapa kali gue harus bilang sama lo kalau gue strai--"

Tawa kecil Kirishima membuat Bakugou mendadak bungkam, "Buat ukuran orang yang bilang kalau dirinya straight, lo keliatan gay banget buat Todoroki. Lo sadar itu enggak sih?" Bakugou di ambang pintu hendak protes, tetapi Kirishima kembali melempar senyuman yang tidak biasa.

"Jadi gue enggak peduli lagi, Bakugou." ia berjalan ke arah Bakugou, "Oh, menurut lo, kalau gue posting yang satu ini di You-Ei, gimana respons siswa yang lain, ya?" ia menyelipkan sesuatu pada saku sweater Bakugou, meninggalkan Bakugou yang berdiri kaku sambil memegang gagang pintu kamar mandi.

Pelan-pelan Bakugou merogoh saku sweaternya, menarik keluar apa yang Kirishima selipkan di sana dengan gemetar. Kertas licin yang ia kenali sebagai kertas doff membuatnya syok. Bentuk dan ukurannya sama, seperti kertas polaroid yang ia temukan di balik pintu lokernya. Seperti foto-foto cetakan yang tertempel di dinding dan pintu kamarnya tempo hari.

Bakugou tiba-tiba merasa kembali mual, terhuyung ia berjalan kembali ke arah salah satu toilet. Menutup dan mengunci pintunya dengan tergesa, ia langsung berlutut menghadap kloset. Memuntahkan sebagaian kecil makan siangnya yang tak lagi berbentuk. Susah payah Bakugou menggapai dan menekan tombol kloset, membiarkan isi perutnya memusar ke dalam kloset hingga hilang. Ia beranjak menutup kloset, duduk di atasnya sambil menarik tisu sepanjang mungkin. Ia membersihkan mulutnya sambil kembali memungut foto yang ternyata jatuh ke lantai.

Potretnya dengan Todoroki tengah berciuman di ruang ganti seminggu yang lalu ada di dalam foto itu. Kepalanya berdenyut nyeri. Apakah Kirishima ada di salah satu ruang mandi dalam ruang ganti waktu itu? Mengapa Kirishima bisa mengambil foto itu? Bakugou menggeleng sempurna, berharap semua ini hanya imajinasinya, tetapi kemudian ingatannya terlontar jauh ke belakang: Kirishima punya sebuah kamera polaroid. Kirishima sering mengambil gambar Bakugou asal-asalan, Kirishima senang mengambil fotonya.

Kepingan-kepingan lain dari berbagai ingatan seolah muncul dalam benaknya. Bayangannya melompat pada rekaman CCTV dari Kaminari. Jaket hitam yang tebal. Sarung tangan dengan garis biru di pergelangannya. Topi berpolet putih di bagian depan. Sepatu boots bersemu merah.

Semua itu milik Kirishima.

Kirishima memakai semuanya ketika siswa Yuuei mengikuti kemah musim dingin setahun yang lalu. Itulah mengapa Todoroki dan Midoriya juga merasa familier dengan jaket hitamnya. Itu sebabnya Monoma tidak menemukan pemiliknya di kelas lain.

Bakugou refleks berdiri, tergesa keluar kamar mandi untuk mengejar Kirishima. Pemuda itu masih ada tidak jauh dari sana, Bakugou mengejarnya. Menarik laki-laki itu ke tembok, meremas kerah kemeja Kirishima dengan keras. Matanya nanar melihat wajah Kirishima yang sama sekali tidak terkejut.

"Kenapa lo lakuin semua ini? Lo yang masukin foto-foto itu ke loker gue, lo yang posting foto gue ke You-Ei, lo yang jebak Uraraka, lo yang ancem Monoma, fuck, why Kirishima?"

Kirishima melempar pandangannya ke sembarang arah, "Semua gara-gara kesalahan lo sendiri."

Bakugou ternganga, isi kepalanya seperti dikocok-kocok. Bagian mana, sebelah mana, dan kapan ia pernah membuat kesalahan terhadap Kirishima? Bakugou menekan lebih keras kepalannya di kerah Kirishima.

"Gue punya kesalahan macem apa sampe lo bikin hidup gue susah kayak gini, anjing?!" di depannya Kirishima tertawa kecil.

"Kesalahan apa lo bilang?" Kirishima mengenggam pergelangan tangan Bakugou, "Lo udah mempermainkan perasaan gue dan lo masih nanya apa kesalahan lo? Bakugou, gue suka sama lo, tapi cuma karena satu kesalahan dari gue, lo langsung bilang kalau lo straight! Gue udah kasih lo kesempatan buat maafin gue dan gue enggak pernah dapet maaf itu dari lo, gue tahu lo jadi jijik sama gue tapi kelakuan lo sama Todoroki selama ini enggak ada bedanya sama apa yang udah lo dan gue laku--"

Bakugou menepis genggaman Kirishima, "Shut the fuck up you fucker! Gue enggak pernah nagpa-ngapain sama Todoroki! Gue enggak suka sama Todoroki! Gue enggak pernah suka sama lo! Gue enggak pernah suka sama laki-laki! Gue bukan gay! Lo yang maksa gue!" Bakugou menyimpan kedua tangannya di telinga, berjongkok dengan tiba-tiba, "Lo maksa gue! I beg you to stop that time! I beg you to sto--"

Kirishima di depannya ikut berjongkok, "Bohong." Kirishima menatapnya tajam, "Lo suka sama apa yang gue lakuin waktu itu, lo nikmatin banget apa yang gue lakuin waktu itu, lo suk--"

"K-Kacchan?" seseorang menginterupsi percakapan mereka, "Lo ngapain Kacchan sampe dia kayak gini?!"

Kirishima menoleh ke asal suara, Midoriya sudah berdiri dengan tatapan khawatir. Sahabat kecil Bakugou itu segera mendekati mereka, berjongkok di depan Bakugou setelah Kirishima berdiri. Bakugou belum berhenti gemetaran, tangannya masih menutupi kedua telinganya. Midoriya lantas menatap tajam ke arah Kirishima.

"Oh, jangan salah paham Midoriya, gue justru mau bantu dia." Kirishima mengambil sebuah foto polaroid di dekat kaki Bakugou, "Bakugou udah kayak gini pas gue ke sini. Dia pegang foto ini, anyway."

Midoriya mengambil foto yang Kirishima tunjukkan, melotot tidak percaya.

"Apa gue perlu lapor ke Aizawa Sensei, bro?"

"Ka--" Midoriya baru akan menjawab saat Bakugou di depannya meremas kencang lengan atas Midoriya, menggeleng kuat-kuat. Memberi isyarat pada Midoriya untuk tidak melaporkannya pada Aizawa.

Midoriya mengangguk, "Enggak perlu, Kirishima-kun. Lo sebaiknya langsung ke kelas aja," ia menatap Kirishima, "dan tolong rahasiain kejadian dan foto ini dari siapapun."

"Oke, gue serahin Bakugou sama lo kalau gitu, ya. Kalau perlu lo bawa aja balik ke asrama, biar gue bilang sama Aizawa sensei kalau Bakugou enggak enak badan."

Midoriya mengangguk, "Thanks, Kirishima-kun." Kirishima ikut mengangguk, membalik badan dan pergi dari sana.

Sementara Bakugou tidak tahan lagi, ia segera memeluk Midoriya setelah Kirishima pergi dari sana. Menangis sejadi-jadinya. Midoriya balas memeluknya lebih erat, sesekali mengusapi punggung Bakugou. Bakugou merasa dunianya mengerut sangat kecil, ikut membuatnya remuk. Ia tenggelam di tengah kekacauan dalam kepalanya, merasa semuanya gelap dan berat.

Gimana caranya gue keluar dari semua ini?[]

─────────────────────

Uh, why am I write this.

Biarkan aku break dulu sampai nanti malam 'kay!

Notes: Aku nulis bagian ini sambil enggak sengaja dengar Heavy-nya Linking Park (nangis).

--Bebek <3

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

4.9K 493 11
"Jatuh hati? pahlawan? penjahat? brengsek tugas ku adalah menangkapmu hidup atau mati! " "kejamnya~" OOC!!! . . . . . all photos cr : pinterest...
1.6K 294 32
Rona senja mengingkari ekspresi jingga, menarik impresi warna kelabu sebagai gradasi panorama. Namun, Caraka tetaplah esensi utama, pada selarut ra...
zwΓΆlf Wochen Von booa

Kurzgeschichten

4.5K 788 14
dua belas minggu dazai dan chuuya tinggal bersama.
235K 35.3K 64
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...