[Todoroki Shouto | Bakugou Ka...

Por _uglyduck

18.8K 2.9K 350

[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan d... MΓ‘s

[Disclaimer]
Chapter 1. Someone, Girls' Bet, and You-Ei
Chapter 2. Locker and A Cockroach
Chapter 3. Teenager
Chapter 4. Rat
Chapter 5. Uraraka and A Picture
Chapter 6. Sunny Sunday
Chapter 7. Bad Day
Chapter 8. Expectations
Chapter 9. (Another) Bad Day
Chapter 10. Aoyama, A Kiss, and The Rumor
Chapter 11. Stalker and A Secret
Chapter 12. Special Movie(s)
[𝐽𝑒𝑠𝑑 π‘“π‘œπ‘Ÿ 𝐹𝑒𝑛(?)]
Chapter 14. Aizawa's Assignment and A Thunderbolt
Chapter 15. The Informan and Sugar Lil Brother
Chapter 16. Half-Open Pandora Box
Chapter 17. Nightmare
Chapter 18. Mental Breakdown
Chapter 19. Home (Isn't Always) Sweet Home
Chapter 20. Sentimental Trip (1)
Chapter 21. Sentimental Trip (2)
Chapter 22. Lost Feeling, Feeling Lost
Chapter 23. Phonecall
Chapter 24. Crumbles
Chapter 25. Good Person
[Author's Note]

Chapter 13. Overcast

474 101 5
Por _uglyduck

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────


Masaru terus menyimak berita cuaca yang disiarkan dari radio mobilnya dengan serius. Cuaca di luar sangat cerah, lalu bagaimana si pembaca berita meramalkan akan turun hujan sore nanti? Bakugou yang membuka pintu mobilnya tidak membuat Masaru kehilangan fokus barang sedikitpun. Masaru lantas memberitahu Bakugou tentang prakiraan cuaca itu, di sebelahnya Bakugou tertawa.

"Mungkin mereka salah bacain skrip," Bakugou masih terkekeh.

Dari kaca spion, Bakugou bisa melihat Midoriya berlari ke arah mobil ayahnya. Ia membuka jendela mobil, melongokkan kepala sambil berseru 'Cepetan woy!' lalu tertawa. Masaru di sebelahnya hanya menggeleng.

Sambil terengah-engah Midoriya membuka pintu belakang, "Sorry Kacchan, nyokap gue err biasa," tangannya mengacungkan kotak bekal ukuran besar, "maaf Om, lama, ya?"

Masaru menggeleng, "Enggak, enggak, Katsuki juga baru masuk lima menit yang lalu." di sebelahnya Bakugou menggerutu.

Butuh waktu tidak sampai tiga puluh menit untuk mencapai Yuuei, Bakugou menghabiskan durasi itu untuk kembali membaca ulang materi Mt.Lady Sensei minggu lalu. Sementara ayahnya sibuk mengobrol dengan Midoriya.

Kadang-kadang Bakugou berpikir jangan-jangan ucapan Todoroki benar, mungkin ia dan Midoriya sebenarnya satu bapak karena Midoriya persis seperti ayahnya setiap kali mereka sedang mengobrol. Bakugou mendecih, teori sialan Todoroki membuatnya lupa sudah membaca materi di bagian mana.

Ketika mereka sampai di gerbang Yuuei, jamnya baru menunjukkan pukul setengah enam. Bakugou dan Midoriya melihat mobil Todoroki juga berhenti di depan mereka beberapa saat kemudian. Todoroki yang diantar Natsuo sempat menghampiri Masaru, Natsuo di sebelahnya ikut menyapa sebelum kembali ke dalam mobilnya dan pamit pergi lebih dulu. Masaru menyusul setelah beberapa menit mengobrol dengan Aizawa yang kebetulan menjadi pengawas gerbang hari ini.

Bakugou melihat satu-dua siswa sampai di gerbang super besar Yuuei di waktu yang bersamaan. Setelah Sero dan Iida bergabung bersamanya, mereka segera menuju ke komplek asrama. Sepanjang perjalanan Todoroki terus tertawa melihat barang bawaan Midoriya, di sebelahnya Iida berkali-kali menegur Todoroki. Beberapa menit kemudian barang bawaan itu sudah ada di tangan Iida yang berbaik hati membiarkan Midoriya melepaskan pegal tangannya sebentar.

"Bakugou, Bakugou!" dari depan Shinsou berlari ke arahnya, mengatur napas yang tersengal-sengal.

"Apaan?" Bakugou menatapnya heran.

Shinsou lantas menunjuk ke arah kamar mereka, "L-lo harus cepetan ke kamar, anjir, gue telepon lo, Todoroki, sama Midoriya dari tadi, kenapa enggak ada yang angkat?" ia lalu menegakkan tubuh, "Gah, pokoknya ke kamar lo dulu buruan, sekarang!" ia menarik tangan Bakugou supaya ikut berlari.

Mereka sampai di depan kamar Bakugou dengan sangat terkejut, pintu dan jendela Bakugou sudah dipenuhi dengan coretan cat dan piloks. Beberapa tulisan bisa ia lihat dengan jelas; gay, hypocrite, homo, liar--Bakugou memaksa dirinya untuk berhenti membaca. Saat ia mengedarkan pandangan, ada banyak sekali fotonya ditempel acak hingga menutupi pintu dan tembok kamarnya.

Ia melihat Jirou dan Aoyama mengeroki cat yang menempel pada jendela dengan cutter. Beberapa fotonya yang tertempel di sana sedang Kaminari cabuti satu per satu, di belakang pemuda itu Yaoyorozu memegang plastik sampah. Hagakure muncul dari arah belakang Bakugou membawa sebotol tiner.

"Bakugou, kagetnya nanti aja! Ayo bersihin dulu sebelum ada guru yang datang ke sini buat pemeriksaan!" seruan Hagakure cukup membuatnya tersentak.

Ia segera melepas tasnya, menaruhnya di pinggir dekat tembok sebelum ikut mencabuti foto-foto yang tertempel. Bakugou melihat Todoroki menelepon seseorang, meminta orang yang ia panggil untuk datang. Selang beberapa menit kemudian salah satu security asrama Yuuei muncul, membisikkan sesuatu pada Todoroki dan segera membantu Jirou dan Aoyama mengeroki cat pada kaca jendela. Bakugou berhenti mencabuti foto pada temboknya setelah ia melihat Todoroki dan Midoriya mengambil langkah lebar-lebar pergi. Tanpa pikir panjang Bakugou segera mengejar mereka, menyejajarkan langkah dan berusaha bertanya hendak pergi ke mana mereka.

"Monoma." Midoriya menjawab singkat, Bakugou ikut mempercepat langkah ketika dua rekannya itu berbelok ke arah area kamar Todoroki.

"Tapi guys, belum tentu Monoma yang--" Bakugou berhenti bicara saat ia melihat Monoma sudah duduk di atas kasur Todoroki, didampingi seorang security asrama Yuuei yang lain. Todoroki sempat berterima kasih pada security itu sebelum mengizinkannya kembali ke pos gerbang asrama.

Todoroki menutup pintu kamarnya, menyalakan lampu dan segera menghela napas panjang. Ia menarik kursi belajarnya, memosisikan diri di depan Monoma.

"Kenapa lo masih berani isengin temen gue?" Todoroki bertanya tanpa basa-basi, tetapi Monoma hanya diam.

"Todo--"

"Enggak, Kacchan, Monoma yang ngelakuin itu. CCTV gerbang asrama ngerekam Monoma balik tadi malem sambil bawa cat sama piloks. Kenapa lo lakuin itu semua?" Midoriya menyedekapkan tangannya, jengkel.

Bakugou keheranan, "What?" tetapi Monoma masih diam.

Todoroki berdiri dari kursinya, "Lo punya mulut, Monoma, lo bisa ngomong apapun dan gue bakal sabar buat dengerin cerita lo." tangannya meremas kerah baju Monoma dengan gemas sekilas.

"Gue," satu kata keluar dari mulut Monoma, "gue enggak bisa ngomong apapun sama lo bertiga. Bukannya salah satu dari lo bertiga, Sero, atau Shinsou yang harusnya ngaku sama gue?" matanya terlihat lelah saat melihat wajah Bakugou, Todoroki, dan Midoriya bergantian.

Midoriya mengernyit, "Ngaku apaan maksud lo?"

"Oke, kalau lo bertiga bersih, artinya Shinsou atau Sero yang ngancem gue." di depannya, Bakugou melirik pada Todoroki dan Midoriya bergantian.

"Tentang transaksi lo?" pertanyaan Todoroki dibalas anggukan Monoma.

"Shinsou sama Sero enggak mungkin ngelakuin itu," Bakugou memberinya komentar, "terus hubungannya sama kamar gue yang lo corat-coret apaan, anjir?!" ia melihat Monoma menghela napas kasar.

"Fuck, gue enggak paham! Someone was black mailed me!" Monoma memijit pelipisnya, "Terserah kalau lo mau percaya atau enggak. Gue dikirim file-file foto Bakugou sama cat dan semua piloks itu, kalau gue enggak mau ngikutin suruhannya, gue bakal dilaporin ke Cementos Sensei!" ia menatap Todoroki dengan tajam.

Bakugou menggeleng, ia benar-benar tidak ingin mempercayai semua perkataan Monoma. Tapi Monoma kelihatan sama frustrasinya dengan dirinya. Ia melihat Todoroki dan Midoriya sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari Monoma. Kontes tatap menatap itu selesai ketika Bakugou mengetuk kaca jendela kamar Todoroki. Serentak ketiga pemuda itu menoleh padanya.

"Oke," Bakugou menyedekapkan tangan, "gue percaya sama lo. Sekarang mending lo bawa temen-temen lo dan bantuin temen-temen gue bersihin kekacauan yang lo bikin di kamar gue."

"Tapi, Bak--" Todoroki protes, tetapi Bakugou menggeleng padanya.

Monoma terlihat panik, "Fuck, no! Bakugou, kalau orang yang ngancem gue ngeliat gue bantuin lo, gue bisa beneran dilaporin ke Cementos Sensei!"

"Itu gampang," Midoriya memegang dagunya, "karena Kacchan percaya sama lo, gue bisa bantu lo biar enggak ketahuan sama Cementos sensei meskipun orang yang ngancem lo ngelaporin."

"Lo enggak nipu gue, 'kan?" Monoma menatap Midoriya dengan sangsi.

Todoroki dari posisinya menggerutu sambil mengacak rambutnya sendiri, "Gah, oke gue ikutin kemauan lo, Bak, Mid." ia membuka pintu kamarnya, "Monoma, denger gue baik-baik, sekarang lo panggil dua kacung lo, ajak mereka ke kamar Bakugou dan bantuin temen-temen gue bersihin kamar Bakugou. Sampe bersih, lo paham? Sisanya--termasuk soal transaksi lo--biar gue, Bakugou, sama Midoriya yang atur." Monoma menagngguk setuju.

"Kasih kunci kamar lo sama gue. Di mana lo nyembunyiin semua barang transaksi lo sama bukti pembayarannya?" Bakugou bertanya sebelum Monoma melangkah keluar kamar Todoroki.

"Kamar gue, di bawah ranjang." Monoma merogoh sebentar sakunya, menyerahkan kunci kamarnya pada Bakugou sebelum pergi, ketiga pemuda itu lantas ikut keluar kamar Todoroki.

"Nice, Bakugou." Todoroki memetik jari saat mengunci pintunya, "Sekarang kita yang repot." ia menyeringai, membuat Midoriya dan Bakugou menghela napas.

"Lo pikir kamar lo bisa bersih dalam waktu setengah jam?" Midoriya tiba-tiba bertanya ketika mereka bergegas ke kamar Monoma.

Bakugou segera menghitung dengan jarinya, "Ada sembilan orang, ditambah security, kayaknya sempet." ia lalu mempercepat langkah.

Mereka segera membuka kamar milik Monoma sambil sesekali memperhatikan keadaan, memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. Setelah masuk ke dalamnya, Bakugou segera menutup gorden, mengunci pintunya dan mematikan lampu. Todoroki dan Midoriya merogoh masing-masing saku mereka, menyalakan lampu LED untuk penerangan. Bakugou mengikutinya.

"Damn it, gue enggak suka bau-bau anak kelas B!" Todoroki menggerutu di antara aktivitasnya bersama Bakugou mengangkat kasur Monoma.

"Tahan, tahan! Gue hampir dapet semua!" Midoriya berseru sambil merogoh bagian bawah kasur Monoma dengan tangan kirinya, "Shit, yang jauh banget di belaka--"

Baik Bakugou maupun Todoroki tidak bisa lagi mendengar jelas perkataan Midoriya, sebagian badan si Brokoli sudah masuk separuhnya ke bagian bawah ranjang Monoma. Tangan kirinya terus melempar satu per satu kotak rokok ke lantai, Bakugou sempat mendengar suara geraman Midoriya--yang ia tebak sebagai umpatan yang teredam kasur--sesaat sebelum Midoriya keluar dari bawah kasur.

"Holly shit, liat ada apa di sini, Kacchan, Todoroki-kun!" Midoriya mengangkat sesuatu yang ia temukan di bawah kasur Monoma.

Bakugou dan Todoroki melotot, "Goblok, dia pernah ena-ena di lingkungan Yuuei apa gimana?" Todoroki mengambil benda 'sakral' itu dari tangan Midoriya.

Todoroki mengalihkan pandangannya pada Bakugou dan Midoriya, "Oh, lo berdua mikir apa yang gue pikirin?" kedua pemuda di depannya sama-sama tersenyum miring.

❅❅❅

Monoma benar, sekitar pukul tujuh Bakugou mendengar kabar kalau Cementos Sensei menyambangi kamar siswa menyebalkan dari kelas B itu. Ia dengar pula jika Cementos Sensei tidak menemukan apa-apa selain beberapa bungkus camilan dan struk pemesannya. Monoma kemudian datang kembali kepadanya, Todoroki, dan Midoriya di tengah jam istirahat. Ia meminta kembali kunci kamarnya sambil bertanya pada Bakugou di mana rokok-rokoknya disembunyikan.

"Di bawah kamar mandi lo," Midoriya membuat gambaran kotak dengan jarinya di atas meja kantin, "keramik ke tiga dari kanan di bawah bath tub lo."

"Lo cukup congkel pelan-pelan keramiknya, semua barang lo ada di bawah sana." Bakugou mengangkat alisnya.

Monoma tersenyum lebar, "Thanks! Gue enggak tahu lagi kalau lo bertiga enggak bantu gue tadi pagi."

Todoroki berdehem, "Oops, tapi semuanya enggak gratis, Monoma." ia menyodorkan ponselnya, memperlihatkan sebuah foto.

"What the fuck?" Monoma hampir menggebrak meja, "Oke. Lo bertiga mau apa dari gue?"

"Gue denger lo punya semacam bawahan di setiap kelas," Bakugou menggeser foto pada layar ponsel Todoroki, "bantu gue temuin siapa yang punya salah satu dari barang ini. Gue bakal kirim fotonya ke lo, tapi inget, enggak boleh ada tahu soal ini. Lo cuma boleh ngerahin bawahan-bawahan lo dan mereka enggak boleh bocor sama sekali."

Monoma memperhatikan foto yang ada pada layar ponsel Todoroki, "Barang ini punya satu orang atau lebih?"

"Satu orang." Midoriya merespons.

Monoma mengangguk, "Oke, lo bertiga bisa andelin gue. Kasih gue seminggu."

Bakugou mengangguk setuju, "Inget sama omongan gue, lo dan bawahan-bawahan lo sama sekali enggak boleh bocor."

"Kalau sampai bocor, gue bakal bikin laporan anonim ke Cementos Sensei tentang 'balon' lo karena gue udah nyimpen barang sakral lo itu di tempat spesial dalem kamar lo." Todoroki tersenyum, tangannya menopang dagu.

"Fuck you, Todoroki." Monoma memajang cengirannya sambil menyisir rambut dengan jari, frustrasi.

Midoriya mengedikkan bahu, "Sorry Monoma-kun, lo harus patah hati karena Todoroki kayaknya lebih suka cewek daripada cowok."

"Huh? Sialan banget lo, ya." Monoma memukul pelan permukaan meja, ia lantas berdiri dan pergi dari meja itu.

Bakugou memperhatikan Monoma yang kembali bergabung dengan gengnya. Dengan begitu ia sedikit merasa ringan, setidaknya sekarang ia hanya perlu mencari tahu pemilik barang yang digunakan orang pada rekaman CCTV Kaminari dalam kelasnya. Ia kembali meneguk vanilla latte-nya dengan tenang.

"Emangnya lo nyimpen itu di mana?" Midoriya bertanya pada Todoroki yang mengunyah keripik kentangnya.

"Menurut lo?" Todoroki kembali memasukkan keripik pada mulutnya.

Midoriya kelihatan berpikir keras, "Plafon?" Todoroki menggeleng.

"Di bawah keramik lain?" Bakugou ikut menebak, tetapi Todoroki kembali menggeleng sambil sedikit tertawa.

"Terus lo nyimpen di mana?" Midoriya tidak mau menebak lagi.

Seperti diberi tontonan komedi, Todoroki mendadak tertawa, "Di bawah kaki lemarinya!"

Bakugou dan Midoriya saling melirik bingung.

"Gini, gini, pas lo berdua nyongkel keramik kamar mandi Monoma, gue nerusin nyari barang-barang lain di lemari Monoma. Terus pas gue nutup lemarinya, gue sadar kalau lemari itu diganjel pake kertas koran yang dilipet-lipet. Gue angkat sedikit biar gue bisa ambil ganjelannya, gue kurangin lebar korannya terus gue bungkus kond--balon itu pake koran, gue jadiin ganjelan lemari." Todoroki kembali tertawa.

"The heck--kalau sobek gimana?" Midoriya mengerutkan keningnya.

Todoroki menggeleng, "Itu bukan urusan kita lagi, Midoriya. Gue berani taruhan sebentar lagi Monoma bakal pesen barang itu lagi dari Mina--atau dari pacar lo--jadi enggak masalah."

Bakugou di depan mereka berdua tertawa kecil, "Gila lo, gue yakin Cementos Sensei atau Monoma enggak bakal pernah tahu di mana posisinya." Todoroki mengedikkan bahu di tempatnya.

"Oh," di tengah-tengah obrolan mereka Midoriya tiba-tiba tersentak, "Kacchan, prakiraan cuacanya bener, awannya mulai mendung!" ia menunjuk langit gelap yang perlahan menyebar merata.[]

─────────────────────

Hey!

Lima chapter hari ini aaaak! Bentar lagi kita sampe di akhir Book I--kalau konsis update lima chapter wkwkwk!

Hope u like it gaes <3 see ya di chapter selanjutnya! Jangan lupa sikat gigi, cuci kaki, dan cuci tangan sebelum bobo nanti!

Bebek <3

Seguir leyendo

TambiΓ©n te gustarΓ‘n

163K 12K 87
AREA DILUAR ASTEROIDπŸ”žπŸ”žπŸ”ž Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
728K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
17.8K 1.1K 6
Buku ini di tujukan untuk pembaca berumur 15 tahun ke atas! BoBoiBoy dan Fang mendapat misi untuk menjadi pasangan palsu agar dapat menyelinap ke dal...
818K 59.7K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...