Once Upon A Time

By Sweet_girl77

53.7K 4.9K 293

Cedric membungkukkan tubuh, mendekatkan mulut ke arah telinga wanitanya. "Once upon a time, I meet a woman. S... More

One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight - END

Ten

2.1K 202 9
By Sweet_girl77

Tavisha tidak bisa berkonsentrasi pada acara pernikahan sahabatnya yang sedang terjadi di depan sana. Fokusnya kini benar-benar terpecah karena seorang pria yang duduk di kursi tak jauh darinya. Pria itu terus saja memandangi dirinya tanpa berniat untuk beralih.

Begitu upacara pernikahan selesai dan para tamu beranjak dari duduknya, Tavisha langsung menghampiri Cedric yang kini tengah menaikkan sebelah alis seolah menanti wanita itu untuk mengutarakan sesuatu.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan ?!" Tavisha menyuarakan rasa frustasinya kepada Cedric dengan suara tertahan. Untung saja mulutnya bisa menahan keinginan otaknya untuk berteriak kepada pria kurang ajar yang berada di depannya ini.

Masih dengan wajah santainya Cecdric memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. "Aku hanya menghadiri acara pernikahan rekan kerjaku. Apa ada yang salah dengan itu ?"

Tavisha mendesis dan semakin menajamkan pandangannya kepada Cedric. "Aku juga tahu! Yang aku tanyakan adalah ini." Tavisha menunjuk mata Cedric dengan jari telunjuknya. "Apakah matamu itu tidak bisa menatap ke arah lain selain diriku tadi ?"

Cedric terkekeh. "Kedua mata ini adalah milikku, Tavisha. Aku rasa, kau tidak berhak untuk memerintah mataku untuk diarahkan kemana." tentu saja kalimat itu membuat Tavisha geram. Wanita itu lalu memilih untuk berbalik, lebih baik ia meninggalkan Cedric daripada semakin emosi dan menambah kadar kemarahannya.

"Mau kemana ?" tangan Cedric yang langsung mencekal tangan Tavisha dan membuat wanita itu kembali menatap ke arahnya. "Kenapa memangnya ? Kedua kaki milikku ini ingin membawaku pergi menjauhimu. Kau tidak berhak untuk mengatur kakiku, Tuan." setelah mengatakannya, Tavisha menghentakkan tangannya dan berlalu meninggalkan Cedric.

..........

Tavisha membuka kedua matanya yang masih lengket dengan perlahan. Setelah menyesuaikan cahaya yang berada di kamarnya, akhirnya ia bangkit dari kasur dan membuka tirai jendela. Matanya langsung menyipit tatkala sinar mentari langsung menerpa.

Ah, ternyata hari sudah siang. Padahal rasanya ia baru saja memejamkan kedua matanya tadi malam.

Tavisha menguap sembari meregangkan tubuhnya yang baru saja mendapatkan istirahatnya malam tadi. Wanita itu berniat untuk masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri ketika suara bel pintu kamarnya terdengar.

Dahi Tavisha mengerut, pertanda kebingungannya akan tamu yang baru saja menekan bel pintu. Dengan langkah ragu ia melangkah ke arah pintu untuk membukanya. Sebelum membuka pintu, Tavisha menilik ke arah lubang pintu untuk melihat siapa kah gerangan yang menjadi tamunya.

Saat melihat siapa yang kini tengah berdiri di depan pintunya, mood Tavisha langsung turun seketika. Ia menggeram kesal sebelum membuka pintu dan mendapati senyum menyebalkan yang terpasang di wajah sang tamu yang tak lain dan tak bukan adalah Cedric.

"Kebiasaanmu bangun siang ternyata belum berubah." tanpa dipersilahkan oleh sang pemilik kamar, Cedric masuk begitu saja. Hal itu membuat Tavisha semakin geram. "Scusme, ini kamarku dan kau tidak boleh masuk begitu saja ke dalam kamar milik orang lain."

Cedric menoleh ke belakang dengan menaikkan sebelah alisnya. "Apakah aku harus kembali ke depan dan bertanya apakah aku boleh masuk, begitu ?" Tavisha memutar bola mata. "Terserahlah, aku lelah berhadapan denganmu. Aku mau mandi."

Cedric memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana lalu berkata, "Apa kau sengaja mengatakan itu untuk menggodaku ?" Tavisha yang sibuk dengan kopernya untuk mengambil baju ganti membalas, "Apa maksudmu ? Aku sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun yang mengandung indikasi menggodamu, Mr.Cedric."

Beberapa saat berlalu sampai akhirnya Tavisha menemukan pakaian yang hendak ia pakai. Wanita itu kemudian berdiri dan memutar tubuhnya lalu mendapati Cedric yang ternyata sudah berdiri begitu dekat dengan dirinya. "What are you doing ?"

Cedric tidak menjawab dan malah menyeringai kecil. Ia kemudian menunduk untuk mendekatkan mulutnya pada telinga Tavisha. "Mandi, kau mengatakan kata itu."

"Memangnya ada yang salah dengan kata itu ? Aku memang ingin mandi." balas Tavisha yang masih saja tidak mengerti.

"Menurut pengalamanku selama ini, jika para wanita mengatakan kata itu kepadaku, berarti mereka mengajakku untuk melakukan hal yang sama bersama." penjelasan Cedric kali ini akhirnya membuat Tavisha mengerti. Kedua mata indah wanita itu langsung melotot dan tangannya bergerak mendorong dada kokoh Cedric. "Aku bukan wanita-wanitamu, Cedric. Jadi jangan samakan aku dengan mereka. Aku memang murni ingin mandi."

Cedric terkekeh kemudian memundurkan tubuhnya. "Baiklah, aku mengerti. Please, have a shower then. Aku akan menunggumu."

Tavisha diam-diam bernapas lega saat mendapati Cedric tidak melanjutkan godaannya. "Untuk apa menungguku ?"

"Breakfast. Kita akan sarapan bersama."

"Dan sejak kapan aku menyetujui ajakanmu itu ?"

"You already know me, Tavisha. Aku tidak suka penolakan." Tavisha mendapati pandangan Cedric yang berubah dan jujur, pandangan Cedric yang seperti itu sedikit mengundang rasa takutnya. Akhirnya Tavisha memilih untuk tidak membalas dan melangkah ke kamar mandi.

"By the way, Tavisha."

"Apa lagi ?!"

"Nice bra. Aku yakin, bra hitam itu akan membuatmu semakin seksi." Tavisha rasanya menyesal sekali telah meluangkan waktu untuk mendengarkan kalimat Cedric barusan. Wanita itu pun melanjutkan langkahnya ke dalam kamar mandi dan langsung membanting pintu dengan keras.

Lalu sebagai pemanis, Tavisha berteriak, "Dasar mesuum!"

Cedric terkekeh. "Well, I am."

..........

Tavisha memandang ke sekitarnya sekali lagi sebelum menghembuskan napas kasarnya. Hal itu tentu saja menarik perhatian Cedric yang tengah menikmati kopi hitamnya. "Ada apa ?"

"Kau terlalu menarik perhatian, Cedric. Aku tidak suka." ucap Tavisha jujur. Wanita itu tidak tahan untuk mengungkapkan rasa tidak nyamannya sedari mereka masuk ke dalam restoran ini. Cedric menatap Tavisha sebentar sebelum menurunkan gelas kopinya dan meletakkannya kembali ke atas meja. "Aku pikir, kau sudah pernah mengalami hal ini bukan ? Waktu kita bersama di New York."

Tavisha menggeram sembari menyugar rambutnya kasar. "Ya dan ini menjadi salah satu alasan kenapa aku tidak suka jika kita bersama."

"Oh ya ? Kalau begitu apa alasan yang lainnya ?" balas Cedric santai.

"Kau menyebalkan, arogan, kurang ajar, mesum, dan masih banyak lagi." ujar Tavisha menggebu-gebu. Bukannya tersinggung, Cedric malah tertawa. "Astaga, baru kali ini ada perempuan yang menyebutku seperti itu. Biasanya para perempuan hanya akan memujaku."

"Mereka tidak normal kalau begitu." Tavisha menyandarkan tubuhnya ke belakang dan bersedekap.

Cedric menggeleng tidak setuju kemudian menyondongkan tubuhnya ke depan. "Bukan mereka yang tidak normal, tapi kau yang berbeda. That's why aku menyukaimu dan rela meninggalkan pekerjaan yang sangat aku cintai untuk pergi ke Indonesia." Tavisha dibuat terperangah dengan kalimat Cedric barusan. "Sepertinya, aku harus pergi. Aku tidak tahan harus berbincang dengan orang gila sepertimu."

Tavisha meraih tasnya dan berdiri, bersiap untuk pergi dari Cedric. Tapi sayang, pria itu malah mengikuti dirinya. "Untuk apa kau ikut berdiri ?"

"Tujuanku ke sini bukanlah untuk ditinggalkan oleh dirimu di sebuah restoran. Jadi, aku akan selalu mengikutimu kemana pun kau pergi." balas Cedric dengan senyum menyebalkan. "Sekalipun aku ke kamar mandi ?"

"Well, itu salah satu hal yang aku tunggu kalau boleh jujur." lagi, Tavisha terperangah. Ia kemudian meraih buntalan tissu yang ada di meja dan melemparnya ke arah Cedric. "Mesum!"

..........

Cedric duduk dengan bersedekap memandang ke arah depan – dimana Tavisha terlihat sibuk dengan tim WOnya. Mereka tengah membereskan beberapa peralatan milik mereka yang digunakan di pernikahan kemarin.

"Cedric ?" Cedric menoleh ke samping, ke arah seorang wanita yang baru saja memanggilnya. Dahi Cedric nampak berkerut karena tengah mencoba mengingat seraut wajah tak asing yang kini berada di sebelahnya.

"Emily. Kau pasti sudah lupa dengan mantan kekasihmu ini bukan ?" Emily dengan wajah cantiknya kini tersenyum ke arah Cedric. Detik itu juga, akhirnya otak Cedric memunculkan kilasan kejadian saat dirinya duduk di bangku kuliah. "Emily, long time no see. What are you doing here ?" Cedric berdiri dan mempersilahkan Emily untuk duduk di sisi bangku sebelahnya yang kosong.

"Holiday with my little family." balas Emily kemudian. Cedric menaikkan sebelah alisnya. "Kau sudah menikah ?"

Kepala Emily mengangguk dengan sebuah senyum hangat di wajahnya. "Ya, tiga tahun yang lalu. Pernikahanku sudah dikaruniani seorang anak perempuan." senyum Emily menular kepada Cedric. "So happy to hear that. Kau terlihat bahagia."

"Aku merasa begitu beruntung dengan kehidupanku sekarang. You know, setelah Papaku meninggal dan ibu tiriku berhasil merebut semua harta keluarga, hidupku benar-benar hancur. Aku sampai meninggalkanmu bukan saat itu ?"

"Ya, kau pergi begitu saja setelah mengucapkan kata putus lewat pesan teks. Aku kebingungan saat itu, mencoba mencari apa kesalahan yang aku perbuat sampai membuatmu pergi." yeah, Cedric yang masih menjadi pria baik di masa kuliahnya.

Raut wajah Emily nampak bersalah. Ia lalu menepuk-nepuk tangan Cedric. "Kau tidak salah karena aku yang memilih pergi. Aku tidak ingin menjadi kekasih yang hanya membuatmu susah."

"Tidak sama sekali, Em. Kalau boleh jujur, kau adalah salah satu mantan terbaikku."

"Salah satu, eh ? Jadi, mantan kekasihmu ada berapa ?" Cedric terbahak. "A lot."

"Berita tentangmu dan deretan para wanita selalu saja muncul. Kau tidak berniat untuk berhenti bermain wanita dan mengikuti jejakku ?" Cedric menghela napas lalu mengalihkan pandangannya ke depan untuk mencari Tavisha yang ternyata sedang menatapnya dengan curiga. Cedric lalu mengedipkan sebelah matanya dengan senyum jenaka dan membuat wanita itu langsung membuang muka.

"Well, sepertinya sebentar lagi. Karena aku sudah menemukannya, the different one. Bukan seperti para perempuan yang pernah singgah di hidupku yang hanya tahu meminta uang untuk berbelanja dan melakukan girl's thing, perempuan itu bisa melakukan segalanya sendiri."

Senyum hangat Cedric muncul tatkala melihat Tavisha yang terlihat begitu sibuk mengangkat beberapa barang untuk membantu timnya. "Aku yakin, tanpa aku dia bisa menjalani segalanya sendiri. Tapi setidaknya, aku ingin menjadi seseorang yang menyediakan bahu untuknya ketika ia lelah. Menjadi seseorang yang menggenggam tangannya ketika ia butuh kekuatan."

Emily bertepuk tangan. "Wow, apakah ini Cedric yang aku kenal ?" Cedric lalu menoleh kembali ke arah Emily dan ikut tertawa. "Sepertinya, aku sudah siap untuk pensiun dari jabatan playboyku."

Tawa Emily sudah mereda dan kini menyisakan sebuah senyuman hangat. Ia kini menatap mata Cedric dengan tangannya yang menepuk bahu pria itu. "Kalau begitu, ingat satu hal ini. Your job as a man is to make sure she doesn't need another man. Understand ?"

"Understood, Mam."

..........

Finally update juga yaa 😆

Ditungg vote dan commentnya gais!!

Love you 💕

Salam dari Tavisha,

Continue Reading

You'll Also Like

303K 29.8K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...
398K 9.5K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
6.9M 46.9K 59
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
603K 55.1K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...