Hei, nona absurd!

By Anitbee

108K 7K 849

ini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal... More

Hello, this is MaRsha NOT Masha
Aku Gavin
Marsha takut bear
Sayang Gavin
Marsha fine, Vin
Don't take my papa bear, Anna!
Abang Nathan
Si Pengacau Marsha
Go Away Anna!!!
it's papa bear jealous time
Tetangga Baru
Anna vs Keripik kentang
Anna vs Keripik Kentang pt.2
A Day with keripik kentang
What Happen
Teletubbies
School Again
Si Mungil dengan Perut Ajaibnya
Meet the twins' family
Mau Tidak??
Morning Papa Bear!!
Sweet Chocolate Cakes for Leo
Marsha lagi Belajar!!
"Gavin jangan cemburu begitu.."
Marsha juara!!
Marsha Hilang!!
Without You
The Way Back Home..
Normal but not Normal
Your King!
Not Double Date!!
Want to be...
Abang Nathan pt.2
Si Genit Marsha
Marsha Juga Perempuan...
Marsha sayang Gaby juga kok...
Devil's Gavin
The Return of Superman
Night Talks
Marsha's New Story is Begins!!
Absurd Feast by Marsha!
Gavin Kok Gitu??!
Gavin! Marsha Nangis nih?!!
Marsha, Danny dan Bubbletea
Gavin itu Punya Marsha!!!
Again
Sorry
My Queen
Liburan Marsha...
Mine
Married Absurd Girl
Hari Pertama
Gagal Honeymoon
Serasa Honeymoon
Semua Gara-gara Nathan
Jadi Honeymoon!
Honeymoon ala Marsha
Honeymoon ala Marsha pt.2

Selfish

1.2K 144 25
By Anitbee

Gavin terbangun begitu merasakan getaran alarm ponselnya. Gavin menggeliat sebentar lalu meraih ponselnya. Jam ponsel masih menunjukkan pukul 5:07 pagi.

Gavin lalu bangkit dan duduk menyender di kepala kasurnya. Lalu matanya menoleh ke samping, menatap rindu ke bantal kosong di sebelahnya. Bantal yang biasanya di peluk si mungil kesayangan nya.

Ini malam kedua Marsha mengungsi ke kamar orangtuanya. Tidur dan bersembunyi disana jika ada Gavin di rumah.

Ayah dan Bunda mungkin belum menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi kemarin. Makanya gadis itu masih saja menghindari Gavin.

Lalu Garendra pun sepertinya membantu misi Marsha menghindari nya. Ayah Gavin itu sepertinya masih tak setuju dengan kekeras kepalaan Gavin yang menolak melepas S2 nya itu. Jadi Gavin bisa melihat jelas jika Ayahnya juga berusaha menyembunyikan Marsha darinya.

"Gavin? Kamu sudah bangun sayang?"

Mendengar suara bunda di pintu kamarnya membuat Gavin segera beranjak dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya.

"Iya bunda?"

"Oh, kamu sudah bangun. Ayo bantu bunda masak yaa? Bunda terlambat bangun, boleh?"

Gavin mengangguk sembari menarik bibirnya tersenyum. Bundanya terlihat lucu saat panik, padahal masih jam 6 pagi.

Kedua ibu anak itu pun kini sibuk di dapur. Serena dengan wajan penggorengnya membuat makanan untuk bekal makan siang mereka. Dan Gavin bertugas membuat nasi goreng dan roti panggang untuk sarapan.

Hingga sekitar satu jam kemudian semua sarapan sudah tersedia di meja makan dengan rapi.

Nathan sudah duduk rapi di kursinya sejak tadi sembari mencolek nuttela. Sekarang tinggal menunggu dua predator yang masih belum keluar kamar.

"Kalian makan duluan saja, biar bunda yang panggilin mereka. Nanti kalian terlambat.."

"Siap bunda!"

Gavin memilih mengambil sepotong roti bakar dan membawa bekal makan siang bagiannya. Kembali naik ke kamar untuk bersiap-siap ke kampus.

"Gak sarapan?" tanya Nathan melihat Gavin bersiap meninggalkan meja makan.

"Ini cukup. Ayah gak akan keluar kalau tau aku disini.."

"Ckck, makanya iya in aja apa yang Ayah bilang. Aku juga setuju dengan usulan Ayah. Jangan sampai karena S2 kamu kehilangan Marsha.."

Gavin hanya diam tak menjawab meski dalam hatinya ia merasa sesak mendengar kalimat terakhir abangnya.

Kurang setengah jam kemudian, Gavin keluar dan sudah rapi bersiap ke kampus. Sembari menuruni tangga, matanya melirik ke arah meja makan. Disana sudah ada ayah dan Marsha yang sedang bercanda dan berebut pinggiran roti bakar sisa bunda.

"Bunda! Gavin berangkat yaa.."

Suara Gavin membuat dua orang yang asyik berebut tadi berhenti dan buru-buru merapikan diri dan duduk tenang.

"Sudah bawa bekal nya?"

Tanya Serena, Gavin mengangguk lalu menarik tangan sang bunda untuk ia cium. Lalu beralih menarik paksa tangan sang ayah dan meletakkan punggung telapak tangan itu ke keningnya. Gavin lalu berjalan ke belakang Marsha dan memberi kecupan di kepala belakang Marsha membuat gadis itu menengang.

"Gavin pergi.."

Marsha memutar kepalanya menatap tubuh Gavin yang semakin menjauh dan menghilang di balik pintu.

"Huuuuaaaa, Gaviiiinn... Marsha rindu, tapi Ayah gak bolehin ketemu, huaaa Ayah jahat Gaviinnn..huaaa..."

Marsha berlari sambil menangis dan masuk ke kamar Gavin. Ketiga orang yang masih di meja makan hanya bisa meringis sembari mengusap telinga mereka.

"Ayah masih mau lanjutin? Sampai kapan?"

Serena bertanya sembari menatap kesal si kepala keluarga.

"Sampai Gavin mau dengarin apa kata Ayah"

"Gavin masih muda Ayah dan baru kali ini dia memikirkan sesuatu yang benar-benar untuk dirinya. Jadi kasih dia waktu untuk berpikir Yah.."

"Ayah tau sayang, ini kan Ayah lagi kasih dia waktu untuk berpikir. Ayah gak pernah tanya Gavin lagi kan?"

"Iya, tapi jangan sembunyikan Marsha dari Gavin!"

"Itu kan biar Gavin bisa berpikir dengan tenang sayang.. Kamu tenang aja, semua baik-baik aja.."

"Gak ada yang baik-baik saja Yah! Marsha nangis setiap hari, Gavin bahkan ikut menghindari dari Ayah dan Marsha, Ayah juga tidak baik-baik saja membiarkan anak-anaknya tersiksa begitu.."

"Iya sayang, aku tau itu. Sebentar lagi yaa.. Gavin pasti menuruti apa kata Ayah, hanya tunggu sebentar lagi.."

"Ayah, Gavin masih muda. Pikirannya juga belum sestabil Ayah. Sejak kecil ia selalu berusaha terlihat lebih dewasa daripada seharusnya. Gavin selalu melalukan semua yang Ayah minta. Baru kali ini Gavin melakukan apa yang dia ingin kan, jadi jangan tekan Gavin begini Yah.."

"Ayah gak tekan Gavin sayang, ayah cuma mau dia ingat kalau Marsha juga butuh dia sekarang bukan hanya di masa depan.."

"Terserah Ayah saja!! Entah kenapa kalian jadi keras kepala begini semua.."

Sungut Serena kesal sembari membereskan piring kotor. Entah mengapa suaminya dan anak bungsunya tak ada yang mau mengalah kali ini. Tangisan Marsha juga tak mampu meruntuhkan mereka.

"Dan bukan hanya untuk Marsha, Ayah juga gak mau anak Ayah terlalu fokus hingga melupakan semuanya. Melupakan kesehatannya, melupakan kalau dia masih muda. Gavin bahkan tak pernah bersenang-senang menikmati waktu mudanya. Ayah mau dia meninggalkan S2 nya itu agar Gavin bisa menikmati waktu mudanya. Menikmati dunia kampusnya dengan seharusnya, tidak hanya belajar dan belajar seperti yang dia lakukan sekarang..."

"Sesekali dia keluar sama teman-teman nya atau ikut demo gitu kan biar seru hidupnya..."

Serena menghentikan kegiatannya mendengar penjelasan suaminya. Tanpa sadar ia tersenyum, mengerti maksud suaminya yang hanya menginginkan kebaikan untuk anaknya.

"Bunda mengerti..."

Garendra pun ikut tersenyum. Keduanya saling menatap dengan senyuman yang masih melekat di bibir masing-masing.

"Abang berangkat ya bunda.." ujar Nathan yang sedari tadi hanya diam menikmati sarapannya sekaligus perdebatan orangtuanya.

"Udah bawa bekal kan?"

"Udah bunda, aku berangkat.."

"Nathan!! Ayah masih tunggu kabar baik lohh!!"

"Nantii!!"

Hanya itu balasan Nathan sebelum meninggalkan rumahnya. Garendra dibuat kesal karenanya.

Nathan sudah bertemu dengan gadis yang ia jodohkan untuk anak sulungnya itu. Tapi baik Nathan maupun si gadis itu belum memberikan kabar apapun kepadanya. Ayah tampan itu kan penasaran!

Sementara kita beralih ke si gadis absrud kita yang sedang meratapi nasibnya. Menangis sambil memeluk bantal milik Gavin.

"Huhuu, Marsha kangen Gaviin.. Hikss.. Tapi Gavin jahat, Gavin punya pacar,hiks.. Marsha gak di kasih pacar,hikss.. Harusnya Marsha duluan yang punya pacar! Huuhuu, Gavin jelek! Gavin jahat! Gavin jelek sekali pokoknya! Tapi Marsha kangeenn, huaaaa.."

"Hikss, kenapa bantal Gavin harum shampo Marsha ya? Hiks, Gavin pake shampo Marsha yaa? Huaaaa, Gavin jahatnya dua kaliii, huaa bundaaa... Gavin curi shampo Marsha!! Hhuaauaa.."

Serena segera berlari ke kamar Gavin, meninggalkan piring cuciannya dan suaminya yang masih di meja makan.

"Kenapa sayang?"

"Gavin jahat bunda! Hhuuaa.."

"Jahat kenapa sayang?"

"Gavin curi shampo Marsha, liat ini bantal Gavin bau shampo Marsha, hiks.. Gavin pakai shampo stroberi Marsha biar di sayang sama pacar nya gitu ya? Hikss, Marsha juga mau pacar, mau pake shampo stroberi banyak banyak biar disayang pacar nanti, hiks... Pokoknya bunda harus beliin Marsha shampo stroberi yang banyak nanti ya? Hikss.."

"Iya sayang, kalau perlu nanti bunda suruh ayah bangun pabrik shampo stroberi buat kamu.."

"Huhuu, bunda memang terbaik. Gak kayak Gavin jahat!"

"Nanti kita hukum Gavin ya sayang, sekarang kamu mandi dulu. Mau ikut bunda ke kafe kan?"

"Okeeyy bunda, tapi nanti Marsha bantuin abang Reza yaa?"

"Emm, bantuin bunda aja yaa? Atau kita nonton Molang sama Piu Piu, mau?"

"Heemm, padahal Marsha mau liatin bang Reza masak. Tapi kalau bunda lagi ingin sekali nonton Piu Piu, Marsha oke!"

"Sekarang kamu mandi.."

Marsha segera bangkit dan masuk ke kamar mandi begitu saja. Serena menghela nafasnya lalu menyiapkan baju Marsha di kasur dan mengaitkan handuk di pintu kamar mandi. Si gadis ceroboh itu memang..


Gavin sudah menyelesaikan soal ujiannya, lalu ia bangkit dan menyerahkan lembar jawabannya kepada dosennya. Teman-teman sekelas menatap Gavin kagum sekaligus kesal. Ini baru setengah jam ujian dilaksanakan, tapi si tampan itu sudah selesai.

Segera Gavin meninggalkan kelasnya dan berjalan menuju kantin dimana para sahabatnya sedang menunggu.

"Jadi kenapa bapak mertua meminta kita kumpul disini? Apa ini soal yang kemarin?" tanya Gabriel begitu mereka berkumpul.

"Hem, aku mau beresin anak itu dan butuh bantuan kalian.."

"Oke bapak mertua, beres itu. Serahin semua sama si kembar tampan dan si pasangan kanebo ini. Bapak mertua fokus bujuk calon istriku saja, okee?"

"Stop Gab, atau aku lempar kamu ke rawa-rawa sana!"

"Ck, masih saja galak.."

"Aku mau dia lulus setelah aku! Dan buat dia menikmati keindahan kampus kita ini!"

"Busyet, memangnya kamu lulus kapan? Gak kelamaan?"

"Gak Leo.. Dia pantas dapatin itu. Dan aku gak lama lulus nya, mungkin dua tahun lagi.."

"Ookee deh.."

"Thanks.. Aku pergi dulu.."

Ke empat mahasiswa itu hanya bisa mengangguk dan membiarkan Gavin pergi meninggalkan mereka dengan tugas negara.

"Ini kenapa kita kayak pasukannya gitu yaa? Tapi aku suka, kita kayak agen CIA atau FBI yang lagi dapat tugas negara. Iya kan Dan?"

"Hemm..."

Dan seperti biasa si datar itu hanya menjawab sesingkat itu. Kadang Gabriel kasihan kepada adik kembarnya itu dan berpikir bagaimana adiknya itu nanti dapat pacar kalau masih datar gitu teruss..

"Ah, Sherin!"

"Oh? Danil..!"

"Hai, mau makan?"

"Iyaa, jawab soal ujian buat perutku kelaparan.."

"Sendiri? Aku temani, mau?"

"Gak usah, kamu kan lagi sama teman kamu.."

"Gak apa, mereka udah mau pergi kok.."

"Ya sudah, ayo!"

Daniel segera berdiri dan mengikuti si gadis incarannya itu menuju meja lain.

Gabriel dan si pasangan kanebo hanya bisa melongo menatap Daniel dari jauh. Mereka di buat takjub karena ada manusia selain Marsha yang membuat si datar itu berekspresi.

"Bunda?"

Gavin menyusupkan kepalanya di celah pintu ruangan Serena yang sengaja ia buka sedikit.

"Gavin? Kamu sudah lama sayang?"

"Gavin baru sampai bunda. Marsha gak ada disini?"

"Ayah mu baru saja ke kantor dan mengajak Marsha kesana.."

Gavin mengangguk pelan. Niatnya kesini untuk bisa bertemu dan berbicara dengan Marsha. Tapi ternyata Ayah nya lebih licik. Pasti si bapak tua itu sudah tau jadwalnya dan menculik Marsha dari kafe bunda.

"Gavin? Boleh bunda bicara sayang?"

"Bicara saja bunda.."

"Duduk dulu sini.."

Serena mengikuti tangan Gavin dan membawa si bungsunya itu duduk di sofa, agar lebih nyaman bicara.

"Kamu gak mau pikir ulang apa yang Ayah kamu bilang nak?"

Gavin hanya terdiam tak mau menjawab pertanyaan Serena.

"Bunda tau tujuan kamu juga baik sayang.. Tapi ingat satu hal, Marsha gak hanya butuh kamu di masa depan. Dia butuh kamu setiap harinya.."

"Jadi kamu tidak usah buru-buru sekarang, mengerjakan semua sekarang biar nanti gak bolak-balik dan sibuk. Menyelesaikan semua sekarang biar nanti bisa punya waktu luang yang banyak untuk Marsha, begitu kan?"

Gavin kembali mengangguk.

"Marsha gak pernah mau seperti itu nak.. Marsha gak pernah minta atau nuntut banyak waktu, dia cuma mau kamu disampingnya, di dekatnya. Apapun kegiatan kamu, kesibukan kamu, Marsha cuma mau di samping kamu dalam keadaan apapun..."

"Gak apa kamu sibuk dengan pekerjaan kamu, yang penting Marsha bisa melihat kamu dan memastikan kamu disampingnya selalu. Hanya itu sayang.."

Gavin terdiam menundukkan kepalanya. Ucapan bundanya membuatnya seakan baru saja terbangun dari tidur panjangnya.

Bunda benar. Gavin terlalu terobsesi menyelesaikan kuliahnya untuk dua gelar sekaligus. Dengan tujuan agar ia bisa menikmati waktu di masa depan tanpa harus memikirkan masalah pendidikan kembali.

Gavin pikir dengan begitu, waktu luangnya untuk Marsha akan lebih banyak. Gavin terlalu fokus hingga melupakan si mungil kesayangan nya yang selalu membutuhkannya di setiap saat.

"Pikirkan lagi sayang ya? Tidak ada yang mengharuskan kamu terburu-buru seperti ini. Ayah juga gak minta kamu secepat mungkin untuk bekerja di perusahaan. Nikmati waktu muda kamu ini, ajak Marsha kelilingi dunia ini layaknya anak-anak muda. Jangan terlalu fokus akan masa depan, nikmati saja waktumu sekarang. Masa depan sudah diatur sama yang diatas, mengerti sayang?"

Tanya Serena sembari mengusap kepala Gavin lembut. Memberi ke tenangan kepada Gavin agar tak merasa tertekan dan terlalu memaksakan diri.

"Gavin mengerti. Terimakasih bunda.." ujar Gavin lalu memeluk Serena dengan erat.

Serena dengan cepat juga membalas pelukan anaknya itu. Tangannya beralih mengusap punggung lebar si bungsu.

"Ahh, anak bunda sudah besar semua ternyata. Bunda sudah tua yaa.."

"Bunda tetap cantik kok.."

"Terimakasih sayang.."








Yuuhuuuu!!!
Thank yu guys masih mau baca dan dukung cerita ini...

Aaaaaaand

Aku masih mau promo cerita aku yang baru itu lohhh
Mapacha Wakufanana!!!!
Baca juga yaa, seru lohh!!

Si absurd Marsha sudah mau end
Jadi aku ganti sama si kembar absurd!!!!
Dibaca loh yaaa....
Aku maksa loh yahh, hihiiii

Thank youuuu ^•^

Continue Reading

You'll Also Like

181K 7.1K 60
RANK: #1 brother (11/05/2022) #1 penulisbaru (06/04/2024) #1 complete (17/06/2023) #2 duda (22/06/2023) #4 singleparent (04/03/2024) #2 acak (03...
3.6M 289K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
96K 2.4K 52
Kehidupan seorang Queensha Falery Zavandra yang awalnya dikelilingi kemewahan, harus berakhir kala dirinya dikirim ke luar kota seorang diri untuk be...
961 384 17
Anna Stefanny Prawidja adalah seorang murid yang selalu ceria, pintar dan cantik. Ia terlahir dari keluarga kaya raya. Namun suatu ketika, keluargany...