Once Upon A Time

By Sweet_girl77

53.7K 4.9K 293

Cedric membungkukkan tubuh, mendekatkan mulut ke arah telinga wanitanya. "Once upon a time, I meet a woman. S... More

One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight - END

Nine

1.9K 202 16
By Sweet_girl77

Jakarta, Indonesia

Sudah dua minggu lamanya Tavisha kembali ke tanah air. Ia sudah sibuk dengan segala kesibukan Event Organizer yang dimilikinya seperti semula.

"Bos, nggakpapa ?" Andri – salah satu karyawan Tavisha bertanya kepada atasannya. Tavisha yang sedang menikmati lamunannya terhenyak. "Hah ? Kenapa, Ndri ?"

"Nggakpapa, Bos ? Anak-anak pada merhatiin bos, katanya semenjak pulang sering bengong sama ngehela napas." Tavisha menaikkan sebelah alisnya. "Iya kah ?"

"Iya, Bos. Biasanya kan Bos nggak pernah diem, gerak terus mulutnya." ucapan Andri mengundang pelototan Tavisha. "Maksud kamu saya suka ngomel gitu ?"

"Hehe, ya begitu lah." Andri menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal. Andri kemudian mengulurkan sebotol kopi susu yang didapatnya dari kru lain. "Coba ngopi dulu, Bos, sapa tahu habis ini jadi nggak bengong mulu."

Tavisha tersenyum. "Sip lah, thanks ya, Ndri."

"Sama-sama, Bos."

Sepeninggal Andri, Tavisha merenung. Ia membenarkan ucapan anak buahnya itu yang mengatakan jika dirinya sering melamun. Sebenarnya, tidak ada hal kompleks yang ia pikirkan. Tavisha hanya memikirkan sebuah kalimat yang dikatakan oleh seorang pria kurang ajar yang sudah berhasil membuatnya tidak bisa berkonsentrasi seperti ini.

"Sampai bertemu lagi. Soon."

Soon ? Apa maksud dari kata itu ?

Tidak mungkin seorang Cedric Grantham Martell yang terkenal sibuk bukan main pergi ke Indonesia untuk menemui dirinya seorang kan ?

Tavisha mendengus. "Tidak mungkin. Tidak mungkin pria gila itu datang ke sini."

..........

New York City, New York

Cedric memfokuskan diri pada papan bidik yang berada di depan sana. Kedua tangannya kini tengah menggenggam sebuah pistol dan Cedric siap untuk menembakkan peluru-peluru yang berada di dalamnya.

Suara bising tembakan yang dilakukan berturut-turut oleh Cedric dan Berlin mengisi keheningan yang awalnya tercipta saat mereka mengumpulkan fokus. Lalu setelah peluru di pistolnya habis, Cedric melepaskan pelindung telinganya dan menoleh kepada Berlin.

Cedric mengetuk-ngetuk telinganya, memberi isyarat kepada sang sepupu untuk melepaskan pelindung telinga yang masih dikenakannya. Mengerti dengan isyarat itu, Berlin melakukan apa yang Cedric suruh. "Ada apa ?"

"Kau mendapat undangan pernikahan Keanu Sebastian ?" Berlin nampak berpikir sejenak, berusaha mengingat apakah ia mendapatkan cetak undangan dari pria yang disebutkan oleh sepupunya barusan. "Ah ya, Keanu Sebastian yang menikah dengan artis blasteran itu kan ? Aku dapat. Kenapa ?"

Cedric bersorak puas dalam hati. "Biar aku saja yang datang ke pernikahan itu. Berikan undanganmu kepadaku." Sebelah alis Berlin terangkat, merasa heran dengan permintaan sepupunya yang tidak biasa ini. "Tunggu, ada apa ini ? Tidak biasanya kau mau datang ke acara pernikahan rekan kerja yang tidak terlalu berpengaruh seperti Keanu. Lagi pula, acara pernikahannya tidak dilaksanakan di New York, pernikahannya dilaksanakan di negara-"

"Sudahlah, tidak usah banyak bicara. Besok aku mau undangannya sudah berada di atas mejaku." Cedric lalu menepuk pundak Berlin sebelum berlalu.

"Tunggu, Cedric!"

"Apa lagi ?"

"Nanti malam jangan lupa! Kau harus menemui Yumi Robert." Cedric hanya mengacungkan jempol ke arah sepupunya itu lalu kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Berlin yang kini tengah bersedekap sembari memandang punggung Cedric dengan tatapan menyelidiknya.

..........

Cedric memberikan senyum menawannya kepada sesosok wanita bergaun biru pastel dengan potongan sederhana nan elegan. Cedric mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan memberikan kecupan singkat pada tangan putih nan mulus milik Yumi Robert yang malam ini nampak begitu memukau. "Selamat malam, Miss Robert."

"Selamat malam, Mr. Martell." Yumi nampak tersipu dengan perilaku Cedric baru saja yang menyium tangannya.

"As always, Anda terlihat luar biasa. Please have a seat, Miss." Yumi mengangguk lalu bergerak mendudukkan dirinya di kursi yang berada di hadapan Cedric.

"Aku pikir, seseorang yang luar biasa sibuk seperti Anda tidak akan memiliki waktu untuk menemuiku. Aku tidak berharap akan bisa menemui seorang Cedric Martell sampai dua hari yang lalu Steven – sekretaris Anda menghubungiku." Cedric tersenyum kecil menanggapi ucapan Yumi. "Well, aku tidak akan menyesal sudah meluangkan waktu untuk menemui seorang wanita secantik Anda."

Lagi, Cedric berhasil membuat Yumi tersipu.

Obrolan ringan mereka kemudian berlanjut sampai akhirnya makanan mereka sudah sampai ke hidangan penutup. "So, Berlin pasti sudah menghubungi Anda perihal menjadi BA untuk Martell Diamond kan ?"

Yumi mengangguk sembari menyelipkan beberapa anak rambutnya ke balik telinga. "Ya. Jujur saja aku tertarik. Apalagi dengan desain perhiasan kalian yang selalu tak tertebak dan berbeda dengan yang lain."

Wanita itu kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan. "Aku rasa, tidak ada alasan lain untuk menolak. Apalagi sampai pemimpin tertingginya meluangkan waktu untuk menemuiku seperti ini."

Cedric tersenyum lalu mengangkat gelas winenya untuk bersulang dengan Yumi. "Sama sekali bukan masalah untukku, Miss Robert. Aku malah merasa beruntung bisa menemui seorang wanita mengagumkan seperti Anda."

"Yumi, just call me Yumi." Yumi menampilkan senyum luar biasa cantik yang biasanya ia gunakan untuk menarik perhatian pria yang ia targetkan. Cedric mengangguk perlahan. "Ok, Yumi. Now, melihat piring kita berdua yang sudah bersih, haruskah kita lanjut ke ronde dua ?"

Yumi mengangguk pelan. "Sure."

.........

Steven sudah menghabiskan dua gelas kopi di restoran hotel tempat atasannya menginap. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa setelah meletakkan tabletnya di atas meja. Stevan lalu menggerakkan tubuhnya – melakukan peregangan pada bagian-bagian tubuh yang terasa kaku.

Asisten Cedric itu terlihat menilik jam tangannya yang kini sudah menunjukkan waktu pukul satu dini hari. Sudah biasa, Steven dan beberapa bawahan yang senantiasa mengikuti kemanapun Cedric pergi menganggap pulang dini hari sebagai rutinitas mereka. Mau mengeluh tapi nyatanya nominal yang mereka dapatkan per bulannya sudah lebih dari cukup untuk menenggelamkan seluruh keluhan mereka ke dasar palung terdalam.

"Steven." tubuh Steven menegak secara spontan saat mendengar suara sang atasan yang memanggilnya. Steven langsung berdiri dan menghadap kepada Cedric. "Sudah selesai, Sir ?"

Cedric mengangguk. "Lakukan seperti biasa. Dan jangan lupa uruskan perihal kontrak Yumi dengan Martell Diamond."

"Baik, Sir." setelah mengatakan itu, Steven dengan sigap membereskan barang bawaannya lalu segera mengikuti langkah atasannya.

"Kau sudah memeriksa undangan Keanu Sebastian yang diberikan Berlin ?" Cedric tiba-tiba teringat dengan undangan yang ia minta kemarin dari sepupunya.

"Sudah, Sir. Apakah Anda berniat untuk mendatangi sendiri pernikahan Mr. Sebastian ?" jujur, Steven tidak tahu apa tujuan sebenarnya dari sang atasan yang meminta sepupunya sendiri untuk memberikan undangan pernikahan rekan kerja mereka. Cedric jelas pernah memberikan perintah kepada Berlin Martell untuk mewakili dirinya datang ke seluruh acara yang mengundang dirinya. Tapi kenapa untuk acara ini, tiba-tiba saja atasannya ingin datang sendiri ?

"Ya. Apa tidak boleh ?"

"Tentu saja boleh, Sir. Mr. Sebastian pasti aka merasa tersanjung dengan kehadiran Anda." Steven buru-buru menimpali ucapan atasannya. "Saya akan menyusun ulang jadwal Anda pada hari acara dan memberitahu pilot Anda."

"Susun ulang jadwalku untuk satu minggu, Stev."

"Apa, Sir ?" Steven langsung dihadiahi decakan dari atasannya. "Aku bilang, susun ulang semua jadwalku untuk satu minggu."

Steven tentu saja masih bingung, namun kini ia sudah kembali menguasai dirinya. "Baik, Sir. Saya akan mengirimkan perombakan jadwalnya nanti kepada Anda."

Pembicaraan mereka akhirnya berhenti tatkala keduanya sampai di depan mobil. Steven dengan sigap membukakan pintu penumpang untuk atasannya sebelum memasukkan dirinya di kursi samping supir.

...........

Komodo Island, Indonesia

Tavisha sedang sibuk mengkoordinir para staffnya yang memiliki tugas berbeda-beda. Hari ini adalah hari pernikahan salah satu sahabatnya dan Tavisha ingin acaranya berjalan dengan sempurna.

"Tav, ganti baju dulu. Semuanya udah siap kecuali lo, lho." Ika – sahabatnya yang lain menepuk pundak Tavisha yang masih mengenakan celana jeans dan kaosnya. Tavisha mengitar sekali lagi pada timnya sebelum mengangguk. "Ok. Baju gue ada di kamar lo kan ?" Ika mengangguk kemudian menarik sahabatnya itu ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian dan merias wajah.

Setengah jam kemudian, penampilan Tavisha sudah berubah 180 derajat, dari yang semula terlihat begitu santai sekarang menjadi begitu anggun dengan gaunnya.

"Andri!" yah well, tapi sikapnya tetap tidak berubah. Terbukti dengan teriakan Tavisha yang sanggup memanggil Andri dengan jarak yang cukup jauh.

Andri nampak tergopoh-gopoh menghampiri atasannya. "Ya, Bos, kenapa ?"

"Semua sudah ok ?"

"Sudah, Bos. Bos Tavisha santai aja duduk sama temen-temennya, biar kita yang kerja keras hari ini."

"Tapi saya tetep harus-"

"Sshht, bener kata Andri, Tav. Lo mending duduk manis sama kita aja, percayakan sama tim lo ya." setelah mengetakan itu, Ika langsung menggiring Tavisha menuju tempat mereka duduk sebagai bridesmaid.

Tavisha terus saja bersungut-sungut ketika Ika menggeretnya menuju tempat duduk mereka. "Gue tu tetep harus lakuin pengecekan final, Ka."

"Astaga, Tav, lama-lama lo gue umpanin ke komodo ya."

"Seriusan, gue ngerasa nggak tenang gitu."

"Udahlah, Tav, nikmatin aja acaranya. Ini kan acara nikahannya Ralin – sahabat lo sendiri."

"Iya, gue tahu, tapi justru karena dia sahabat gue kan makanya gue harus-" mulut Tavisha tiba-tiba saja terasa kaku dan tak bisa melanjutkan rentetan kalimatnya kepada Ika tatkala matanya bersiborok dengan manik madu milik seseorang yang kini tengah memandangnya tajam lengkap dengan sebuah seringai kecil di wajahnya.

"You ?!" Tavisha mengarahkan jari telunjuknya kepada pria itu – Cedric yang kini melangkah perlahan mendekati dirinya.

"Hi, Tavisha. Senang berjumpa lagi denganmu."

..........

Akhirnya update juga yaa 😆

Jangan lupa kasih vote dan commentnya yaa gais !!

Love youu

Salam dari Cedric,

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 123K 43
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
1.8M 57.9K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
475K 1.5K 9
Katya Shelomita memiliki insekuritas tinggi terhadap salah satu bagian tubuhnya sejak dia menginjak bangku SMP. Gadis manis yang mungil itu kehilang...
611K 55.8K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...