DySam (After Marriage) [Sele...

Por DAPU49

1.3M 115K 11.9K

[Sequel Possessive Samudera] (Disarankan untuk membaca Possessive Samudera terlebih dahulu biar bisa nyambung... Más

DySam (bacotan author)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
[Hiatus]
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
👉👈
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Hai
Cerita Baru!!!
Cerita Baru!!!

36

13.7K 1.1K 123
Por DAPU49

Dyba dengan wajah berseri-seri membalik telur ceplok yang sedang ia goreng. Sarapan pagi ini nasi goreng dengan telur ceplok, sederhana tetapi entah mengapa Sam begitu menyukainya.

"Sayang, ini apaan?!"

Dyba membalikkan badannya sebentar menatap Sam yang tengah memegang kotak. Dyba mengulum senyumnya sambil menggidikkan bahunya. "Gak tau, buka aja."

Sam mendekat ke arah Dyba, kotak itu ia letakkan di meja makan. "Tapi, ini dari kamu kan?"

"Dari setan."

Sam memeluk tubuh itu dari belakang. "Yang bener atuh Dy, aku takut entar kalau isinya santet gimana?"

Dyba memutar bola matanya malas, ia mengangkat telur ceplok itu. "Emang ada orang yang bisa masuk kamar kita selain aku?"

Sam menggeleng, ia mencium rambut Dyba. "Enggak sih. Aku juga tadi nemuinnya di lemari."

"Ya udah, di buka aja."

Sam membalikkan tubuh Dyba, ia menyampirkan anak rambut istrinya ke belakang telinga wanita itu. "Tapi jawab dulu itu dari kamu kan?"

Dyba mengecup bibir Sam sekilas. "Iya sayang."

Sam tersenyum, ia melepas tangannya dari pinggang Dyba. Dengan langkah riang ia berjalan ke meja makan dan menarik salah satu kursi di sana. Dyba mengikuti Sam sambil membawa dua nasi goreng di tangannya.

"Dy, aku buka ya?"

Dyba duduk di depan Sam, ia menganggukkan kepalanya. "Hati-hati, jangan kaget nanti. Boneka Chucky loh isinya."

Mata Sam membulat, tangannya terhenti untuk membuka kotak itu. Ia menatap Dyba tidak percaya. "Dy, jangan main-main!"

Dyba tertawa. "Udah, buka aja."

Sam dengan perlahan membuka kotak itu. Saat melihat isinya ia langsung menjauhkan kotak itu. Tetapi, sedetik kemudian ia tersadar dan mengambil kotak itu sambil memperhatikan barang-barang yang ada di dalam kotak itu.

"Sayang ...."

Dyba tersenyum dan mengangguk saat Sam menatapnya sambil mengacungkan salah satu testpack.

Sam menatap Dyba masih dengan raut tidak percaya. "Dy, serius?"

Dyba mengangguk-anggukkan kepalanya. Tatapannya mengikuti langkah Sam yang berjalan ke arahnya sambil tetap membawa testpack. Senyum Dyba mengembang dengan sempurna saat melihat Sam berlutut dan menatap lurus perutnya.

"Aku beneran bakalan jadi ayah?"

Dyba menangkup pipi Sam. Ia menatap mata itu sambil tersenyum hangat. "Yes daddy."

Dyba tersentak saat Sam langsung menarik tubuhnya ke dalam pelukan lelaki itu. Ia tertawa saat merasakan ciuman Sam yang menghujam seluruh wajahnya.

"Sam, stop, ini geli."

Sam melepas ciumannya, ia menatap mata biru Dyba dengan lamat. "Kecebong aku udah membuahkan hasil Dy? Ini bukan mimpi kan?"

Dyba menepuk pelan pipi Sam. "Enggak mimpi sayang. Kamu bakalan jadi ayah."

Sam mengangkat tubuh Dyba, ia memutar-mutar tubuh itu. "Dyba, ini hari spesial banget untuk aku!"

"Udah-udah, aku pusing Sam."

Sam menghentikan putarannya itu. Ia tetap menggendong Dyba, membawa tubuh itu untuk duduk di meja makan, untung saja meja makannya berasal dari bahan kayu.

Sam berlutut lagi di hadapan Dyba, ia mengangkat kaus Dyba hingga perut itu terlihat. Perut yang pernah menjadi sasaran kemarahan dan kecemburuannya sekarang bisa menjadi tempat untuk anaknya tumbuh. Anaknya berada di dalam sana, ia berjanji akan melindunginya.

"Hai anaknya ayah." Dyba tersenyum haru, ia mengelus-elus rambut Sam.

"Anaknya ayah di dalam lagi ngapain sih? Berapa lama lagi kamu bakalan ketemu sama ayah? Nanti kita bakalan main bola, kalau mau nanti kita bikin lapangan bola sendiri."

Dyba terkekeh, ia menghapus air matanya yang sudah keluar dari sudut matanya. "Yakin banget ya cowok?"

Sam melirik Dyba sekilas. "Kalau gak cowok gak papa, biar dia jadi pesebakbola perempuan, kan keren Dy."

Dyba menggeleng-gelengkan kepalanya. "Emang maunya kamu apa? Cewek atau cowok?"

Sam mencium perut Dyba yang masih rata itu dengan lama. "Apapun yang ada di sini pasti bakalan aku terima." Sam menatap Dyba lagi, tetapi tangannya mengelus-elus perut Dyba. "Jadi, yang dimaksud Airin kejutan itu ini?"

"Mungkin aja."

Sam mendongakkan kepalanya, ia tersenyum. "Bidadari surganya ayah, keinginan kamu biar dapat adek terkabul, bentar lagi kamu jadi kakak. Makasih udah nguatin ayah sama bunda di sini."

Dyba ikut mendongakkan kepalanya. "Hai anak cantiknya bunda yang di sana. Kemarin kamu nagih sama bunda biar cepet punya dedek kan? Ini udah ada. Airin jangan cemburu ya sama dedek, Airin bakalan tetap jadi malaikat terbaik di hati ayah sama bunda."

Sam berdiri, ia menghapus air mata yang menetes di pipi Dyba. "Jangan nangis, entar Airin marah loh sama kamu." Dyba tersenyum, ia mengangguk.

"Jadi, gimana kok kamu bisa tau kalau kamu hamil?"

Dyba mengalungkan tangannya di leher Sam. "Jadi, kemarin tuh ...."

Flashback on ....

"Putri bunda hebat, kamu pasti bisa nerima semua ini."

Tubuh Dyba menegang mendengar itu, ia melepaskan pelukan Anita dengan paksa. "Bun, maksud bunda ngomong gitu apa? Dy gak kenapa-kenapa kan?"

Anita tersenyum tipis tanpa menjawab pertanyaan Dyba. Dyba ganti menatap Rahma yang berada di samping ranjangnya juga. "Kak, Dy gak kenapa-kenapa kan?"

Rahma menggelengkan kepalanya, ia tersenyum. "Tanya sama Gege tuh."

Dyba menatap tajam Gean. "Abang! Dyba kenapa? Jangan buat Dyba berpikiran macem-macem gini!"

Gean mendekat ke arah Dyba, ia berbisik, "Hai calon bunda."

Mata Dyba membulat, nafasnya seketika berhenti, ia menatap Gean tidak percaya. "Maksud abang?"

Gean memeluk tubuh Dyba. "Aaa, abang bakalan punya keponakan. Sekarang, untuk lebih akuratnya ke kamar mandi sana, udah ada tiga testpack. Tadi dokter ngomong kamu hamil, tapi biar kamu buktiin sendiri kamu ke kamar mandi aja, coba sendiri buktiin."

Tubuh Dyba masih kaku, ia seperti belum mencerna apa yang terjadi. Tarikan dari Gean agar ia berdiri membuat Dyba mau tidak mau mengikuti langkah abangnya itu.

"Masuk, abang tunggu di luar. Kalau gak mau percaya hasilnya sendiri, nanti tunjukin aja bunda." Dyba hanya mengangguk.

Dyba memasuki kamar mandi kamarnya dan menemukan tiga testpack seperti yang dikatakan Gean. Dyba mengambil salah satu testpack, membaca panduan pemakaiannya dan matanya mengerjap perlahan.

"Ini gue beneran harus nyobain ini? Kalau hasilnya negatif kayak mana?" gumam Dyba sambil melihat pantulan dirinya di kaca kamar mandi.

Dyba menghela nafas panjang, ia membuka bungkus testpack dan mengikuti panduan yang tertera di bungkusnya. Setelah selesai Dyba langsung menggenggam, ia tidak berani membuka hasilnya sendiri walaupun Gean sudah berkata seperti itu.

Dyba keluar dari kamar mandi dan langsung memberikan testpack itu kepada bundanya. "Bunda aja yang lihat, kalau memang positif baru tunjukin ke Dy," kata Dyba sambil duduk di pinggir ranjang.

Anita menerimanya dengan senang hati, ia menunggu beberapa menit sambil memperhatikan tingkah putrinya yang gelisah.

"Garis dua Dyba!" Pekikan dari Rahma itu membuat Dyba yang tadi menundukkan kepalanya langsung mengangkat kepalanya.

Dyba menatap bundanya. "Nda, beneran garis dua?"

Anita tersenyum sambil mengangguk. Ia memperlihatkan hasil testpack itu dan diterima Dyba dengan tangan bergetar. Dyba menutup mulutnya, masih tidak percaya.

Dyba menatap bergantian ketiga orang yang ada di kamarnya. "Ini beneran hasil Dyba kan? Ini gak salah kan?"

"Mau buktiin lagi? Kan masih ada dua di kamar mandi, cobain aja semua."

Mendengar perkataan Gean itu Dyba mengangguk, ia langsung berlari ke kamar mandi dan mencoba dua testpack lainnya.

Beberapa menit berdiam diri di kamar mandi Dyba melihat hasil kedua testpack itu. "Sam! Kita punya anak!"

Flashback off ....

***

Sampai jumpa di part selanjutnya
(❁´◡'❁)

Jangan lupa vote and comment
Terima kasih yang udah mau baca, vote, and comment cerita ku ♡♡

17 Desember 2020

Seguir leyendo

También te gustarán

134K 4.1K 41
"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengand...
7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
837K 61.6K 32
"Jangan pecicilan, kasian anak saya." "Mau gantiin hamil?, lo kira enak bawa anak kemana mana."
9.9K 232 41
Menikah dengan Naufal adalah salah satu hal yang tidak pernah Melody bayangkan. Bagaimana mungkin dia menikah dengan seorang kakak kelas di sekolah n...