[Todoroki Shouto | Bakugou Ka...

By _uglyduck

17.6K 2.9K 349

[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan d... More

[Disclaimer]
Chapter 1. Someone, Girls' Bet, and You-Ei
Chapter 2. Locker and A Cockroach
Chapter 3. Teenager
Chapter 4. Rat
Chapter 5. Uraraka and A Picture
Chapter 6. Sunny Sunday
Chapter 7. Bad Day
Chapter 8. Expectations
Chapter 9. (Another) Bad Day
Chapter 10. Aoyama, A Kiss, and The Rumor
Chapter 11. Stalker and A Secret
Chapter 12. Special Movie(s)
Chapter 13. Overcast
[𝐽𝑒𝑠𝑑 π‘“π‘œπ‘Ÿ 𝐹𝑒𝑛(?)]
Chapter 15. The Informan and Sugar Lil Brother
Chapter 16. Half-Open Pandora Box
Chapter 17. Nightmare
Chapter 18. Mental Breakdown
Chapter 19. Home (Isn't Always) Sweet Home
Chapter 20. Sentimental Trip (1)
Chapter 21. Sentimental Trip (2)
Chapter 22. Lost Feeling, Feeling Lost
Chapter 23. Phonecall
Chapter 24. Crumbles
Chapter 25. Good Person
[Author's Note]

Chapter 14. Aizawa's Assignment and A Thunderbolt

433 93 3
By _uglyduck

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────


Tugas akhir semester untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dari Aizawa (menurut yang Bakugou dengar dari kakak kelasnya, Mirio) selalu dibuat menjadi tugas kelompok dan memang seperti itu. Aizawa sedang membacakan satu per satu topik esai yang harus setiap kelompok buat. Jumlah topik itu ada sepuluh, yang artinya setiap kelompok berjumlah dua orang--sepasang. Bakugou sedikit lega, karena jika membuat esai dengan lebih dari dua orang akan membuatnya sakit kepala.

"Tugas kalian tidak hanya membuat esai," Aizawa tiba-tiba menjelaskan, "topik utama kita tentang tempat-tempat legenda di Jepang. Jadi, setelah kalian membuat esai, kalian harus membuat prototype dari tempat legenda itu, err, semacam miniatur. Aku bebaskan segala macam teknis pembuatannya, termasuk bahannya. Miniatur yang sudah terkumpul nantinya akan disimpan di perpustakaan Yuuei."

Oh, no. Bakugou malah jadi sakit kepala. Dua orang harus menyusun esai dan membuat miniatur. Bakugou berharap pasangan kelompoknya tidak membuatnya harus memegang semua pekerjaan mulai dari riset, penulisan esai, hingga pembuatan miniatur hanya karena pasangannya orang malas semacam Mina.

"Mina Ashido," Bakugou tiba-tiba menoleh, "Ojiro Mashirao, kelompok lima. Topik Legenda Hagoromo." Bakugou menghela napas, bersyukur bukan ia yang menjadi pasangan Mina.

"Bakugou Katsuki," Bakugou terlonjak di bangkunya, kembali menoleh pada Aizawa.

Jangan Tsuyu, jangan Tokoyami, jangan Hagakure, jangan Aoya--

"Todoroki Shouto, kelompok enam. Topik Legenda Sai no Kawara."

Bakugou lantas berdiri dan menoleh ke belakang, mendapati Todoroki yang juga berdiri di belakang Midoriya. Tanpa pikir panjang, mereka langsung melakukan highfive tepat melewati kepala Midoriya. Pemuda dengan rambut bersemu hijau di bawah lengan mereka itu menggerutu.

"Curang! Kenapa bukan gue yang sekelompok sama salah satu dari lo berdua?!"

Shinsou dari bangkunya berseru, "Lo enggak mau sama gue, Midoriya?!" membuat Midoriya memekik, 'Ee--Mau, mau! Jangan ganti kelompok, please!'

"Ah, Todoroki sama Bakugou pasti perfect nanti dapat nilainya, Sensei!" Aoyama mengeluh.

"Teman-teman, kalau kalian semua mengerjakan dengan sungguh-sungguh pasti nilainya bagus!" Iida yang mencoba menenangkan suasana kelas malah mendapat seruan siswa lain.

"Stop, kalian mau mengerjakan tugasnya secara individu?" Aizawa mulai jengkel, pertanyaan itu membuat semua siswanya langsung menggeleng serentak.

"Good." Aizawa kembali bicara setelah kelasnya hening, "Yaoyorozu Momo, Iida Tenya, kelompok tuju--"

"Gah! Sensei! Mereka terlalu sempurna buat sekelompok!" tiba-tiba siswa lain berseru kembali.

Mereka saling memprotes kembali, "Sensei enggak adil ngacak namanya!"

Bakugou kemudian sadar kalau Aizawa tengah memijit kening saking stress-nya.

❅❅❅

"Ih, serem ah! Gue enggak mau survey langsung!" Kaminari kedengaran berseru dari posisinya.

"Tapi 'kan ada tour guide-nya." Sero memperlihatkan layar ponselnya, di sebelahnya Kaminari tetap tidak mau.

Bakugou yang mendengar percakapan itu refleks mengerutkan kening, "Emangnya harus disurvey?"

"Aizawa sensei bilang kalau mau sekalian survey enggak apa-apa. Asal hari Sabtu-Minggu." Sero mengacungkan telunjuknya di udara.

Bakugou membalasnya dengan anggukan dan deheman singkat--tidak tertarik.

"Lo mau survey?" Todoroki di sebelahnya mengalihkan pandangan dari layar laptop.

"Fuck, no! Jauh banget kalau harus ke prefektur Aomori dari sini. Naik bus bisa sebelas jam!" Bakugou memijit pelipisnya.

"Naik Shinkansen." bibir Todoroki melengkung ke atas, "Ada rekening bokap gue." katanya, berbisik pada Bakugou.

Bakugou menghela napas, "Damn it, gue enggak mau pokoknya, jauh! Cepetan cari lagi sumber legendanya!" Todoroki ikut menghela napas.

Mereka baru bergegas pulang dari perpustakaan empat jam kemudian. Bukan karena ingin, tetapi karena penjaga perpustakaan sudah mengusir--perpustakaan Yuuei hanya buka di hari Jumat, melayani sampai pukul sebelas malam. Buru-buru mereka menuju loker, menghindari bentakan Mrs. Chiyo yang terkenal super melengking. Di luar perpustakaan, Bakugou mendapati Midoriya dan Shinsou tengah berbicara dengan salah satu bawahan Monoma. Mereka bergumul di bawah lampu redup pada salah satu lorong yang biasa digunakan siswa menuju perpustakaan.

"Belum ada clue apa-apa?" Bakugou bertanya tanpa basa-basi saat menghampiri Midoriya.

Anak buah Monoma menggeleng, "Gue yakin itu bukan punya anak sini, Bakugou. Pemiliknya kemungkinan besar orang luar."

"Tapi pencarian lo baru sekitar depalan puluh persen, 'kan?" Todoroki duduk pada benteng pendek yang menghubungkan dua pilar kayu lorong.

Orang itu menggeleng, "Sembilan puluh, Monoma nyuruh semua anak buahnya nyari tahu tiap hari. Kita nyebar, tinggal satu kelas yang belum, sembilan kelas lainnya bersih."

"Senin ini jatuh tempo, 'kan?" pertanyaan Shinsou dijawab anggukan, "Jam berapa lo semua sanggup nyelesein pencarian?"

"Jam makan siang, jam sebelas."

Shinsou menoleh pada Bakugou, "Gimana?"

"Oke," Bakugou memasukkan tangan pada saku celana, "bilang sama Monoma jam sebelas temuin gue di Pojok Vending Machine, kalau udah siap." pemuda utusan Monoma di depannya mengangguk.

Bakugou juga mengangguk sekilas saat orang itu meminta izin untuk pergi. Tidak lama dari sana, Bakugou melihat Sero dan Kaminari baru keluar dari gedung perpustakaan. Di belakang mereka Iida menyembul, bergabung dengan Bakugou dan pergi ke arah komplek asrama bersama-sama. Dari kejauhan Bakugou sesekali melihat langit yang gelap, kilat menyambar satu-dua kali di sana. Lama-lama, suara gemuruh mulai terdengar. Bakugou jadi ingat tentang pesan singkat dari Masaru tadi pagi mengenai ramalan cuaca hari ini yang ternyata akurat lagi; prefektur Musutafu akan diguyur hujan petir di malam hari. Perhatiannya kembali teralih ketika Todoroki berlari kecil dari sebelahnya mendekati Shinsou dan Midoriya.

"Lo berdua mau survey tempat legendanya?" Todoroki merangkul bahu Shinsou.

Shinsou mengernyit, "Nagapain? Jauh, dude. Gue sama Midoriya survey via Youtube aja. Lagian Sabtu-Minggu jadwalnya Midoriya ketemu Uraraka, ya 'kan?" Midoriya di sebelahnya mendengkus dengan wajah merah saat Shinsou menoleh.

"Ih, enggak asyik lo!" Todoroki berpindah ke sebelah Sero, "Lo jadi ngesurvey?"

Alih-alih direspons Sero, Kaminari lebih dulu menggeleng cepat, "Enggak, enggak usah! Tempatnya angker. Mending enggak usah!" ia mengelus punuknya, membuat Sero memberi kedikan bahu kepada Todoroki.

Saat Todoroki kembali berjalan di dekat Bakugou, ia bisa mendengar Todoroki mengeluh pelan, "Kenapa sih, padahal kesempatan liburan."

"Liburan?" Bakugou mengangkat alisnya, "Bukannya rencana kabur dari Papi Enji, ya?" ia berbicara pelan di dekat telinga Todoroki.

Todoroki menjentikkan jarinya, "Nah, itu lo tahu. Kalau pergi 'kan lo juga bisa kabur dari Mami Mitsuki."

"Shit," Bakugou mendadak berhenti melangkah, "lo bener, mulai minggu depan nyokap gue full kerja dari rumah sampe bulan depan."

Todoroki ikut berhenti melangkah, "So?" ia tersenyum miring.

"Siapin kartu ATM bokap lo. Minggu depan kita ke Aomori." Bakugou ikut tersenyum miring.

"Deal." Todoroki mengulurkan tangan sambil kembali berjalan, meminta jabatan.

"Deal!" tepat ketika Bakugou menyambut tangan Todoroki, sekilas mereka melihat kerlip khas kilat yang disusul gelegar petir dalam jarak yang dekat. Ketujuh siswa 2A yang sedang berjalan menuju komplek asrama itu kompak memekik bersamaan. Mereka saling menutup telinga, kecuali Todoroki dan Bakugou yang terlihat masih berjabat tangan sambil menatap kaget ke arah langit.

"Astaga, lo berdua abis ngerencanain apa sih sampe gue harus denger petir kayak tadi?!" Sero menggerutu.

Bakugou dan Todoroki refleks saling berpandangan, "Menurut lo, itu blessing atau curse?" pertanyaan Todoroki membuat Bakugou berpikir keras.[]

─────────────────────

Hey.
Aku udah nyicil urusanku buat Januari nanti. Jadi, hari ini kita marathon lagi Suffocated, yuk!

By the waay, Book I: Suffocated sebentar lagi bakal selesai ᕦʕ •ᴥ•ʔᕤ setelah satu chapter ke depan, 'kotak pandora' Bakugou bakal kebuka dikit(?). Kita udah mau masuk puncak (yang sepertinya antiklimaks seperti tulisan-tulisanku yang lain wkwk) dan bakal mulai ke akhir setelahnya.

Sebelumnya, I thank you guys karena udah baca book ini. Aku senang kalau kalian nemuin book yang sesuai dengan selera, dan aku harap Book I dari Suffocating series ini salah satunya! Jangan lupa protokol kesehatan <3

--Bebek.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 318 19
Ketika satu naik, yang lain jatuh. Ini sesederhana itu. Dazai merindukan dan menyangkal sementara Chuuya baik-baik saja. Karya : skyFallenWishers Asl...
1.6K 294 32
Rona senja mengingkari ekspresi jingga, menarik impresi warna kelabu sebagai gradasi panorama. Namun, Caraka tetaplah esensi utama, pada selarut ra...
249K 36.9K 68
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
68K 2.1K 80
Kisah ini dimulai saat Naya menolong Arkan yang terlibat perkelahian di gang samping kompleks perumahannya, Naya yang menggangap Arkan menyebalkan la...