Once Upon A Time

By Sweet_girl77

52.2K 4.8K 293

Cedric membungkukkan tubuh, mendekatkan mulut ke arah telinga wanitanya. "Once upon a time, I meet a woman. S... More

One
Two
Three
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight - END

Four

2.4K 247 13
By Sweet_girl77

Tavisha lagi-lagi mendesah karena merasa resah dengan pertemuannya dengan pemimpin tertinggi Martel Corp yang sebentar lagi akan terlaksana. Kejadian di rumah Cedric sudah terlewat selama dua minggu dan selama itu pula Tavisha berhasil menghindari pria itu. Ia selalu menolak jika Ansell mengajaknya untuk bertemu dengan Cedric, beralasan jika dirinya sudah tidak terlalu dibutuhkan karena perjanjian kerja sama sudah disetujui.

Tapi, berbeda dengan hari ini, Tavisha tidak bisa menolak permintaan Ansell untuk datang sebagai perwakilannya. Karena sepupunya itu tengah pulang ke Indonesia untuk mengurus sesuatu yang teramat penting.

"Ms. Legger, Mr. Cedric sudah menunggu Anda di ruangannya." Steven menghampiri Tavisha yang tengah duduk di sofa ruang tunggu. Tavisha yang semula sedang menunduk, mendongakkan kepalanya. Dengan sigap wanita itu berdiri lalu mengikuti langkah Steven yang menuntunnya menuju ruangan sang pemilik perusahaan.

Steven mengetuk pintu dua kali sebelum membukanya dan mempersilahkan Tavisha untuk masuk ke dalam. Tak dapat dipungkiri selama menunggu pertemuannya dengan Cedric, jantung Tavisha berdetak lebih cepat dari biasanya. Dan kini ketika dirinya sudah berada di ruangan yang sama dengan pria beraura dominan itu, ia dapat merasakan keringat dingin mulai muncul di permukaan tangannya.

"Good afternoon, Tavisha." ok, Tavisha sudah tidak bisa lagi menghindar ketika telinganya menangkap suara rendah nan seksi milik Cedric. Tavisha langsung memasang senyum profesionalnya sebelum melangkah mendekati meja Cedric. "Good afternoon, Sir."

Bibir Cedric berkedut, berusaha menahan kekehannya karena gelagat gugup Tavisha yang masih nampak begitu jelas di matanya. Pria itu kemudian mempersilahkan Tavisha untuk duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. "Please have a seat, Miss."

Cedric bangkit dari duduknya dan berjalan di belakang Tavisha menuju sofa. Pria itu menempatkan diri di single sofa yang berada di ujung. Sedangkan Tavisha, wanita itu memilih untuk mendudukkan dirinya di serong Cedric.

"So, Ansell sedang berada di Indonesia ?" tanya Cedric membuka percakapan. Tavisha menyilangkan kakinya sebelum menjawab, "Right, Sir. Ansell sudah berada di Indonesia sejak dua hari yang lalu."

"Berapa lama kira-kira dia berada di sana ?"

"One or two weeks, tergantung seberapa cepat dia bisa menyelesaikan persoalan yang ada di sana." Cedric mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ia lalu menyondongkan tubuhnya ke depan dengan pandangan tajamnya yang tak lepas dari manik Tavisha. "Kalau begitu, aku akan mengadakan pertemuan dengan Viano Corp lebih sering selama satu sampai dua minggu ini."

Mata Tavisha sempat melebar untuk beberapa detik. Tavisha tahu betul apa arti dibalik kalimat Cedric barusan, namun ia kini memilih untuk berpura-pura bodoh. "Apakah masih banyak hal yang perlu dibicarakan mengenai kerjasama perusahaan kita, Sir ? Sampai Anda ingin mengadakan lebih banyak pertemuan."

Cedric menunjukkan senyum miringnya. "Kamu memanggilku dengan Sir lagi. Apa kejadian dua minggu yang lalu membuatmu lupa dengan namaku, Tavisha ?"

Tavisha memejamkan matanya, mengumpati pria yang berada di serongnya itu karena sudah menyinggung kejadian yang sangat ingin ia lupakan. "Dua minggu yang lalu, sorry sudah menampar, Anda."

Cedric terkekeh, mengingat kejadian setelah dirinya mengecup bibir merona milik Tavisha, ia mendapatkan tamparan cukup keras di pipi kanannya. "No problem. Tamparan kamu malah membuatku semakin tertarik karena selama ini, para wanita akan berlomba-lomba untuk memberikan ciuman di pipiku. Tetapi kamu, kamu melakukan hal yang berbeda dengan menamparku."

Tavisha menatap pria di serongnya dengan pandangan gugup bercampur heran. Bagaimana bisa pria itu merasa tertarik dengannya ketika mendapatkan sebuah tamparan ?

Tavisha berdeham sekali untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering. "Bisa kita mulai berbicara tentang bisnis ?"

Sudut bibir Cedric tertarik sedikit. "Well, sebenarnya aku lebih tertarik membahas mengenai kita. But, as you wish, Nona, kita akan membicarakan apa yang perlu kita diskusikan perihal kerja sama perusahaan kita."

..........

Cedric mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada meja kebesarannya. Langit sudah berubah warna menjadi gelap sekarang, namun Cedric belum juga beranjak dari gedung Martell Corp yang menjulang tinggi.

Berkas-berkas di mejanya masih berserakan, menunggu diperiksa oleh sang pembuat keputusan tertinggi Martell Corp. Namun, kertas-kertas putih itu sepertinya masih harus menunggu beberapa waktu sampai Cedric menyentuhkan jemarinya dan memeriksa mereka satu persatu.

"Cedric." sang pemilik nama yang tengah termenung itu nampak menggeram karena terkejut dengan kehadiran seseorang yang langsung membuka pintu ruangannya begitu saja.

"Ada apa ?"

"Ada apa ? Pertanyaan macam apa itu, bro ? Jangan bilang, kau lupa dengan pesta ulang tahun Cara si cantik jelita." Zidan – sahabat yang seringkali tidak dianggap oleh Cedric itu kini memandang Cedric dengan pandangan menyipit.

Cedric langsung mengumpat dalam hati karena memang dirinya melupakan acara itu. Pikirannya seolah dibuat penuh oleh seorang wanita yang baru saja tadi siang ia temui. "Aku lupa menyuruh Steven membelikan hadiah untuk Cara."

"Oh c'mon, semua orang juga tahu, cukup dengan kehadiranmu saja di pestanya sudah menjadi hadiah yang menyenangkan. Ayo, aku sudah tidak sabar untuk berkenalan dengan wanita-wanita cantik." Zidan membalikkan tubuhnya, tepat ketika Cedric mengejeknya, "Dasar pria buaya."

Zidan menoleh ke belakang dengan seringainya. "Tolong berceminlah. Kelakuan kita tidak jauh berbeda, bung." ucapan Zidan tak elak membuat sahabatnya terkekeh. Pria itu kemudian memberikan isyarat tangan agar Zidan pergi dari ruangannya. "Kau duluan, aku akan menyusul setelah membersihkan diri."

"Jangan terlalu lama. Kau bisa jadi sudah tidak menemukanku di pesta nanti." pesan Zidan itu hanya dibalas dengan anggukkan malas oleh Cedric. Zidan kemudian pergi begitu saja, meninggalkan sahabatnya yang kini sedang menampakkan seringai senang karena otak cerdasnya baru saja memunculkan sebuah ide cemerlang.

..........

Tavisha sedang memakan nasi goreng yang baru saja selesai ia masak. Wanita itu duduk dengan santai di atas sofa sembari melihat serial tv yang sangat ia nanti-nantikan kelanjutannya. Tavisha sudah menghabiskan separuh isi piring ketika bel apartmentnya berbunyi.

Dahi Tavisha berkerut, hanya Ansell dan Janice yang tahu jika dirinya tinggal di sini. Tentu saja bukan Ansell yang menekan bell pintu karena pria itu masih berada di Indonesia. Sedangkan Janice, temannya itu pasti akan mengabari dirinya terlebih dahulu sehari sebelumnya jika akan berkunjung. Lalu siapa yang menjadi tamunya kali ini ?

Masih dengan rasa bingung yang menguasai dirinya, Tavisha menaruh piring ke atas meja sebelum berjalan menuju pintu utama untuk melihat siapa sang tamu. Raut wajah Tavisha langsung berubah terkejut saat melihat layar keamanan yang menunjukkan wajah dari tamunya kali ini.

Tavisha membuka pintu dan langsung menyembur Cedric dengan pertanyaan, "Bagaimana bisa kamu tahu dimana tempat tinggalku ?" Cedric memberikan Tavisha senyum tipisnya. "Jangankan tempat tinggalmu di sini, alamatmu di Indonesia saja aku tahu, Tavisha."

Tatapan Tavisha berubah horor. Wanita itu langsung disergap rasa sesal karena sudah membukakan pintu untuk pria berbahaya ini. Lalu, seolah bisa membaca niat Tavisha yang hendak menutup pintu, Cedric terlebih dahulu memasukkan dirinya ke dalam penthouse milik Ansell.

"Tunggu, sebenarnya apa tujuanmu datang ke sini ?" Tavisha berusaha mencegah Cedric untuk melangkah lebih jauh dengan pertanyaannya. Berhasil, Cedric kembali menghadapkan dirinya pada Tavisha dengan wajah tenang miliknya. "Kalau aku bilang, aku hanya ingin menemuimu, bagaimana ?"

"Gila." desis Tavisha kesal. Wanita itu berniat untuk tidak memperdulikan Cedric dengan masuk ke dalam kamar, namun niatnya itu harus pupus ketika kini Cedric terlihat mendekatinya dengan langkah tenang nan pasti. Tavisha tanpa sadar menelan ludah. Ia sangat ingin berlari menghindari pria itu, tapi di satu sisi ia tidak ingin merasa kalah dengan sikap intimidasi milik Cedric.

"Kamu baru tahu, Tavisha ? Kamu baru tahu jika aku adalah pria gila yang sangat ingin melakukan something bad to you ?" lagi, Tavisha menelan ludah, berusaha untuk mengusir rasa gugup bercampur takut yang kian menggerogoti dirinya. "Jangan macam-macam, Cedric. Aku tidak segan memanggilkan polisi untukmu. Persetan dengan kerja sama perusahaan kita, aku tidak peduli."

Cedric harus menahan diri sekuat tenaga untuk tidak tertawa. Astaga, wanita di depannya ini bilang akan memanggil polisi untuk menangkapnya ? Jangan bercanda, polisi di seluruh negeri ini berada di dalam genggamannya. Mereka tidak akan berani menyentuh seorang Cedric Martell.

Cedric mengangkat kedua tangannya. "Ok ok, aku tidak akan berbuat macam-macam kepadamu. Tapi, sebagai gantinya, aku memintamu untuk menemaniku ke sebuah acara."

Diam-diam Tavisha menghembuskan napas leganya. Pandangan gugupnya kini berubah menjadi curiga. "Acara ? Acara apa ?"

"Well, acara tidak terlalu penting sebenarnya. Hanya acara ulang tahun salah satu kenalanku. Tapi, di acara itu mengharuskan undangannya untuk membawa pasangan." bohong, Cedric sedang membual di depan Tavisha sekarang. "So, berhubung aku sedang tidak memiliki pasangan, jadi aku membutuhkan bantuan dirimu untuk jadi pasanganku."

"Dan kenapa harus aku yang kamu mintai pertolongan untuk menjadi pasanganmu ?" Tavisha masih belum menemukan alasan yang tepat untuk mengabulkan permintaan dari pria di hadapannya ini. Cedric mengedikkan bahu santai. "Jujur saja, sekarang hanya kamu – wanita yang sedang berada di sekitaranku."

Tavisha mendengus. "Anda tidak pintar berbohong, Tuan. Mana mungkin hanya ada satu orang wanita yang berada di sekitaranmu ? Kamu adalah seorang Cedric Martell – pria yang digilai oleh jutaan wanita di dunia. Bagaimana bisa hanya ada aku, Sir ?"

Cedric menyeringai. Ia kemudian menunduk dan membuat pandangan mereka menjadi sejajar. "Kalau aku bilang, aku memang ingin hanya ada seorang wanita bernama Tavisha saja di sekitaranku. Apakah kamu akan percaya ?"

Tavisha terdiam sembari memandang pantulan dirinya yang ada di manik coklat milik Cedric. Lalu, tanpa diduga, Tavisha mengeluarkan kekehannya. "Well, aku jadi penasaran. Aku menjadi wanita keberapa yang mendapatkan pertanyaanmu barusan ?"

Seringai Cedric semakin lebar. Tangannya bergerak cepat menarik pinggang Tavisha dan membuat tubuh mereka menempel. "Apakah kamu akan terkejut jika aku bilang kamu adalah wanita pertama yang aku berikan kalimat itu ?"

Tavisha mendengus lagi. "Tentu saja tidak. Anda pria pintar, pasti Anda bisa menciptakan banyak kalimat rayuan yang berbeda-beda untuk setiap wanita." giliran Cedric yang tertawa. "Kamu memang berbeda, Tavisha. Aku suka."

"Let's end this conversation here, bersiaplah." Cedric tengah melonggarkan dekapannya pada pinggang Tavisha ketika wanita itu dengan tegas menolak. "Tidak mau." sontak Cedric kembali mencengkram pinggang Tavisha. Ia memandang manik biru milik Tavisha yang terlihat sedang menantangnya. "Don't play with me, Miss. Kalau memang kamu tidak mau, fine aku akan membuatmu lelah karena melakukan sesuatu denganku malam ini."

Tavisha langsung berusaha melepaskan diri dengan mendorong dada keras nan kokoh milik Cedric. "Dasar pria gila! Lepaskan aku!"

"Tidak akan. Aku tidak akan melepaskanmu kecuali kamu bersedia menjadi pend-"

"Fine! Aku akan bersiap untuk menemanimu datang ke pesta." Tavisha berteriak karena rasa frustasi yang bercampur ketakutan jika Cedric akan melakukan suatu hal yang tidak-tidak kepadanya.

Cedric langsung menunjukkan senyum kemenangannya. Pria itu kemudian melepaskan Tavisha dari dekapannya. "Good girl. Silahkan bersiap." tidak perlu mendapatkan perintah untuk yang kedua kalinya, Tavisha langsung berlari cepat ke arah kamarnya.

"Cepatlah! Sebelum aku berubah pikiran dan memilih untuk melalukan se-"

"Shut up, Mr. Cedric!" Cedric tertawa. Pria itu kemudian mendudukkan dirinya dengan santai di sofa yang berada di depan tv. Cedric terdiam beberapa saat sebelum terlihat menggeleng untuk mengenyahkan pikiran tidak senonohnya. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu, bagaimana kuatnya Cedric menahan diri untuk tidak melumat bibir ranum Tavisha yang sedari tadi terus mendebatnya.

Cedric mengacak rambutnya kasar. Sial, benar kata Tavisha tadi yang mengatai dirinya gila. Karena memang, dirinya kini begitu menggilai satu orang wanita bernama Tavisha. Pikirannya terus menyuruh dirinya untuk segera mengklaim Tavisha dan menjadikan wanita itu menjadi miliknya, hanya miliknya.

Slow down, Cedric. Bersabarlah. Akan ada waktunya, wanita itu bertekuk lutut dihadapanmu.

..........

Yuhuuu, Cedric dan Tavisha menyapa 😊

Sebenarnya, author pengen nunda melanjutkan cerita ini karena peminatnya yang sedikit. Tapi, karena author sudah terlanjur cinta sama Cedric dan Tavisha, jadi author memutuskan untuk lanjut aja. Yah, hitung-hitung jadi pelarian kalau lagi bumpet di cerita Gala/Edbert/Evan 🙈

Sooo, jangan lupa ya untuk memberikan cerita ini feedback berupa vote dan comment! Buat kalian yang menjadi seorang penulis cerita, pasti tahu sekali sebesar apa pengaruh dukungan dari para pembacanya. Dengan kalian kasih dukungan dan tidak menjadi silent reader, kalian sudah menambah persenan semangat penulis itu. Author nggak pengen menargetkan vote segini atau komen segini untuk update part selanjutnya di semua cerita author, jadi mohon tunjukkan dukungan kalian aja. Jangan sampai author menjadi menargetkan vote atau komen untuk melanjutkan cerita. Terserah buat kalian yang menganggap author sensi atau bagaimana, tapi beneran, rasanya akan beda ketika cerita dari penulis itu diapresiasi dengan dukungan yang nyata. 

Ok, cukup curhatnya author 😌 Love you guys

Salam dari Tavisha,

Iya, akhirnya author nemu castnya Tavisha. Tapi sekali lagi, untuk cast kalian bisa membayangkan siapa saja, author tidak memaksa untuk menerima yang author pilih 😊

Continue Reading

You'll Also Like

7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.8M 8.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
538K 20.7K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...