Cerewet Couple [E N D]

By trifenadeva

13.7K 2.1K 1K

[ Follow dulu sebelum membaca, terima kasih!✨ ] "Aarghhh!" teriak Arkan begitu melihat seorang gadis yang dud... More

|Perkenalan Tokoh|
Arkano Aldrey Devandra
Fiona Meila Gresditya
CC•1
CC•2
CC•3
CC•4
CC•5
CC•6
CC•7
CC•8
CC•9
CC•10
CC•11
CC•12
CC•13
CC•14
CC•15
CC•16
CC•17
CC•18
CC•19
CC•20
CC•21
CC•22
CC•23
CC•24
CC•25
CC•27
CC•28
CC•29
CC•30
CC•31
CC•32
CC•33
CC•34
CC•35
CC•36
CC•37
CC•38
CC•39
CC•40
CC•41
CC•42
CC•43
CC•44
CC•45
CC•46
CC•47
CC•48
CC•49
CC•END??
E N D I N G

CC•26

197 26 7
By trifenadeva

Arkan tengah berada di kamarnya, tiduran dengan menggunakan kedua tangan sebagai bantal. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun Arkan belum juga tertidur. Pikirannya masih melayang-layang pada sosok Fiona.

Bukan. Arkan bukan khawatir dengan kondisi kesehatan Fiona. Gadis itu sudah jauh lebih baik ketika Arkan pulang tadi sore. Kini yang Arkan khawatirkan adalah Reihan.

Arkan merasa was-was kalau Reihan kembali menghubungi Fiona. Bagaimana nanti jika Fiona meresponnya? Lalu Fiona terpengaruh, mereka balikan. Dan terakhir, bagaimana kalau Fiona dicampakkan lagi?

Ah, tidak-tidak. Kepala Arkan menggeleng cepat memikirkan hal itu. Fiona tidak boleh mengalaminya lagi. Apapun caranya Arkan harus mencegah keinginan Reihan untuk kembali pada Fiona.

Tiba-tiba, di saat sedang asik berpikir, pintu kamarnya terbuka. Arkan menoleh, mendapati mamanya masuk ke dalam.

"Ma?" Sapa Arkan sambil mendudukkan dirinya.

"Kamu belum tidur?" Tanya Audrey duduk di pinggir kasur Arkan.

"Belum lah. Kalau udah berarti sekarang yang ngomong sama mama siapa coba? Arwah?" Gurau Arkan membuat mamanya mendelik sempurna.

"Ngomongnya ya gak dijaga." Tegur Audrey.

Arkan terkekeh. "Maaf, ma, Arkan bercanda. Mama kok belum tidur?" Tanya Arkan balik.

"Mastiin kalian udah tidur dulu baru mama bisa tidur. Kenapa kamu belum tidur? Lagi mikirin apa?"

Arkan menggeleng cepat. "Gak, ma. Arkan gak mikirin apa-apa, cuma gak bisa tidur aja." Elak Arkan karena tidak ingin menceritakan apapun kepada mamanya.

"Ya udah, ayo, mama temenin biar cepet tidur. Perlu mama tepuk-tepuk gak pantatnya?"

Mata Arkan membola. "Ih, enggak! Mama ada-ada aja deh, dikira Arkan masih bayi apa?"

Audrey tersenyum, "Iya. Meskipun kamu tambah gede, kamu tetep bayi kecilnya mama."

"Hah?" Ujar Arkan dengan kening berkerut. "Mama nih ish, gak jelas." Desis Arkan.

Audrey terkekeh seraya mengelus kepala Arkan dengan penuh kasih sayang. "Udah tidur kamu. Besok kamu harus sekolah, bangun pagi, nanti terlambat."

"Iya, mama. Sekarang mama keluar oke?" Ucap Arkan sambil tersenyum lebar.

"Mama diusir nih? Awas aja kalau setengah jam lagi kamu belum tidur ya. Beneran mama tepuk-tepuk nanti kayak bayi."

"Iya, mama. Gak sampe setengah jam Arkan udah tidur."

Audrey pun lalu mengalah. Ia bangkit berdiri dan menatap Arkan yang mulai menarik selimut sampai menutupi leher.

"Selamat malam, selamat tidur, Arkan."

Arkan tersenyum. "Selamat malam, selamat tidur juga, mama." Balas Arkan.

Audrey ikut tersenyum, lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar anaknya itu.

Sepeninggal sang mama, Arkan langsung mendudukkan dirinya lagi. Ia masih belum bisa tidur karena memikirkan Fiona.

"Pio-pio Pio-pio. Kenapa lo jadi menuhin kepala gue sih?" Oceh Arkan sambil mengacak rambutnya.

"Gak bisa nih gue khawatir gini terus. Gue harus bilang Pio-pio untuk jaga diri. Tapi gimana caranya ya? Ke rumah dia? Jelas gak mungkin. Nunggu besok? Bisa gak tidur gue hari ini. Ah iya!" Seru Arkan pelan sambil menjentikkan jarinya.

Sedetik kemudian Arkan langsung mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas.

"Bego banget sih, Ar, punya hp bukannya digunain."

Arkan lalu mengusap layar ponselnya dan segera membuka ruang obrolannya dengan Fiona.

"Gue chat atau telepon ya? Telepon gak etis banget, ini udah malem. Tapi chat? Kesannya aneh gak ya?"

Arkan menghela napasnya. "Chat aja deh."

Dan setelah itu Arkan pun langsung mengetikkan pesan singkatnya untuk Fiona.

Arkan :
Pio-pio... udh tdr?

Arkan :
Udh sih pasti hehe, maap ya Pio-pio kalau ganggu. Gue cuma mau blg, jangan salah langkah, gue gak mau lo sedih lagi.

Arkan :
Itu aja Pio-pio, selamat malam dan selamat tidur :p

Setelah memastikan tiga pesannya terkirim, Arkan kembali ke menu utama dan meletakkan lagi ponselnya di atas nakas. Lalu Arkan segera menata bantal. Arkan membaringkan diri sembari menatap langit-langit kamar di atasnya.

"Pio-pio, gue tau pasti aneh rasanya waktu lo baca chat gue. Tapi gue harap lo bisa ngerti maksud nasihat gue itu." Ujar Arkan sebelum matanya benar-benar terlelap.

---

Fiona memasuki kelasnya dengan langkah tergesa-gesa, bahkan rambutnya pun masih terlihat berantakan padahal ia mengendarai mobil. Saat ini ia sedang mencari Arkan, ingin menanyakan maksud teman sebangkunya itu atas pesan yang dikirimnya malam kemarin.

Namun sayangnya, bangku di sebelahnya masih tertutup rapat, menandakan jika Arkan belum sampai di sekolah. Dengan mendengus kesal Fiona pun menarik kursinya dan duduk setelah melempar tasnya di bawah meja.

Fiona lalu mengeluarkan ponsel dari saku roknya. Dibukanya ruang obrolannya dengan Arkan dan dibacanya sekali lagi pesan Arkan semalam.

Arkan : Pio-pio... udh tdr?
Arkan : Udh sih pasti hehe, maap ya Pio-pio kalau ganggu. Gue cuma mau blg, jangan salah langkah, gue gak mau lo sedih lagi.
Arkan : Itu aja Pio-pio, selamat malam dan selamat tidur :p

Lagi-lagi kening Fiona berkerut setelah kurang lebih membaca pesan itu sepuluh kali dalam satu jam ini. Fiona bingung. Sangat bingung.

Menjaga langkah. Bukankah itu sama seperti nasihat agar tidak salah mengambil keputusan? Benar. Memang itu artinya. Lalu, mengapa Arkan menyuruhnya demikian? Fiona bahkan tidak sedang di hadapkan pada posisi untuk memilih.

Arkan sukses membuat kepala Fiona terasa berdenyut dari pagi hanya untuk mencari jawaban atas pesan yang dikirimkannya tanpa alasan jelas.

Huft!

Fiona membuang napasnya kesal. Lalu Fiona memasukkan ponsel ke laci meja. Dan saat itu sudut matanya menangkap seseorang yang tengah ditunggunya.

Arkan masuk kelas dengan senyum lebarnya sembari memutar-mutarkan kunci motor di jari telunjuknya. Langkah lebarnya membawa Arkan mendekat ke Fiona yang sedang menatapnya tajam.

Arkan tersenyun membalas tatapan Fiona. Arkan tau apa yang ingin gadis itu tanyakan, tapi Arkan tidak berniat memberitahunya.

"Ar," Panggil Fiona tanpa basa-basi.

Satu alis Arkan terangkat menatap Fiona. "Iya, Pio-pio?" Jawab Arkan dengan nada jahilnya.

Hal itu membuat Fiona mendengus. "Gue mau tanya serius. Maksud lo apa ngirim chat begitu kemarin malam?"

"Chat apa?" Tanya Arkan berpura-pura.

Mata Fiona menyipit menatap Arkan. Ia lalu segera mengeluarkan lagi ponselnya dari laci dan menunjukkan pesan Arkan yang dikirimnya semalam.

"Tuh. Gak mungkin lo lupa. Gak usah pura-pura deh. Tiba-tiba lo chat gitu kenapa? Gue kan lagi gak di hadapin sama pilihan-pilihan berat." Oceh Fiona.

Arkan melirik ponsel Fiona sekilas. Lalu, alih-alih menjelaskan, Arkan lebih memilih untuk meletakkan kepalanya di atas meja.

"Anggap aja sebagai nasihat." Ucap Arkan singkat.

Fiona tidak menyerah. Ia terus mendesak Arkan dengan menggoyangkan bahu teman sebangkunya itu. Namun tetap saja, Arkan enggan menjelaskannya.

Oke. Fiona tau ia lebay kalau sampai dirinya marah hanya karena masalah ini. Tapi jujur saja, Fiona penasaran. Sangat penasaran.

"Ar, serius deh. Kok lo malah tidur sih?!" Protes Fiona.

"Semalam gue tidur larut, Pio-pio. Btw, pelajaran pertama apa?"

Kening Fiona berkerut mendengar Arkan yang mengalihkan topik. "Hah?"

Arkan mengangkat kepalanya lagi, menatap mata Fiona. "Pelajaran pertama pelajarannya siapa?" Ulang Arkan.

"Pak Wisnu." Jawab Fiona.

Detik berikutnya senyum Arkan mengembang. "Oke syip! Bisa tidur nyenyak gue. Ntar istirahat bangunin ya, Pio-pio. Gue tidur dulu, bye!"

Fiona melongo begitu Arkan kembali meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai bantal.

"Ar, lo belum jawab pertanyaan gue malah mau tidur sih?" Protes Fiona lagi.

Arkan mendesah. "Aahh, udahlah Pio-pio, anggap aja itu nasihat gue. Soalnya gue gak mau lo sedih."

"ISSSHH!" Desis Fiona sembari menjejak-jejakkan kakinya ke lantai kelas, membuat teman sekelasnya menatap mereka berdua dengan bingung.

"Gak usah liat-liat!" Ketus Fiona selanjutnya.

Arkan yang belum tertidur pun mendengarnya dengan sangat jelas. Dalam posisinya sekarang, Arkan terkekeh geli.

Pio-pio, Pio-pio. Lo kalau lagi marah kadang lucu tapi kadang nyeremin. Batin Arkan bersuara.

Setelah itu Arkan tersenyum. "Maaf Pio-pio, gue gak bisa kasih tau lo. Ngasih tau lo sama dengan ngasih tau kalau Reihan mau balikan. Gue gak bisa. Gue gak setuju lo balik ke Reihan." Bisik Arkan kemudian.

---

Kring Kring Kring

Bel istirahat berbunyi. Pak Wisnu, sang guru PKN, keluar dari kelas XI IPS 2 tanpa berbicara apapun. Para murid mulai berhamburan keluar kelas, kecuali Fiona yang nampak masih membangunkan Arkan.

"Bangun gak lo, Ar?! Gue udah laper, ntar kantin keburu rame." Fiona menggoyangkan bahu Arkan sekuat tenaga.

Namun sayang, si pangeran tidur itu belum juga membuka matanya, membuat Fiona mendengus sebal.

"Arkano Aldrey Devandra, BA-NGUN! Ar, lo udah gak mau jelasin chat semalam, sekarang setidaknya lo gak usah pura-pura lupa kalau masih traktir gue!"

"Aishhh Pio-pio... Nanti aja, ah, istirahat dua. Gue masih ngantuk ini." Keluh Arkan tanpa mengangkat kepala.

Lagi, Fiona mendengus. Sedetik kemudian Fiona bangkit berdiri, menarik tangan Arkan yang digunakan laki-laki itu sebagai bantal.

"Ba-ngun! Ish lo berat banget anjir! Ar, bangunn!!!"

"Akhh! Akhh! Iya iya gue bangun ini udah ah." Gerutu Arkan dengan membuka paksa matanya.

Setelah Arkan terbangun, Fiona melepaskan tarikannya pada tangan Arkan. Laki-laki itu pun langsung mengusap pangkal lengannya yang merasa ketarik akibat ulah Fiona tadi.

"Sakit, Pio-pio."

"Salah sendiri dibangunin susah. Udah ayo buruan ke kantin, keburu rame ntar." Ketus Fiona sambil berjalan mendahului Arkan.

Arkan pun menyusul Fiona dengan langkah gontai, sebab Arkan benar-benar masih merasa ngantuk.

Sesampainya di kantin, Fiona benar. Keadaan di sana sudah cukup ramai oleh sekelompok makhluk hidup bernama manusia yang saling berebut antrian untuk memberi makan cacing-cacing di perut mereka.

"Kan bener rame. Sekarang mau duduk mana coba?" Omel Fiona sambil mengedarkan pandangannya.

Arkan menghela napas, ikut menatap sekitarnya. Lalu tangannya menunjuk suatu tempat yang terletak di pojok kanan kantin.

"Tuh ada. Bareng Allan tapi, gapapa kan?" Tanya Arkan.

Fiona mengikuti pandangan Arkan. "Oke. Lo atau gue yang pesen?"

"Lo aja ya? Gue nasi goreng ama es teh, heheheh..."

Fiona mencebik. "Duit?"

"Haish! Mata duitan," Cibir Arkan sembari mengeluarkan dompet dan memberikan selembar lima puluh ribu kepada Fiona.

Fiona menerima pemberian Arkan lalu segera pergi dari hadapannya. Arkan pun kemudian berjalan ke meja Allan yang masih terdapat tiga kursi kosong.

"Gabung ya," Ujar Arkan begitu berdiri di depan kembarannya.

Allan yang sedang makan bersama Dimas melirik Arkan sekilas.

"Duduk aja, Ar," Jawab Dimas sebelum Allan membuka mulut.

Arkan pun langsung duduk. "Hai, twins," Sapa Arkan pada Allan dengan nada jahilnya.

Allan mendengus. "Ini di sekolah."

"Emang di sekolah, Lan, aneh deh lo." Jawab Arkan.

"Berisik. Diem lo! Gue mau makan." Ujar Allan dingin.

Alih-alih duduk dengan diam, Arkan memilih menggerak-gerakkan bibirnya mengikuti bibir Allan untuk meledek kembarannya itu. Dimas yang berada di tengah mereka terkekeh melihatnya.

"Lo gak makan, Ar?" Tanya Dimas saat sadar Arkan datang tanpa membawa makanan.

"Makan lah, tapi Pio-pio yang pesen, makanya gue bisa duduk gini."

"Pio-pio?" Ulang Dimas dengan kening mengerut, "Siapa?"

Arkan menepuk jidatnya. "Lupa gue, lo kan sempet gak masuk ya beberapa minggu kemarin. Ntar deh gue kenalin ke orangnya. Lo sendiri gak makan, Dim?"

Dimas mengangguk paham lalu menunjuk piring kosong di hadapannya dengan dagunya.

"Udah habis, Ar. Eh ya, btw, pas lo gak masuk dua hari lalu ada yang nyari loh."

"Siapa?" Tanya Arkan bingung.

"Fiona, katanya temen lo, anak baru."

Kedua alis Arkan terangkat lalu tertawa ringan. "Mau gue kenalin malah lo udah tau. Yang gue panggil Pio-pio ya orangnya sama, Dim."

"Hah? Maksudnya?"

"Fiona yang lo bilang nyari gue itu orang yang gue panggil Pio-pio. Dan kalau boleh tau, dia nyari gue nya gimana? Panik gak?"

"Oohh ya ampun! Bisa gitu ya lo ganti nama anak orang. Dari Fiona jadi Pio-pio."

Arkan terkekeh. Entah ini kali ke berapa orang-orang menegurnya karena mengganti nama Fiona, tapi sejujurnya Arkan sangat senang memanggil Fiona dengan sebutan Pio-pio. Selain mudah, panggilan itu juga seperti panggilan khususnya untuk Fiona.

"Biar gampang aja. Daripada Fio-fio kan mending Pio-pio," Jelas Arkan seperti sebelumnya. "Eh ya, jadi dia nanyain gue nya gimana? Panik gitu?" Tanya Arkan lagi.

"Panik enggak sih, cuma tanya biasa aja, kenapa lo gak masuk. Nanya nya ke Allan, sayangnya si Allan nyuekkin. Jadi sebel deh dia kayaknya."

Arkan tertawa mendengar cerita Dimas. Ia lalu menatap Allan dengan geli.

Tak lama kemudian Fiona sudah kembali dengan membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat dua piring nasi goreng dan segelas es jeruk juga es teh.

"Tuh. Punya lo yang gak ada telurnya." Ujar Fiona sembari meletakkan nampan lalu mengeluarkan uang kembalian dari saku seragamnya. "Dan ini kembaliannya."

"Loh? Gue kira bakal lo embat." Gurau Arkan membuat Fiona membulatkan matanya.

"Lo pikir gue beneran mata duitan? Gue gak sematre itu kali." Geram Fiona.

Arkan terkekeh, hendak menjawab namun keburu pertanyaan Dimas menginterupsi.

"Lo nraktir Fiona, Ar?"

Fiona dan Arkan menoleh ke Dimas. "Dimas, kan?" Tanya Fiona memastikan.

Dimas mengangguk. "Iyaa, Dimas temennya Allan. Kok lo bisa ditraktir Arkan sih, Fi?" Tanya Dimas penasaran.

Fiona melirik ke Arkan sekilas. "Dia hutang janji ama gue."

"Hutang apaan, Ar?" Tanya Allan sebelum Arkan mengeluarkan suaranya.

"Waktu itu gue ngerjain tugas sosio dia yang bantu. Sebagai imbalan gue traktir dia seminggu. Terus waktu taruhan basket, dia menang, gue traktir lagi seminggu. Jadi total dua minggu." Jelas Arkan.

"Oooh." Jawab Allan singkat lalu bangkit berdiri dan menepuk pundak Dimas. "Ayo, Dim, makanan gue udah habis."

Dimas mengangguk. "Duluan ya, Ar, Fi."

"Iyaa," Jawab Fiona dan Arkan bersamaan.

Setelah keduanya pergi, Fiona langsung menatap Arkan.

"Kembaran lo ya sumpah, dinginnya luar biasa. Kulkas rumah gue kayaknya kalah deh."

Arkan terkekeh. "Dia mah kutub bukan kulkas berjalan lagi, Pio-pio." Jawab Arkan membuat Fiona menggeleng-gelengkan kepalanya.

---

Kini Fiona sudah dalam perjalanan pulang setelah kurang lebih tujuh jam setengah berada di sekolahnya. Astaga, hari ini benar-benar melelahkan. Apalagi tadi pagi kepala Fiona sudah dibuat pusing dengan pesan singkat Arkan yang bahkan sampai sekarang belum ia ketahui makna dibaliknya.

Rasanya setelah ini Fiona ingin segera membaringkan diri sembari mendengarkan deretan lagu favoritnya. Membayangkan nyamannya hal itu membuat Fiona tersenyum-senyum sendiri.

Oleh sebab itu, begitu sampai di depan rumah, Fiona langsung turun dan membuka pagarnya dengan langkah riang. Fiona lalu memarkirkan mobilnya di depan garasi.

Setelah turun, Fiona merogoh ranselnya untuk mengambil kunci utama rumahnya. Fiona kemudian memutar-mutarkan kunci itu di jari telunjuknya sembari bersenandung riang.

"Kasur tercinta, I'm com---"

"Fiona. Fiona, aku kangen kamu," Ucap seseorang tiba-tiba sembari memeluk Fiona dari belakang.

Di tempatnya, Fiona diam mematung. Fiona menelan salivanya dengan susah saat mendengar suara yang amat sangat dikenalnya. Jantungnya terasa berhenti berdetak sekarang ini.

Tanpa menunggu apapun lagi, Fiona langsung membalikkan badannya. "Rei-Reihan?"

---

[ budayakan follow sebelum membaca✨ ]

Happy Reading Readers❣
Jangan lupa vote+comment
Follow My Instagram : trifenadeva

mau ngapain hayo Reihan ketemu Fiona? ada yang bisa tebak?

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 151K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
3.4M 275K 47
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
3.6M 217K 58
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
440K 20.1K 66
"DASAR DOKTER GILA. NGGAK WARAS. JANGAN SAMPEK GUE KETEMU LAGI SAMA LO" Namanya Zahra, Halwatuzahra Iva Kayla. Seorang gadis bar bar serta troublem...