Hei, nona absurd!

By Anitbee

108K 7K 849

ini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal... More

Hello, this is MaRsha NOT Masha
Aku Gavin
Marsha takut bear
Sayang Gavin
Marsha fine, Vin
Don't take my papa bear, Anna!
Abang Nathan
Si Pengacau Marsha
Go Away Anna!!!
it's papa bear jealous time
Tetangga Baru
Anna vs Keripik kentang
Anna vs Keripik Kentang pt.2
A Day with keripik kentang
What Happen
Teletubbies
School Again
Si Mungil dengan Perut Ajaibnya
Meet the twins' family
Mau Tidak??
Morning Papa Bear!!
Sweet Chocolate Cakes for Leo
Marsha lagi Belajar!!
"Gavin jangan cemburu begitu.."
Marsha juara!!
Marsha Hilang!!
Without You
The Way Back Home..
Normal but not Normal
Your King!
Not Double Date!!
Want to be...
Abang Nathan pt.2
Si Genit Marsha
Marsha Juga Perempuan...
Marsha sayang Gaby juga kok...
Devil's Gavin
The Return of Superman
Night Talks
Marsha's New Story is Begins!!
Absurd Feast by Marsha!
Gavin Kok Gitu??!
Gavin! Marsha Nangis nih?!!
Marsha, Danny dan Bubbletea
Again
Selfish
Sorry
My Queen
Liburan Marsha...
Mine
Married Absurd Girl
Hari Pertama
Gagal Honeymoon
Serasa Honeymoon
Semua Gara-gara Nathan
Jadi Honeymoon!
Honeymoon ala Marsha
Honeymoon ala Marsha pt.2

Gavin itu Punya Marsha!!!

1.3K 151 36
By Anitbee

Gavin baru saja menyerahkan laporan proyek yang ia kerjakan kepada dosennya. Ini lah proyek terakhirnya untuk semester ini. Sebentar lagi akan ujian semeter dan Gavin harus fokus ke sana.

"Gavin?"

Gavin berhenti menuruni tangga mendengar namanya di panggil. Ada Dinda sedang tersenyum manis kepadanya. Gavin hanya diam tanpa berekspresi sedikit pun sembari menunggu si kakak kelas itu bicara.

"Aku jadi besok seminar proposalnya, kamu datang ya?"

Gavin masih diam lalu mengangguk pelan dan segera berlalu dari sana.

Dinda yang melihat anggukan Gavin tadi tersenyum lalu menjerit tertahan. Menatap kepergian Gavin dengan wajah meronanya.

Gavin berjalan cepat menuruni tangga, tak peduli orang-orang sekitar yang menatapnya kagum. Yang di otaknya sekarang adalah bagaimana caranya agar ia bisa cepat keluar dari kampus dan menjemput si mungil di restoran bunda.

Si mungil memilih ikut bunda tadi pagi karena sedang ingin minum yogurt yang ada di kulkas restoran bunda. Entah lah, padahal di kulkas rumah juga masih banyak yogurt.

Gavin akhirnya berhasil memakirkan mobilnya di parkiran restoran bunda setelah melewati jalanan macet tadi. Maklum sudah sore dan banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"Hihii, abang tampan kok makan sendiri aja? Mau Marsha temanin gak??"

Gavin mengernyit begitu mendengar nada centil itu. Entah abang tampan mana lagi yang di dekati si genit satu itu.

Begitu Gavin masuk, ia bisa melihat interaksi dua manusia beda gender di meja kasir sana. Si gadis penjaga kasir dengan senyum-senyum genitnya dan seorang pria dengan senyuman tampan nya. Gavin berdecak, merasa dongkol melihatnya.

"Ekhem!"

"Oh? Gaviiinn??!"

Seru Marsha semangat lalu bergegas turun dari kursi kasir dan berlari melompat ke gendongan Gavin.

"Gavin Gavin Gavin Gaviiinn!! Hihii.."

Dan hanya dengan seruan dan cekikikan itu, Gavin sudah luluh. Senyum si tampan itu langsung melebar dan melupakan rasa dongkolnya tadi.

"Huaaaa, Marsha terbaaang...!!"

Gavin mengangkat tubuh mungil itu lebih tinggi lalu berlari mengelilingi restoran. Untung saja sudah sepi, hanya ada dua meja yang terisi dan para pelayan ditambah si abang tampan yang masih berdiri di meja kasir sana.

Para pelayan tertawa melihat sepasang manusia itu. Mereka memang paling semangat jika Marsha berkunjung. Aura positif dan semangat gadis itu selalu menular ke mereka. Rasa lelah dan jenuh akan berkurang jika mendengar tawa gadis itu.

Bukan hanya pelayan, para pelanggan tak jarang menanyakan tentang si mungil itu. Bagaimana tidak, Marsha si absurd tetaplah absurd dimana pun berada. Kadang berlarian di dalam restoran sambil tertawa karena berhasil mengerjai pekerja. Atau bernyanyi dan berjoget tak jelas di meja kasir. Gadis itu juga rajin melayani pelanggan, menanyakan pesanan dengan nada imut dan menggemaskannya.

"Astagaa, Gaviin! Awas Marsha nya jatuh nak!!"

Serena bahkan sampai keluar dari ruangan mendengar keributan di depan.

"Hahahaa, bundaaaa!! Marsha terbang loh kayak kecoaa, huaahaha.."

"Udah udaah, Marsha baru makan nanti dia gumoh lagi.."

Gavin akhirnya berhenti di depan sang bunda dengan nafas yang tersendat. Lumayan juga menggendong si mungil itu sambil berlari.

"Kok berhenti? Ooh, bunda mau ikut juga ya? Mau terbang jugaa? Gaviin!! Ayo terbang lagi, ada penumpang baru!! Sebentar ya penumpang, supirnya lagi isi nafas.."

"Gak sayang, bunda gak mau ikut. Ayo, kita makan saja. Gavin pasti sudah lapar.."

"Ayo bunda! Marsha juga udah lapar loohh.."

"Lagi?"

"Hehee.."

Serena menggelengkan kepalanya, pusing memikirkan bagaimana keadaan perut Marsha sekarang. Sedari pagi tak pernah berhenti mengunyah dan baru lima menit yang lalu menghabiskan makan siangnya yang kedua kali.

Padahal Serena selalu rutin memberi Marsha obat cacing. Tapi kenapa perut Marsha masih saja seperti orang cacingan?


"Ke kampus Gavin~~ ketemu abang tampan~ hiya hiya yooo~~ "

"Ke kampus Gavin ~~ Jumpa bapak guru tampan~~ hiya hiya yooo....~"

Gavin hanya bisa menggeleng sembari fokus mengendarai mobilnya di jalanan.

Jadi pagi ini Gavin membawa Masih ke kampusnya. Ia hanya ada satu kelas pagi ini dan satu lagi di sore hari nanti. Jadi lah Gavin membawa si mungil yang sejak tadi malam berjoget kesenangan. Gadis itu bahkan cepat tidur agar cepat bangun dan tidak terlambat ikut Gavin ke kampus.

"Hihii, Gavin? Apa guru Gavin nanti yang tampan itu? Yang tinggi itu? Kalau iya, Marsha boleh masuk ke kelas Gavin nanti kan? Marsha mau menatap masa depan Marsha nanti, heheeuu.."

"Memangnya Gavin kurang tampan apalagi hm? Kok masih lihat yang lain, lihat Gavin aja belum cukup?"

"Huh? Bukan gak cukup Gaviiin.. Tapi kan abang-abang tampan juga masih banyak. Masa Marsha gak lihatin? Kan sayang, abang-abang tampannya gak dilihat Marsha yang cantik ini??"

"Ooh, jadi Marsha cuma lihatin aja kan? Gak ada rencana jadiin pacar kan?"

"Hemmm.. Gini ya Gaviiin.. Jodoh kan ada di tangan Tuhan, jadi Marsha gak boleh bilang enggak sekarang. Nanti kalau Tuhan kasih abang tampannya jadi jodoh Marsha kan Marsha harus terima, harus ikhlas lahir batin gituu... Apalagi kalau abang tampannya kayak abang Mario, Marsha harus ikhlaaass hihii.."

"Itu mah mau nya kamuu.."

Gavin rasanya ingin mencekik atau memukul sesuatu sekarang ini. Suara tertawa renyah gadis disampingnya itu saat membicarakan abang tampannya itu membuat Gavin menyesal. Menyesal mengapa dari dulu ia tak mencegah hobi Marsha yang satu itu.

"Gavin, kok guru yang ini? Yang tampan terus tinggi itu dimana?"

Marsha berbisik ke Gavin yang ada disampingnya. Guru..., maksudnya dosen pengajar di depan sana bukanlah yang Marsha cari.

Marsha menunggu dosen tampan dan tinggi bukan dosen ibu-ibu yang bahkan lebih tua dari bundanya. Lihat saja, mereka bahkan pindah kelas karena ibu dosennya tidak kuat lagi naik tangga.

"Memangnya kapan Gavin bilang kalau yang mengajar itu dosen tampan dan tinggi itu?"

Tanya Gavin ikut berbisik. Marsha melebarkan matanya dan membuka mulutnya, kaget dan tak terima dengan perkataan Gavin. Marsha dikhianati!!

Gavin terkekeh lalu mendorong dagu Marsha agar mulut itu tertutup.

Beberapa mahasiswa sekelas Gavin sibuk mencuri-curi lirikan ke meja mereka. Suara kekehan Gavin terdengar oleh beberapa orang dan itu membuat mereka terkagum di tempat masing-masing.

Hingga beberapa saat terlihat Marsha mencoba menahan rasa kantuknya. Mereka sudah hampir satu jam di kelas mendengarkan penjelasan dari ibu dosen yang malah seperti alunan pengantar tidur untuk Marsha.

Apalagi di tambah usapan tangan Gavin di pinggang belakangnya. Marsha akhirnya menyerah dan menutup mata beratnya. Kepalanya bahkan hampir terjatuh ke meja. Untung saja Gavin sigap dan menarik kepala Marsha ke lengannya yang ada di meja.

Marsha sedang bermain kejar-kejaran dengan dosen tampan dan tinggi di mimpinya. Marsha yang sedang mengejar dosen tampan yang berlari menghindarinya. Lalu Marsha melihat dosen tampan itu bersembunyi di balik pohon. Marsha berlari cepat menghampiri pohon dan bersiap mengejutkan si dosen tampan itu. Tapi Marsha tidak mendapati si dosen tampan disana, tapi malah..

"Gavin?"

"Iya sayang?"

"Kok Gavin disini?"

"Lalu aku harus kemana? Pulang dan ninggalin kamu sendirian di kelas ini?"

"Kelas? Marsha kan lagi main film india di taman sama bapak guru tampan~~ tapi bapak guru nya hilang disini, apa bapak gurunyaa di makan pohon? Atau masuk ke dalam tanah kayak Alice ?"

"Bukan, tapi kamu yang harus buka mata atau Gavin ninggalin kamu sama hantu kelas ini.."

"Hantu??.." tanya Marsha sembari membuka matanya yang sedari tadi tertutup.

"HUAAAA GAVIINN!!! Ada hantu tampan!!"

Cup

"Berisik banget kamu, ayo pulang"

"Huh! Marsha pikir Gavin itu hantu.. Marsha kaget terus terkejut terus deg deg an jugaa terus.."

"Jangan terus aja, kamu nabrak tiang itu nanti.."

"Iihh! Gavin gak seru!! Marsha lagi cerita malah ngomong. Nanti dulu Gavin ngomong kan bisa, tunggu Marsha selesai cerita gitu looh.."

"Iyaa, maaf ya tuan putri.."

"Hihi, gitu dong. Marsha mau makan ya Gavin, boleh kan?"

"Makan di kantin?"

"Yeeyy, di kantin yang besar itu yaa Gaviinn..~ yang abang kantin nya juga tampan ituu.."

Gavin hanya mengangguk malas mengiyakan. Sembari menggandeng tangan si mungil menuju mobilnya. Gavin menghubungi para sahabatnya untuk makan bersama.

Gavin dan Marsha sampai di kantin yang terlihat begitu ramai. Gavin mengedarkan matanya mencari Leo dan Anna yang katanya sudah disana duluan.

"Gaviiinn!"

Gavin memutar kepalanya ke samping, rupanya Leo dan Anna ada disana. Lalu untuk apa ia mencari jauh-jauh tadi? Tapi memang begitu lah, sering kita mencari yang jauh padahal di dekat kita juga ada.

"Annaaa, Elsaa datang..!!"

Teriak si mungil yang sudah mendedikasikan dirinya sebagai Elsa, kakak Anna dan si ratu es dalam animasi Frozen. Dengan Gavin dan Leo yang jadi Hans dan Kristoff, lalu Daniel jadi Olaf si manusia salju dan Gabriel si rusa kutub. Lengkap sudah.

"Hai Sha, sini makan sama Anna. Tadi Anna udah pesan makanan untuk Marsha juga. Apa ini cukup? Atau kamu mau nambah lagi?"

Tanya Anna sembari menarik Marsha untuk duduk di sampingnya. Dan ya, Marsha memang selalu berhasil membuat orang di sekitarnya tak bisa berlama-lama menjadi pendiam.

Gavin dan Daniel saja yang memang pendiam dan tak banyak bicara akan berubah jika di dekat Marsha. Dan kini Anna yang dulu juga lumayan pendiam sekarang lebih banyak bicara dengan Marsha. Bahkan sering masuk ke dunia absurd Marsha tanpa sadar. Seperti Leo, kekasihnya.

"Anna, tadi cicak Marsha bertelur lagi lohh! Ada banyak telurnya! Ada di kamar Marsha jugaa. Tapi Marsha sedih, bibi Mar gak mau goreng telurnya.."

"Oh? Memangnya dapat berapa tadi? Mungkin bibi Mar gak tega pecahin telur cicaknya Sha.."

"Kenapa gitu?"

"Nanti kalau telurnya di pecahin terus mamanya cicak cariin telurnya gimana Sha? Kalau mamanya cicak tau telurnya kamu makan, nanti mamanya cicak jadi sedih dong.."

"Iya yaa, Marsha gak pikirin mamanya cicak. Kalau telurnya di goreng sama bibi Mar terus Marsha makan terus mamanya cicak sedih terus Marsha di laporin ke polisi terus telurnya cicak di ambil lagi dari perut Marsha terus perut Marsha di potong dong?? Hiiii, seraammm. Marsha gak mau minta telur cicak goreng lagi pokoknya!!"

Lihat kan? Bagaimana Anna bisa dengan mudah Marsha tarik ke dunianya. Leo sampai takut jika kekasihnya itu nanti akan ikut absurd seperti Marsha. Jangan sampai ya Tuhan!

Setelah makan siang, Gavin kembali masuk kelas dan Marsha ikut Gabriel. Gabriel membawa Marsha ke danau kecil yang masih ada di dalam kawasan kampus dan dekat dengan gedung belajar Gavin.

Keduanya hanya duduk menikmati suasana danau di sore hari sambil berdebat tak jelas. Hingga Gavin menelpon dan meminta Gabriel mengantar Marsha ke gedung belajarnya.

Marsha dan Gabriel baru saja tiba di gedung belajar Gavin. Dengan semangat Marsha berlari masuk ke dalam gedung.

Tetapi belum sampai didalam, Marsha melihat Gavin. Di tengah kerumunan mahasiswa yang lumayan ramai. Ada bunga dan boneka tergeletak rapi di dekat dinding dan banyak sorakan dan tepukan untuk dua orang yang sedang berpelukan di tengah sana.

Marsha merasa sesak di dadanya melihat itu. Dengan mata berkaca dan nafas berburu, Marsha berjalan cepat menerobos kerumunan.

"LEPASS!!"

Teriak Marsha sembari melepas tangan gadis yang sedang memeluk Gavin dan mendorongnya kuat.

"JANGAN PELUK GAVIN!! JANGAN SENTUH GAVIN!! JANGAN AMBIL GAVIN!!!

"GAVIN ITU PUNYA MARSHA!!!Hiks.."

"CUMA PUNYA MARSHA!!!Hueeee.."

Teriak Marsha sambil menangis lalu berbalik dan berlari meninggalkan kerumunan itu.

"Sha! Sayang!??"

Gavin mencoba menahan tangan Marsha. Tetapi gadis itu malah menghempaskannya dan berlari memeluk Gabriel dan meminta pulang.

Gabriel menatap Gavin sebentar dan setelah mendapat anggukan, akhirnya Gabriel membawa Marsha pergi dan mengantar pulang.

Sementara Gavin mencoba menahan emosinya. Dengan perlahan, mata elangnya menatap tajam si gadis yang memeluknya tadi.

"Saya tidak kenal dengan anda, saya hanya tau nama anda! Jadi jangan sok akrab. Saya jijik!!"

"Anda akan tau resiko sudah membuat kesayangan saya menangis dan salah paham!"

Gavin meninggalkan kerumunan yang terdiam dan tercengang itu. Termasuk si kakak tingkatnya, si gadis yang memeluk nya tadi. Dinda yang gemetaran dan entah mengapa merasa ini akhir hidupnya.






Monday Monday Monday is Monster day ~~~

Happy reading guyss..

Sorry for typo.... ^•^

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 129K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
1.3M 74.9K 63
Laki laki kejam yang menemukan sepasang bayi di balik pohon, membuatnya terpaksa mengurus ke 2 bayi itu. Alaska Falerian ketua xavir geng terbesar, m...
701K 7.7K 7
SEQUEL ATAU BISA DI BILANG LANJUTAN DARI GARKA YA. (FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Rank 1 in #Pemuda (23/04/20) Rank 1 in #Terkenal (20/05/20) **** Ki...
755K 35.5K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...