[Todoroki Shouto | Bakugou Ka...

By _uglyduck

17.7K 2.9K 349

[Book 1/3 Suffocating Series] COMPLETED: 2020/11/30-2020/12/27 [Baca bab [Disclaimer] dulu buat keterangan d... More

[Disclaimer]
Chapter 1. Someone, Girls' Bet, and You-Ei
Chapter 2. Locker and A Cockroach
Chapter 3. Teenager
Chapter 4. Rat
Chapter 5. Uraraka and A Picture
Chapter 6. Sunny Sunday
Chapter 7. Bad Day
Chapter 8. Expectations
Chapter 9. (Another) Bad Day
Chapter 10. Aoyama, A Kiss, and The Rumor
Chapter 12. Special Movie(s)
Chapter 13. Overcast
[𝐽𝑒𝑠𝑑 π‘“π‘œπ‘Ÿ 𝐹𝑒𝑛(?)]
Chapter 14. Aizawa's Assignment and A Thunderbolt
Chapter 15. The Informan and Sugar Lil Brother
Chapter 16. Half-Open Pandora Box
Chapter 17. Nightmare
Chapter 18. Mental Breakdown
Chapter 19. Home (Isn't Always) Sweet Home
Chapter 20. Sentimental Trip (1)
Chapter 21. Sentimental Trip (2)
Chapter 22. Lost Feeling, Feeling Lost
Chapter 23. Phonecall
Chapter 24. Crumbles
Chapter 25. Good Person
[Author's Note]

Chapter 11. Stalker and A Secret

532 108 9
By _uglyduck

⌜𝙎𝙪𝙛𝙛𝙤𝙘𝙖𝙩𝙚𝙙 (adj.) 𝑓𝑒𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑝𝑒𝑑 𝑎𝑛𝑑 𝑜𝑝𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑⌟

─────────────────────


"Monoma enggak bakal ngebiarin lo berdua gitu aja, lo liat aja nanti dia bikin ulah apaan!" adalah kalimat yang Aoyama lontarkan sebelum mereka kembali ke asrama Jumat lalu dan seperti yang Aoyama terka, Monoma memang tidak berhenti di sana. Salah satu dari anak buahnya langsung membuat postingan terkait kejadian setelah pelajaran olahraga itu. Mereka bahkan menyeret Midoriya ke dalamnya. Membuat utas dengan topik, 'How gay are BK, TS, and MI would be?' dan pendiskusi pada postingan itu masih ramai tiga hari berturut-turut.

Namun, baik Bakugou, Todoroki, atau Midoriya sama sekali tidak terganggu. Mereka malah melihat Yaoyorozu yang jengkel. Perempuan itu berkali-kali menekan tombol report pada beberapa komentar dan postingan di You-Ei yang menyebarkan isu jika Todoroki, Midoriya, dan Bakugou gay. Sesekali Bakugou melihat Yaoyorozu yang kesal setiap kali gadis itu menemukan komentar serupa di sana. Beberapa menit kemudian Bakugou mendapati Yaoyorozu menyimpan ponselnya dengan kasar di atas meja.

"So what?" Bakugou memperhatikan Yaoyorozu yang menyilangkan tangannya di dada, "Gue enggak peduli kalau Bakugou gay atau bukan, atau Shouto gay atau bukan, atau Midoriya gay atau bukan, gue cuma enggak suka sama kebiasaan ejek-ejekannya anak Yuuei di You-Ei! Lagian ngapain coba si Monoma posting foto editan Bakugou sama Shouto lagi ciuman sih? Gue kesel sendiri jadinya!"

Bakugou dan Todoroki diam-diam saling melirik, jika ada Aoyama di sana, mereka sudah bisa bayangkan pemilik wajah semi western itu akan memutar bola mata sambil bilang, "I'm done with this bullshit!" dalam bahasa Prancis.

Jirou di sebelah Yaoyorozu menyempatkan diri menyeruput jus sebelum merespons, "Lo lebih keliatan kayak, 'Fuck gue enggak peduli karena gue juga suka sama Jirou jadi Shouto juga boleh suka sama Bakugou atau Midoriya in a fucking way.' Yao."

Wajah Yaoyorozu mendadak merah, ia lantas memukul lengan atas Jirou, "Bukan gitu! G-gue, damn it, kok gue jadi gagap?!" ia lalu menangkup pipi dengan kedua tangannya sendiri, merasa malu mendengar teman-temannya di meja itu tertawa.

"Eh? Kalian terjebak dalam hubungan macam apa sih sebenernya?" Shinsou mengernyit sambil mengangkat telunjuknya, "Jirou selirnya Yao, Bakugou sama Midoriya selirnya Todoroki, gitu? Orientasi kalian itu bisexual atau semacamnya?" ia menunjuk Yaoyorozu dan Todoroki bergantian.

Midoriya di sebelahnya terkikik, "Bukan, bukan, gitu--ppft! Ini complicated, Shinsou, lo enggak bakal bisa bedain mana suka karena 'love' dan mana suka karena 'sayang' kalau lo udah deket banget sama temen lo dari kecil!"

"Momo pernah coba cium Jirou saking bingungnya dia suka Jirou kayak dia suka ke gue atau bukan. Di depan gue." Todoroki menyuap sobanya ke mulut dengan cuek, sedangkan di depannya Yaoyorozu berteriak kecil menutup wajah.

"What the fuck?" Shinsou menatap heran pada Jirou dan Midoriya yang tertawa.

Bakugou mengedikkan bahu dari posisinya, "You know, sebenernya itu hal biasa. Lo mikir itu menjijikan karena sekarang lo udah gede." ia mengarahkan sumpitnya pada Shinsou, "Lo bakal ngerasain hal yang sama kalau lo inget dulu waktu SD pernah bilang mau nikah sama Sero sampe Sero nangis-nangis karena lebih pengen nikah sama guru kelas kita."

Shinsou terlonjak di bangkunya, ia refleks meremas rambut, "Fuck, gue enggak bakal inget sama kejadian itu kalau lo enggak ngomong." Bakugou, Todoroki, dan Midoriya yang mengetahui kejadiannya dulu tertawa.

"Gue ketinggalan apa?" Sero yang baru bergabung bersama mereka dengan nampan makan siang di tangannya duduk di sebelah Shinsou.

Shinsou lantas memegang bahu Sero, "Sero, please, sekarang gue udah sadar kalau gue suka sama lo dalem artian sayang sebagai sohib, oke? I love you but not in fucking way, oke? Jadi lo bisa nikahin guru SD kita yang dulu kapan pun lo mau, oke?" Shinsou menatapnya dengan serius.

Bakugou sudah tertawa saat melihat Sero ternganga, "Hah? Lo salah makan apa gimana, anjir?! Jauh-jauh dari gue sebelum otak lo sehat lagi!" pemuda itu kembali berdiri bersama nampannya, pindah tempat duduk di sebelah Jirou yang juga tengah tertawa.

Setelah berhenti tertawa Bakugou kembali menyumpit makan siangnya, perkataan Yaoyorozu mendadak membuatnya teringat dengan foto-foto di loker. Siapa sebenarnya yang menyebarkan foto itu sebelumnya?

❅❅❅

Dari seluruh siswa Yuuei, Bakugou sama abu-abunya dengan Todoroki dan Midoriya untuk menebak siapa yang sudah menyimpan foto-foto biadab itu di lokernya. Midoriya beberapa kali mengabsen nama-nama siswa yang ia curigai, tetapi Bakugou atau Todoroki selalu punya alasan mengapa siswa-siswa itu harus dicoret dari dalam list terduga. Bakugou ikut membuat teori, seperti kemungkinan itu semua pekerjaan Monoma karena dia tahu Bakugou selama ini mengetahui transaksinya. Ia juga memberitahu Todoroki dan Midoriya tentang semua orang yang ia curigai.

Kecuali Kaminari.

Tentang semua kecurigaannya pada Kaminari, Bakugou tidak pernah membicarakannya pada siapapun termasuk Todoroki dan Midoriya. Sebab semuanya belum ia yakini seratus persen. Untuk alasan pribadi, ia bahkan sengaja memberi pengelakan dan alasan rasional kenapa Kaminari harus dicoret dari daftar terduga saat Midoriya menyebutkan nama Kaminari.

Namun, untuk alasan yang sama, siapa lagi orang yang perlu ia curigai selain si Pirang itu--semenjak kejadian sakit perutnya dulu? Diam-diam sudah sejak lama Bakugou sering memperhatikan Kaminari. Ketua klub fotografi itu terkenal paling jago membuat proyek sinematografi dan manipulasi gambar. Hampir semua orang tahu keahlian editing fotonya dan besar kemungkinan Kaminari menjadi dalang di balik foto-foto Bakugou. Tapi, mengapa?

"Huh?" Bakugou melihat kening Kaminari berkerut, "Jadi, lo pikir gue yang manipulasi foto muka lo terus nyebarin itu ke You-Ei?" ia tertawa kecil.

Kaminari lantas menutup bukunya, "Kacchan, gue bukan satu-satunya orang yang bisa manipulasi foto di Yuuei. Lagian kenapa gue harus ngelakuin itu sama lo?"

"Kalau gitu bilang sama gue kenapa selama ini lo nguntit gue." Bakugou menyodorkan sebuah kamera CCTV portabel ke hadapan Kaminari.

"Oh," Kaminari mengambilnya dengan hati-hati.

Di depannya, Bakugou melihat Kaminari sama sekali tidak merasa tertangkap basah. Pemuda itu justru menampakkan binar-binar pada kedua bola matanya, membuat Bakugou sedikit bergidik ngeri. Ia masih diam sambil terus memperhatikan Kaminari mulai mengambil kartu memori yang terselip di dalamnya dengan ekspresi yang sulit Bakugou jelaskan.

"Lo tahu, berhari-hari gue nyari kamera ini dan ternyata lo udah nemuin ini lebih dulu! Butuh berapa lama buat lo nemuin posisinya?"

Bakugou memutar bola mata, terima kasih pada Shinsou yang memperlihatkan tempat menyembunyikan komiknya: Bakugou jadi mulai curiga pada bagian kecil plafon di atas celah kusen pintunya yang sedikit terbuka--seperti bekas congkelan.

"Gue kaget lo butuh waktu lama buat nemuinnya!" Kaminari berseru seolah itu bukan hal yang besar.

"Jadi bener selama ini lo nguntit gue?! What the fu--"

Bakugou belum selesai mengumpat tetapi Kaminari sudah menyimpan telapak tangannya di depan wajah Bakugou, "Sebentar, Kacchan. Gue pengen cek isinya." ia kemudian mengeluarkan laptopnya, memasukkan kartu memori itu pada alat pembaca kartu memori dan menyambungkannya pada laptop.

Bakugou tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, seharusnya ia sudah melumat habis Kaminari tetapi semuanya terlalu mengejutkan untuk Bakugou. Bagaimana bisa pemuda itu berlaga tenang dan merasa kalau merekam aktivitas seseorang di kamarnya bukan hal yang salah? Kaminari yang terlihat serius mengecek isi kartu memori itu membuat Bakugou merasa kesal sekaligus bingung.

"Kenapa lo ngelakuin semua ini?" Bakugou berdiri, menutup paksa layar laptop Kaminari, membuat Kaminari sedikit mengeluh.

"Damn it, Kacchan! Gue enggak ada maksud apa-apa, gue cuma pengen tahu keadaan lo semenjak kejadian di ruang ganti klub Taekwo--" ia segera menutup mulutnya dengan tangan, "M-maksud gue, gue--"

Bakugou di depannya mengerjap, "L-lo tahu?"

"Uh, Kacchan, g-gue enggak sengaja!" Kaminari mencabut kartu memori pada slot laptopnya, menatapi laptop yang tertutup itu dengan pandangan yang seolah sedang berkelana ke tempat lain, "Gue--"

"Apa aja," Bakugou masih berdiri, "apa aja yang lo liat waktu itu?" ia masih menatap Kaminari yang refleks menoleh padanya.

"Gue--gue liat semua," Kaminari menyangga badannya dengan lutut, tangannya menyangga di atas meja, ia menatap Bakugou dengan serius, "gue ngeliat semuanya!"

"Kacchan, m-maafin gue! Gue harusnya bantu lo waktu itu t-tapi gue enggak paham harus gimana! G-gue harusnya--fuck." Kaminari kembali duduk di tempatnya, "Sorry Kacchan. I really sorry."

Kaminari kembali menyimpan pandangannya pada permukaan laptop, menolak bicara lebih lanjut. Sementara Bakugou di depannya masih kehilangan kata-kata, ia kembali duduk dengan lengan di atas meja belajarnya. Menyangga kening dengan kedua tangannya. Kepalanya seolah berderu keras, seperti mesin-mesin pabrik yang dipaksa beroperasi tanpa batas. Bakugou menekan keningnya, kejadian itu adalah satu-satunya yang paling ingin Bakugou simpan rapat-rapat tetapi ternyata seseorang mengetahuinya. Ia menghela napas panjang, memejamkan sejenak matanya sebelum kembali bicara pada Kaminari.

"Kenapa lo enggak bilang sesuatu sama gue? Terus kenapa lo diem-diem ngerekam kamar gue?" Bakugou mencoba bertanya, tetapi Kaminari tidak menjawab.

"Ada orang lain yang tahu tentang kejadian itu?" kali ini pertanyaan Bakugou dibalas gelengan.

Bakugou kembali menghela napas, "Oke, Kaminari, balik ke kamar lo." Bakugou berdiri kembali, berjalan ke arah pintu dan bersiap membukanya, "Apapun yang lo liat waktu itu, please, just keep 'em with you." ia memberi punggung Kaminari tatapan letih.

Kaminari masih duduk di posisinya, ia perlahan menggapai ranselnya, memasukkan buku dan laptopnya ke dalam sana. Kaminari sama sekali tidak berkata apa-apa ketika ia berdiri, berjalan pelan ke arah pintu yang sekarang sudah Bakugou buka. Bakugou bisa menangkap kejengkelan di raut wajah Kaminari yang sama sekali tidak bisa ia tebak alasannya mengapa. Alih-alih menanyainya kembali, Bakugou memilih segera menutup pintunya saat Kaminari sudah ada di luar. Akan tetapi sebelum pintu benar-benar menutup, Kaminari menahannya dengan tangan.

"Ada yang mau lo omongin sebelum pergi?" Bakugou masih memegang erat kenop pintu.

Kaminari mengangguk, membuat Bakugou sedikit terganggu--Kaminari dengan 'diam' bukan hal yang biasa ia lihat selama ini. Kaminari sempat diam sejenak, kemudian membuka salah satu ritsleting samping ranselnya. Merogoh sesuatu dari sana sebelum mengeluarkan empat buah kartu memori dan menyodorokannya pada Bakugou.

"Gue yang kemarin pagi ada di depan loker lo," Kaminari menjatuhkan keempat kartu memori itu pada telapak tangan Bakugou yang sudah terbuka, "seseorang hampir setiap minggu masukin foto-foto semacam itu ke loker lo, gue enggak tahu itu siapa tapi dia mulai nyimpen foto-foto editan lo sejak semester awal. Tiap minggu gue ambil foto-foto itu sebelum lo nemuin semuanya."

Kenapa lo ngelakuin itu buat gue?

"Kenapa lo malah lari?" Bakugou menatapnya intens.

Kaminari memalingkan tatapannya, memasukkan tangannya ke dalam saku celana, "Gue panik--" ia terlihat menggigit bibirnya, "a-ah, itu hasil rekaman yang gue ambil dari lorong loker. Sesekali orangnya muncul, tapi mukanya tetep enggak keekspos." ia tiba-tiba menunjuk keempat kartu memori pada tangan Bakugou, mengalihkan topik pembicaraan.

"Oke, gue paham. Gue enggak bakal bilang cara lo buat stalking gue dengan alasan apapun itu bener." Bakugou melihat pemuda itu dengan serius, "Gue juga paham lo enggak bakal bilang sama gue kenapa lo ngelakuin semua ini buat gue, tapi thanks, Kaminari."

Bakugou menyender pada palang pintu, "Mulai sekarang lo enggak usah ngerasa bersalah karena waktu itu lo enggak nolongin gue--kalau itu yang selama ini lo rasain dan bikin lo sampe ngelakuin semua ini--tapi gue minta sama lo, apapun yang terjadi, dan kalau ada siapapun yang nanya tentang kejadian itu, lo enggak boleh bocorin semuanya. Lo harus keep semua itu termasuk tentang foto-foto di loker gue dari orang lain."

Kaminari kelihatan hendak protes tetapi Bakugou kembali bicara, "Gue enggak marah sama lo. Gue enggak perlu maafin lo juga karena lo enggak salah apa-apa. Gue tahu itu hal yang gede banget, tapi selama enggak bikin efek jelek buat orang lain di sekitar gue, biarin gue aja yang nyelesein atau nanggung semua. Termasuk lo, gue enggak mau lo kena masalah."

Bakugou memperhatikan Kaminari yang seolah sibuk memperhatikan sepatu kuningnya yang bercorak Pikachu. Ia lalu melihat Kaminari mengusap lengan atasnya sendiri dengan wajah yang kelihatan lesu. Bakugou mulai meralat pandangannya pada Kaminari selama ini, jauh di dalam dirinya ia tahu kalau Kaminari orang yang baik. Bakugou diam-diam mengakui kalau pemuda blonde di depannya itu tidak jauh berbeda dengan dirinya, they are always concerned about their friends. Jadi, kenapa Bakugou harus marah?

"Tapi tetep aja, Kacchan, maafin gue." Kaminari bicara sangat pelan hingga Bakugou hampir mengiranya tengah berbisik, "Kalau waktu itu gu--"

"Kaminari." Bakugou segera memotong ucapannya, "Liat gue, gue masih baik-baik aja sampe hari ini. Gue baik-baik aja. Jadi berhenti nyalahin diri lo sendiri." ia bisa melihat jelas air wajah Kaminari yang berubah lebih baik.

"By the way, sebaiknya lo jauh-jauh dari gue buat beberapa waktu sebelum lo kena gosip gay juga karena ketahuan sering mampir ke kamar gue." Bakugou meninju pelan bahu Kaminari, "Lo bisa minta Todoroki atau Deku buat ngajarin lo Matematika. Paham, Pikachu?" seringainya terpampang di wajah.

"Sorr--" Kaminari berhenti bicara seolah menimbang-nimbang harus berkata apa, "Thanks, Kacchan. Mulai besok gue bakal ganggu Todoroki. Please, take care!" katanya lagi pada akhirnya, ia sempat memberi senyuman lebar sebelum pergi.

Bakugou segera menutup kembali pintu kamarnya, lengkungan bibir di wajahnya sudah hilang. Matanya beralih pada kepalan tangan kanan yang ia buka pelan-pelan, sangat serius memperhatikan keempat kartu memori di sana.[]

Continue Reading

You'll Also Like

20.3K 1K 11
hari itu telah tiba, status azizah akan berubah dari seorang anak abi dan ummi yang sangat disayangi dan dimanjakan kini berubah menjadi seorang iste...
68.4K 2.1K 80
Kisah ini dimulai saat Naya menolong Arkan yang terlibat perkelahian di gang samping kompleks perumahannya, Naya yang menggangap Arkan menyebalkan la...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
29.2K 3.9K 29
Bakugo Katsuki adalah seorang murid yang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Tahun ini adalah tahun terakhirnya di sekolah tersebut ia berbaur...