Hei, nona absurd!

By Anitbee

108K 7K 849

ini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal... More

Hello, this is MaRsha NOT Masha
Aku Gavin
Marsha takut bear
Sayang Gavin
Marsha fine, Vin
Don't take my papa bear, Anna!
Abang Nathan
Si Pengacau Marsha
Go Away Anna!!!
it's papa bear jealous time
Tetangga Baru
Anna vs Keripik kentang
Anna vs Keripik Kentang pt.2
A Day with keripik kentang
What Happen
Teletubbies
School Again
Si Mungil dengan Perut Ajaibnya
Meet the twins' family
Mau Tidak??
Morning Papa Bear!!
Sweet Chocolate Cakes for Leo
Marsha lagi Belajar!!
"Gavin jangan cemburu begitu.."
Marsha juara!!
Marsha Hilang!!
Without You
The Way Back Home..
Normal but not Normal
Your King!
Not Double Date!!
Want to be...
Abang Nathan pt.2
Si Genit Marsha
Marsha Juga Perempuan...
Marsha sayang Gaby juga kok...
Devil's Gavin
The Return of Superman
Night Talks
Marsha's New Story is Begins!!
Absurd Feast by Marsha!
Gavin Kok Gitu??!
Gavin! Marsha Nangis nih?!!
Marsha, Danny dan Bubbletea
Gavin itu Punya Marsha!!!
Again
Selfish
My Queen
Liburan Marsha...
Mine
Married Absurd Girl
Hari Pertama
Gagal Honeymoon
Serasa Honeymoon
Semua Gara-gara Nathan
Jadi Honeymoon!
Honeymoon ala Marsha
Honeymoon ala Marsha pt.2

Sorry

1.4K 159 31
By Anitbee

Warning!!!!
Part panjaang!


Gavin sedang berbelanja di pusat perbelanjaan ditemani si kembar dan pasangan Leo Anna. Mereka sedang berbelanja pernak-pernik untuk menghias kamar Gavin.

Rencananya, Gavin ingin minta maaf kepada si mungil dengan cara yang manis dan romantis.

Ini sudah tiga hari sejak Bunda memberi pengertian kepadanya  dan membuat Gavin mengambil keputusan besar. Ia akan melepaskan S2 nya dan menikmati masa mudanya bersama si kesayangan.

Maka, malam ini Gavin berencana memberitahukan kepada keluarganya dan meminta maaf kepada si mungil atas perbuatannya selama ini.

"Vin? Aku pikir Marsha akan suka ini..!" seru Anna menunjukkan boneka di tangannya.

"Ahh, iya. Ambil yang kuning jugaa, pokoknya semua seri itu ambil aja.."

"Gak kebanyakan?"

"Gak, aku berencana buat kamar disamping kamar robotku untuk tempat boneka koleksi Marsha nanti. Jadi gak apa kalau banyak.."

"Ck, anak sultan.."

"Aku anak Garendra.."

Sekelompok mahasiswa yang baru selesai ujian semester itu pun sibuk berbelanja dan mengumpulkan benda-benda kesukaan Marsha.

Hingga sekitar dua jam kemudian, rombongan Gavin sudah sampai di rumah.

Gavin memilih kamar Marsha yang ada di rumah Marsha sebagai tempatnya. Karena dipastikan Marsha akan ke rumah Gavin dan mungkin akan ke kamarnya sepulang dari kafe nanti.

Gavin menghias kamar Marsha dibantu para sahabatnya. Mereka sibuk mempersiapkan semuanya tanpa menyadari jika hari sudah malam. Dan Marsha sudah kembali sejak tadi dan bahkan gadis itu sudah terlelap di kamarnya sekarang.

"Gavin pulang.."

Serena yang sedang menonton televisi segera berdiri dan menyambut si bungsu dengab pelukannya.

"Kamu ke rumah sebelah?"

"Bunda lihat?"

"Bunda lihat Gabriel main sama Dino tadi. Bunda tanya bibi Mar, katanya kamu lagi ada kerjaan di kamar Marsha. Kerjaan apa?"

"Hemm, sesuatu yang penting. Marsha dimana bunda?"

"Di kamar kamu, sehabis mandi langsung tepar dia tadi. Mungkin kelelahan ngejahilin anak kafe.."

"Kamu mandi juga gih, Ayah sama abang bentar lagi pulang. Nanti bunda panggilin buat makan malam.."

"Iya bunda, aku juga mau bicara sama Ayah sama bunda jugaa.."

"Ooh? Baik lah, bunda harap pembicaraan yang baik ya sayang.."

"Iya bunda, Gavin ke atas dulu.."

Serena mengangguk dan membiarkan Gavin berlalu ke kamarnya.

Gavin membuka pintu secara perlahan, takut menimbulkan suara yang bisa membangunkan si mungil. Padahal berteriak di telinga si gadis itu pun belum tentu bis membangunkannya.

Gavin berjalan mendekat ke arah kasurnya lalu berjongkok di samping kasur menghadap wajah Marsha yang terlelap. Gavin tersenyum melihat wajah damai itu. Mata tertutup sempurna, hidung kecil yang kembang kembis dan mulutnya yang sesekali mengunyah dan menelan. Seperti biasa, dalam tidurnya pun gadis itu tetap mempekerjakan mulutnya.

"Astaga, kenapa pakai baju kotor sih?? Katanya udah mandi, kok pakr baju ini?"

Gavin mengomel sendiri tanpa sadar, melihat Marsha memakai baju yang kemarin ia pakai. Meski tidak bau bau amat, tapi itu tetap kotor. Gavin memakai baju itu seharian kemarin, sampai malam. Jadi pasti banyak kotoran yang menempel disana. Dan itu bisa bahaya jika kulit sensitif si gadis itu kambuh.

"Ugghh, peluk Gavin peluk Gavin..."

Gavin terkekeh mendengar igauan Marsha. Gavin lalu dengan perlahan mengganti baju Marsha dengan bajunya yang bersih.

"Hueee, Gavin kok lepas pelukannya sihhh~~~"

"Ssstt, ini Gavin peluk lagi. Udah, tidur lagi sayang..."

"Hheumm, ini lebih enak peluknya. Yang tadi bau keringat, hiii..."

"Sssttt.."

Gavin mengelus punggung Marsha agar gadis itu kembali terlelap.

Gavin masih memeluk Marsha dan mengelus punggung Marsha lembut hingga tak menyadari air matanya mengalir begitu saja di wajahnya.

Gavin sangat, sangat dan sangat merindukan Marsha. Hampir satu minggu mereka tak bicara, tak berpelukan dan bahkan tak saling menatap. Hanya Gavin yang sesekali mengecup kepala belakang Marsha saat melihat gadis itu.

Gavin mengeratkan pelukannya sambil terisak dan mengucapkan banyak permintaan maaf dalam hatinya. Ia sudah terlalu lama dan terlalu banyak menyakiti Marsha. Ia terlalu egois, berpikir bahwa apa yang dia lakukan adalah yang terbaik untuknya dan untuk Marsha. Namun pikirannya salah, bukan gelar dan harta yang Marsha inginkan dan butuh kan. Tapi dirinya, dalam keadaan apapun hanya Gavin yang Marsha butuh kan.

"Gavin? Turun sayang, makan malam dulu.."

"Sebentar bunda, aku bangunin Marsha dulu.."

"Gak usah, Marsha udah makan tadi. Nanti kalau dia bangun lagi aja baru makan lagi.."

"Ooh, Gavin mandi sebentar bunda.."

"Loh?! Belum mandi?"

"Iya, sebentar kok.."

"Ya sudah, cepat!"

Gavin melepas pelukannya dengan pelan lalu segera menuju kamar mandinya. Hingga tak sampai sepuluh menit, Gavin sudah selesai dan sudah ikut duduk di meja makan.

Keempat keluarga Trisna itu menyantap makan malam dalam diam. Hanya Nathan yang sesekali berbicara dengan Serena. Gavin seperti biasa makan dengan tenang tanpa suara. Sementara Garendra makan dengan matanya yang menatap penuh selidik ke arah Gavin.

Garendra di beri tahu istrinya tadi, jika Gavin ingin bicara. Jadi Garendra penasaran anak bungsunya mau bicara apa? Apa Gavin sudah bersedia melepas S2 nya itu? Atau anak itu masih bersikukuh dengan pilihannya? Atau apa Gavin punya rencana lain?

"Ayah.."

"Hem? Kenapa sayang?"

"Matanya loh.."

Garendra hanya menyengir ke arah sang istri. Tapi tak berapa lama kembali menatap tajam putra bungsunya. Membuat Serena menghela nafas.

"Ayaaahh.."

"Iyaa iyaa.."

Akhirnya Garendra kembali menyantap makanannya tanpa melirik Gavin lagi.

"Jadi kamu mau bicara apa? Soal keputusanmu kan?"

Tanya Garendra begitu mereka selesai makan. Mereka masih di meja makan dan tak berniat pindah. Karena Garendra sudah tak sabar memulai pembicaraan mereka.

Gavin hanya mengangguk menjawab pertanyaan sang Ayah.

"Lalu apa keputusannya? Kamu mau lepas S2 kamu? Atau masih tetap bertahan? Atau kamu punya rencana lain?"

"Tapi Ayah kasih tau  kamu ya, Ayah gak akan setuju kalaupun kamu punya rencana lain tapi tetap pertahanin S2 kamu itu.."

"Ayah, dengar apa kata Gavin dulu.."

"Nanti sayang, Ayah cuma kasih peringatan aja. Kalau memang Gavin masih pertahanin S2 nya, lebih baik tidak usah dilanjutkan pembicaraan ini.."

Garendra bangkit bermaksud pergi meninggalkan meja makan. Tapi Gavin dengan cepat menarik tangan sang Ayah dan meminta nya duduk kembali.

"Aku lepas S2 ku.."

Garendra membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang Gavin ucapkan. Sementara Serena dan Nathan kompak menghela nafas lega lalu tersenyum.

"Yang benar??" tanya Garendra meyakinkan.

"Iya, Gavin lepas S2 dan Ayah harus janji gak akan mencampuri urusan perkuliahanku lagi dan aku akan kerja di perusahaan setelah lulus.."

"Oke, deal!!"

Gavin menerima uluran tangan Garendra yang mengajaknya bersalaman.

"Sekarang kamu bilang ke Ayah, kamu mau liburan kemana semester ini? Biar Ayah pesanin tiket sama hotelnya. Sama ajak juga teman-teman kam itu. Rangga juga suruh pulang, kalian liburan bersama..."

"Nathan kamu juga harus ikut, nanti ayah minta ijin ke rumah sakit. Bawa Nadine jugaa.."

"Kalau Nadine nya mau Yah.. Dia susah di ajakin. Aaakkh, susah banget lelehin hati si gula batu itu.."

"Halah, lemah kamu. Ayah sekali kedip aja, dia langsung mau Ayah jodohin sama kamu. Kamu tinggal usaha dikit lagi aja, susah amat.."

Nathan hanya mendengus kesal. Mengingat si gadis yang Ayah jodohkan kepadanya. Namanya Nadine Gricce, perempuan yang berhasil membuat jantung Nathan berjoget saat pertama bertemu. 

Tapi gadis itu terlalu pendiam, bukan pendiam yang pemalu. Tapi pendiam yang kayak Gavin, malas bicara. Nadine seorang penulis. Buku, novel, artikel, naskah sinetron, semua ia tulis.

Nadine seorang wanita cantik dan terlihat manis secara bersamaan. Makanya Nathan menyebutnya si gula batu. Karena gadis itu sudah terlihat manis meski hanya diam seperti batu.

"Bun, aku bawa Marsha tidur di rumah sebelah yaa"

"Loh?! Kenapa?"

"Harusnya ada acara malam ini, tapi Marsha udah tidur. Jadi Gavin tidur disana saja.."

"Ya sudah, semoga sukses ya nak. Bunda rasa ini waktu yang tepat, jangan sia-sia kan lagi.."

"Iya bunda.."

Setelah pamit kepada keluarga nya, Gavin menggedong si mungil Marsha dan membawanya ke rumah gadis itu.

Marsha bahkan tak berkutik atau terganggung sedikit pun hingga Gavin meletakkan tubuh kecilnya di tempat tidur.

Pagi kembali menyapa, matahari sudah mulai naik. Hiruk pikuk kesibukan di pagi hari mulai terdengar. Termasuk kesibukan bibi Mar di dapur yang terdengar hingga ke kamar Marsha.

Gavin sudah bangun sejak setengah jam yang tadi. Tapi ia tak berniat bangkit, hanya terbaring sembari tersenyum seperti orang gila menatap Marsha.

"Hhuumm, Marsha merasakan bau-bau kayak Gavin... Ughh, bikin tambah kangen saja.."  gumam Marsha masih dalam tidurnya. Tapi hidungnya mengendus-endus di dada Gavin seperti anak kucing.

"Marsha juga merasakan aura-aura Gavin.. Apa gulingnya contek gaya Gavin yaa? Kenapa bau dan rasanya samaa?"

"Marsha cium saja, kalau gak bunyi berarti betul bantal guling.."

"Kalau bunyi, berarti betul bantal gulingnya contek gaya Gavin.."

Cup cup cup

"Kok bunyi yaa? Betul gulingnya contek gaya Gavin? Ugh, Marsha mau lihatt.. Ayo mata Marsha, terbukalahh!!"

"Kenapa gak mau buka sih?"

"Mata Marsha terbukalah, terbukalah, terbukalaaaa..AAAAAAHHKKK!!!"

"Ahahahahaaaa..."

Gavin yang sudah menahan tawa sejak tadi akhirnya lepas jugaa. Sementara Marsha masih membelalakkan matanya, menatap heran Gavin yang entah bagaimana ada di depan nya kini.

"Selamat pagi sayang Gavin.." ujar Gavin setelah tawanya mereda.

"Gav..inn.. Gavin kok bisa disini???!!""

"Loh? Gak boleh?"

"Enggak!! Eh, boleh! Eh, tapi Ayah bilang gak boleh dekat Gavin, jadi gak boleh!!"

"Iya? Jadi Marsha cuma sayang Ayah sekarang? Gak sayang Gavin lagi? Huuh, Gavin jadi sedih.."

"Huummmh..."

Gavin yang menunduk mengintip ke arah Marsha. Gadis itu tampak kebingungan dan hampir menangis.

"Tapi kan Gavin udah disayang sama pacar Gavin. Marsha cuma punya Ayah sama bunda sama bang Nathan yang sayang sama Marsha. Marsha minta maaf Gavin, Marsha sudah mencuri sayangnya Ayah, bunda sama abang buat Marsha sendiri, maaf Gavin, hiks.. Gavin boleh marah, tapi Gavin jangan pergi jugaa, hiks..."

"Astagaa sayang, maaf maaf. Maaf sayang, Gavin cuma bercanda tadi.. Maaf humm? Jangan nangis lagi.."

Bukannya berhenti, Marsha semakin menangis keras apalagi setelah Gavin menarik si mungil itu ke pelukannya.

"Hei, kok malah tambah kuat nangis nya? Gavin jahat sekali yaa? Marsha mau apa hum? Gavin turuti semua yang Marsha mau, tapi jangan nangis lagi yaa? Hum?"

Marsha malah semakin menangis dan berhasil membuat baju Gavin basah.

"Sayang? Hei, lihat sekeliling kamu coba!"

Gavin mengangkat kepala Marsha dan memutar kepala si mungil itu untuk melihat keadaan kamar Marsha yang ia hias tadi malam.

"Wooahh, hikss.. Kenapa banyak Piu Piu sama mamahnya di situ.. Hiks.. Ada si Babanana jugaa, hikss.. Kenapa banyak boneka Gavin? Hikss..."

"Kamu suka?"

Marsha menganggukkan kepalanya cepat. Matanya tak berhenti memindai keadaan kamarnya. Banyak hiasan pita dan balon di dinding, ada juga bunga-bunga kecil berwarna di sana. Di tambah lagi di balon yang menempel di langit-langit kamar yang mengikat foto berbagai ekspresi wajah Marsha disana. Dan di samping pintu kamarnya ada boneka beruang besar, persis seperti yang ada di animasi.

"PAPAA BEAAAARRR!!"

Marsha langsung berlari dan menubrukkan tubuh mungil nya ke boneka besar itu. Memeluknya erat lalu berusaha mengangkat boneka besar itu dengan susah payah.

"Itu gak bisa kamu angkat sayang, bonekanya bahkan lebih besar daripada kamu.." kekeh Gavin melihat Marsha yang sudah ngos-ngosan.

"Gavin? Kenapa kamar Marsha kayak rumah bang Mario yang waktu nikah itu? Apa dikamar Marsha ada yang mau nikah?"

"Iya, kan kamu yang mau nikah"

"Heeehh?!!! Kok Marsha sih?"

"Loh, memangnya kenapa? Marsha gak mau nikah?"

"Bukan gak mau, tapi kata Ayah Marsha masih kecil. Belum boleh nikah, belum boleh pacaran, belum boleh ciuman juga loh"

"Ayah yang bilang?"

"Iya, waktu Marsha cerita kalau Gavin cium Marsha yang di mobil kemarin ituu. Terus kata Ayah, Marsha harus pukul Gavin kalau cium Marsha lagi. Jadi jangan cium-cium Marsha yaa..."

Gavin mengeram dalam hati. Kenapa si bapak tua itu mencuci otak Marsha. Baru seminggu Marsha bersama Ayahnya terus sudah seperti ini. Astagaa.

"Kamu suka sayang?"

"Suka apa?"

"Kamar kamu, hadiah-hadiah itu, pasukan boneka baru itu. Kamu suka?"

"Ini untuk Marsha?"

"Hem, ini sebagai permohonan maaf Gavin. Gavin sudah jahat sekali, sibuk terus sampai lupa sama Marsha. Maafin Gavin ya sayang?"

"Hihi, tidak apa Gavin. Kata Ayah, Gavin sibuk belajar biar cepat cari duit banyak untuk Marsha. Terus kata Ayah, Gavin juga mau kalahkan otak jenius Marsha makanya belajar terus. Tapi gak bisa-bisa, hihiii. Otak jenius Marsha gak akan terkalahkan tauu.."

"Makasih sayang, maaf sudah berniat mengalahkam otak jenius kamu.."

"Sama satu lagi, Gavin minta maaf sudah membiarkan si  kakak jelek itu peluk Gavin. Dan dia bukan pacar Gavin.."

"Jadi kakak jelek itu bukan pacar Gavin? Jadi siapa pacar Gavin?"

"Bukan sayang. Pacar Gavin namanya Marsha Gebintang Gallena.." jawab Gavin sambil mendekatkan diri ke Marsha dan tangannya mengelus kepala gadis itu.

"Kok kayak nama Marsha? Pacar Gavin contek nama Marsha yaa?"

Gavin terkekeh gemas. Sesederhana itu saja Marsha tak bisa menangkap maksudnya. Untung saja Gavin mengurungkan niatnya mengucapkan kalimat-kalimat panjang nan romantis seperti usulan Gabriel.

Gavin menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah Marsha. Lalu mengusapnya gemas.

"Memang kamu sayangku. Kamu, Marsha Gebintang Gallena, pacar Gavin. Mengerti?"

Marsha menggeleng sambil menatap bingung Gavin membuat si tampan itu kembali terkekeh dan menghembuskan nafasnya. Sabar sabar Gavin..

"Kamu pacarnya Gavin. Marsha gak mau yaa jadi pacar nya Gavin?"

"MAU LAHH!!"

"Bagus. Jadi mulai sekarang, Marsha pacar Gavin. Oke?"

"Heung, Marsha oke!!!"

Gavin tertawa dan menarik si mungil ke pelukannya. Menggoyang-goyangkan tubuh mungil itu dan mengangkatnya hingga kaki Marsha menggantung.

Cup cup cup

"Pacar Gavin"

Cup

"Sayangnya Gavin"

Cup

"Cintanya Gavin. Seumur hidupnya Gavin sampai selama-lamanya.."

Cup cup cup cup...

"Hihii, Marsha sekarang punya pacar Gavin?"

Gavin mengangguk sambil tersenyum.

"Jadi Marsha boleh pakai stroberi banyak-banyak??"

"Huh?"

"Yeeyyy, Marsha boleh minta Ayah belikan pabrik shampo stroberi, yeeyyy!!!"

Ini kenapa jadi bahas shampo stroberi sih??

Sabar, sabar Gavin...






Panjang kann?? Heheeuu
Sorry kalau bosanin..
But, enjoyyy it guysss....!!!

Thank yuuuu ^•^

Continue Reading

You'll Also Like

156K 6K 32
Bagaimana jadinya jika seorang pembully yang terkenal disekolahnya tiba-tiba menjadi seorang ibu dari bocah usia 2,5 tahun , karna sebuah kebetulan y...
2.4M 128K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
27.2K 2K 48
👑UPDATE 2 KALI SEMINGGU [SELASA &JUMAT] "Cinta kita seperti fluida, aku statis dan kamu dinamis. Kamu terus mengejarku, tapi aku hanya diam dengan k...
254K 13.7K 58
FOLLOW sebelum baca Beberapa cerita di Unpublish untuk kepentingan penerbitan 🙏🏻 "Kalian juga bisa baca "Mommy, Where's Daddy?" di App BabelNove"...