BLE MOU ✓

By Si_MiyuKi

261K 22.9K 712

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... More

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[37] To Unbosom

3.2K 338 11
By Si_MiyuKi

Maaf baru nongol yak,
Soalnya seketika ideku agak ngadat habis ngerjain soal-soal utbk dan sesi wawancara yang masih terngiang-ngiang ಡ ͜ ʖ ಡ
Tapi semoga dapet hasil yang terbaik, minta doanya ya teman-teman 😫

Semoga part ini tidak mengecewakan :")

.

.

.

.

Pria itu menggeliat saat dalam tidurnya dia merasakan sentuhan-sentuhan halus mendarat di wajahnya. Dia membuka kedua matanya perlahan, dan senyumnya perlahan terbit saat mendapati wajah pasangannya juga tengah tersenyum padanya.

Davion bergerak memeluk lebih erat tubuh Elle. Menghelanya ke atas tubuhnya dan mengelus punggung polos itu. Davion kembali memejamkan matanya ketika suara matenya terdengar.

"Selamat pagi," sapa Elle.

"Hm." Davion hanya bergumam sambil tersenyum dan tetap memejamkan matanya menikmati elusan tangan Elle di kedua sisi wajahnya.

Terdengar kikikan geli dari matenya membuat Davion kembali membuka matanya. "Kau masih sama seperti dulu," ujarnya seraya mengelus wajah Davion dengan kedua ibu jarinya.

"Semua yang ada disini tak akan setuju dengan ucapanmu, sayang," kekehnya.

Elle menelengkan kepalanya bingung.

"Mereka bilang aku berubah sejak kejadian itu." Davion menatap wajah matenya dengan seksama. Kilasan kejadian itu kembali memenuhi otaknya.

"Hei, kenapa kau malah melamun." Suara Elle menyadarkannya. Dia hanya membalasnya dengan tersenyum kecil.

"Jangan terlalu di pikirkan. Aku sudah kembali disini sekarang. Kita mulai semuanya kembali bersama."

"Pagi ini terlihat sangat baik." Elle bangkit dari tengkurapnya dan duduk di atas perut Davion.

"Tapi aku lebih suka kita menghabiskan waktu disini," balasnya sambil menatap ke arah tubuh Elle yang kini terlihat karena selimutnya yang tersingkap setelah Elle duduk tadi. Tangannya mengelus kedua paha Elle yang bertengger di pinggulnya.

"Tidak, aku tidak mau jika hanya menghabiskan waktu disini seharian," rengutnya dan dengan terburu-buru menarik selimut untuk menutup kembali tubuhnya.

Elle terpekik saat tiba-tiba Davion bangun, membuat tubuhnya kembali terjatuh ke atas kasur dengan tubuh besar Davion di atasnya. Pria itu menarik selimutnya dan melemparnya.

"Kau tidak mau?"

"A-ayolah, aku sudah lama ingin menikmati keadaan pack seperti dulu. Lagipula kau harus mengurus pekerjaanmu bukan?"

"Tapi ini pekerjaanku sekarang," balasnya seraya merendahkan tubuhnya.

"DAVION!"

***


Jika biasanya di ruang makan terlihat kedua orang nomor satu di Selenehydor, maka pagi ini mereka tak terlihat sama sekali. Ravel dan Ancelin, yang kebetulan sedang berkunjung, heran dengan ketiadaan keduanya. Bahkan hingga menjelang siang.

Barulah saat matahari sudah berada di atas kepala, ketika si kembar memutuskan untuk kembali ke kediaman mereka, dua orang yang sejak tadi tak terlihat batang hidungnya akhirnya terlihat.

Ancelin mengendus udara di sekitarnya, dan menyeringai saat mengetahui apa yang baru saja didapatnya.

"Hei, twins, sepertinya kedatangan kita sedikit mengganggu mereka." Ancelin menepuk lengan kembarannya dengan punggung tangannya. Berkata sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Apa― Ah, tentu saja. Apa sebaiknya kita kembali lain kali?"

Davion, bersama Elle yang sedang berjalan menghampiri keduanya, hanya mendengus. Sedangkan Elle bersembunyi di balik punggung Davion dengan wajahnya yang memerah malu. Jika saja Davion tak mengatakan jika kedua adiknya datang berlunjung dan Elle yang membujuknya, Elle pasti akan dikurung bersama pria itu hingga esok harinya.

"Mau apa kalian kemari?"

"Ah, pertanyaanmu menyakitkan sekali," ucap Ancelin hiperbola.

"Jika tidak ada kepentingan disini sebaiknya kalian tak mengganggu kami." Davion langsung berlalu dari hadapan si kembar dan menuntun Elle yang masih terdiam untuk menuju ruang makan.

"Hei, kau mengusir kami? Aku hanya mengantar Ravel yang katanya punya bisnis penting denganmu?" Ancelin dan Ravel ikut berjalan mengikuti kakaknya.

"Aku tidak bilang itu bisnis," balas Ravel.

Ancelin menghentikan langkahnya dan menghadap Ravel. "Oh, benarkah?"

Ravel menoyor kepala adik kembarnya itu. Lalu memutar tujuannya pada ruangan kerja Davion dimana dia ingin membicarakan kepentingannya bersama kakaknya itu di dunia manusia. Ancelin merengut dan berlari-lari kecil memilih mengekori Ravel.

Setelah makan siang, Davion menuju ruang kerjanya dimana Ravel memberitahukannya tadi bahwa dia ingin berbicara mengenai beberapa hal dengannya. Sedangkan Elle sedang ia tinggal bersama Ancelin ke sebuah taman di mansionnya.

Elle berjalan menghampiri Ancelin yang sedang berdiri membelakanginya. Dia berdiri di sebelah gadis itu dan Ancelin sepertinya masih belum menyadari kedatangannya. Elle mengikuti arah pandang Ancelin yang mengarah pada sebuah pohon besar di dekat tembok taman. Dia menepuk pundak Ancelin dan gadis itu terlonjak kaget.

"Ada apa?" tanya Elle.

"Oh, tidak ada."

"Ada sesuatu disana?"

"Tidak ada," Ancelin tertawa canggung dan menuntun Elle dengan sedikit paksaan untuk berbalik dan menuju ke sebuah greenhouse yang ada di taman itu.

"Apa kau mau berkebun? Kapan terakhir kali kita melakukannya ya?" Elle tahu sepertinya adik iparnya ini mencoba untuk mengalihkan perhatiannya.

Namun dia tetap menjawabnya. "Yang jelas itu sudah lama sekali."

"Kak Davion membuatkan rumah kaca ini setelah aku bercerita kalau kita pernah berkebun bersama dan kau menyukainya," ucap Ancelin ketika melihat Elle yang terpukau dengan greenhouse yang mereka masuki.

"Aku sering kemari untuk berkebun, karena di mansionku dan Ravel memang tak ada greenhouse seperti ini," kekehnya.

"Kau menanam semua ini?" tanya Elle takjub.

Ancelin tertawa. "Tentu saja tidak. Ibu kita juga sering kemari. Kak Davion juga mempersilahkan untuk para omega yang suka berkebun untuk memanfaatkan lahan dan greenhouse ini."

Elle mengangguk paham. Dia mendekati kumpulan bunga lili putih yang sangat indah.

"Apa Davion juga sering kemari?"

"Dia bahkan jarang sekali ke taman ini. Kak Davion lebih sering berkunjung ke caith áite dan taman milik orangtuamu."

Elle yang sedang melihat-lihat seketika menghentikan kegiatannya setelah mendengar jawaban Ancelin.

"Bisa kau ceritakan apa saja yang terjadi saat aku tak ada?"

Ancelin terlihat ragu.

"Tak apa. Aku hanya ingin mengetahuinya," yakinnya dengan senyuman menenangkan.

Mereka menuju sebuah tempat santai di depan greenhouse. Ancelin mulai bercerita tentang apa saja yang terjadi saat Elle tak ada. Tentu saja menurut sepengetahuannya.

"Apa benar jika Davion berubah?" tanya Elle lirih.

"Dia bahkan tak pernah tersenyum pada siapapun." Ancelin menggeleng pelan.

"Benarkah? Tapi bukankah selama ini tabiatnya memang begitu?"

"Ini berbeda. Dia sangat-sangat jauh berbeda dengan Kak Davion yang kukenal sebelumnya. Kalau kau tidak percaya, kau bisa tanya pada para orangtua kita. Aku bahkan tak berani berlama-lama berada di dekatnya." Gadis itu bergidik, membuat Elle terkekeh pelan.

"Lalu, bagaimana kehidupanmu setelah hidup kembali?" tanya Ancelin seraya membuat tanda kutip dengan jarinya.

Elle mengendikkan bahunya. "Tidak terlalu baik sebenarnya. Hanya saja memang selama beberapa lamanya aku hanya terus berada di sebuah tempat antah berantah yang sangat kosong. Tak ada apapun disana dan tiba-tiba saja aku merasakan tubuhku mulai memudar, dan dimulailah kehidupan baruku di dunia manusia," jelasnya.

"Kau benar-benar tidak mengingat semuanya saat itu?"

"Entahlah, aku rasa seperti itu."

"Tapi sekarang kau masih mengingat kehidupanmu sebelum ini bukan?"

"Maksudmu ketika di dunia manusia?" Ancelin mengangguk.

"Tentu saja. Dia adalah sebagian dari diriku, tentu saja aku mengingat semuanya."

"Lalu dimana dia?"

"Tentu saja di depanmu sekarang," jawab Elle seraya tertawa.

Ancelin mengangkat sebelah alisnya. "Menurutku kalian agak berbeda. Dia terlihat lebih aktif dan lebih banyak bicara dibandingkan dirimu." Elle hanya tersenyum mendengarnya.

"Lalu bagaimana dengan serigalamu?"

"Dia sudah kembali."

"Pasti setelah kalian melakukan itu bukan? Bagaimana malam indah kalian?"

Melihat wajah Elle yang memerah membuat Ancelin tertawa. "Ada apa? Apa kau semalu itu?"

"Apa harus ya kau membahasnya?" rengutnya.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah bertemu dengan matemu?" tanya Elle balik.

Ancelin seketika menghentikan tawanya. Tatapannya bergulir ke arah lain.

"Kau sudah bertemu dengannya 'kan?"

"Aku, tidak yakin." Ancelin menghela napas beratnya, Elle menatapnya bingung.

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan saat aku bertemu dengan dua mate?"

Elle membulatkan matanya mendengar itu. Ancelin mengangguk lesu.

"Kau yakin? Itu tidak mungkin."

"Lalu bagaimana jika itu memang terjadi padaku?" keluhnya.

"Apa Davion tahu ini?" Ancelin menggeleng.

"Ravel? Ayah dan ibu?" Dia menggeleng lagi.

Elle menghela napasnya. Merasa prihatin dengan masalah Ancelin. "Kau sudah memastikannya?"

"Entahlah, terkadang aku masih tidak percaya. Mereka memiliki aroma yang sama, tetapi mereka adalah makhluk yang berbeda."

"Dan siapa yang kau inginkan?"

"Aku tidak tahu. Mereka memiliki pengaruh yang sama denganku. Terkadang aku merasa mereka adalah orang yang sama, tetapi juga terkadang pikiranku berkata lain. Bahwa mereka adalah orang yang berbeda. Ini terlalu membingungkan. Bagaimana menurutmu?"

"Aku rasa kau masih harus memastikannya, Celin. Jika memang benar mereka adalah orang yang berbeda, kau harus memilih salah satu di antara mereka." Ancelin mengangguk setuju.

"Tapi bagaimanapun keluargamu harus tahu ini."

"Tentu saja, jika aku siap dan yakin aku akan menceritakannya pada mereka."

Elle tersenyum menenangkannya, sepertinya masalah Ancelin cukup membingungkan. Semoga Moon Goddess membantunya menyelesaikan itu dan segera memberitahukan kabar bahagia itu pada keluarganya.

"Bagaimana dengan Ravel?"

Dia mencoba mengalihkan Ancelin sejenak dari masalahnya. "Dia sudah bertemu dengan matenya setahun yang lalu."

"Benarkah?" Ancelin mengangguk yakin.

"Mereka bertemu saat peresmian salah satu perusahaan Kak Davion yang akan dikelola oleh Ravel. Gadis itu adalah anak salah satu relasi Kak Davion. Kisah mereka sepertinya tak serumit kisahku," desahnya.

Elle terkekeh. "Justru itu akan memberikan kesan yang lebih berarti pada perjalanan hidup kalian. Mungkin saja dibalik itu Ravel berjuang mati-matian untuk hubungan keduanya. Kita tidak tahu."

"Benar juga. Apa mungkin karena itu Ravel sering sekali ikut dengan Kak Davion ke dunia manusia." Elle hanya mengangguk paham.

Tak terasa Elle dan Ancelin menghabiskan waktu mereka di taman dan greenhouse tersebut untuk berkebun dan sesekali bercerita apa saja. Hingga Ravel memindlink Ancelin untuk segera menemuinya dan keduanya kembali ke kediaman mereka.

"Apa kau tahu jika Ravel sudah menemukan matenya?" tanya Elle tiba-tiba ketika dirinya sedang menunggui Davion yang masih di ruang kerjanya.

Davion yang sedang membereskan beberapa berkasnya menoleh pada matenya. Pria itu mengangguk beberapa kali. Kemudian menghampiri tempat yang diduduki oleh Elle.

"Aku pernah bertemu sekali dengan keluarganya. Mereka cukup terpandang dan gadis itu juga sepertinya baik," tuturnya.

"Bagaimana dengan Ancelin?"

Davion mengangkat alisnya. "Apa yang kalian bicarakan sejak tadi? Kukira kalian membahas tentang itu." Namun dia hanya melihat Elle mengendikkan kedua bahunya.

"Aku tidak begitu tahu tentang itu. Yang kutahu dia sudah menemukan matenya."

"Kau sudah tahu??" Dia agak terkejut saat ternyata Davion telah mengetahuinya.

Pria itu terkekeh. "Tentu saja. Aku tetap harus mengawasi mereka. Tapi aku memang diam agar mereka bisa menyelesaikan urusan mereka sendiri. Jika sesuatu terjadi diluar jalurnya mungkin aku akan sedikit membantu mereka, itupun jika mereka membutuhkan bantuan," jelasnya dengan menekan kata sedikit.

"Apakah kita harus membahas tentang mereka sekarang? Aku ingin hanya ada pembicaraan tentang kita sebenarnya."

"Apa itu?"

"Mungkin berapa banyak anak yang ingin kita punya?" Elle mendengus. Namun tak ayal wajahnya memerah sepenuhnya.

Elle beranjak dari duduknya, dan terpekik saat tubuhnya kembali terjatuh di atas pangkuan Davion.

"Dan berapa putri kita yang bisa memiliki rambut indah seperti milikmu?" ucap Davion seraya mengambil sejumput rambut biru Elle dan menciumnya.

"Bagaimana jika tidak satupun?"
"Tidak masalah. Mereka adalah putra kita, itu sudah cukup."

"Kau selalu mengatakan mereka. Kau yakin itu?"

"Tentu saja, untuk itu kita harus melakukannya lebih sering." Ia menyeringai senang.

Namun sebelum pria itu menerjangnya, Elle dengan segera turun dari pangkuan Davion dan berlari keluar dari ruangan kerjanya. Meninggalkan Davion yang merengut kesal dan Remus yang mengatainya.

***
TBC.

Can I say it's a spoiler? Uhukk
B

ukan deh kayanya, cuma selingan curcolnya Celin aje wkwk

Bener deh ya makin kesini aku merasa semakin garing dan datar. Semoga di part depan bisa lebih dan tidak mengecewakan ya 😭
Anggep aja yang ini buat selingan dan ringan-ringan aja dulu 😌

Seperti biasa, kalau ada typo(s) tandai saja ya ;)

Salam sayang,
Miyuki

Continue Reading

You'll Also Like

94.5K 4.4K 34
"Gue udah tau semuanya." Kata Daniel. Apa? Gue liat Daniel lagi, ekspresi muka gue minta dia buat jelasin. "Perasaan lo ke gue." Kata Daniel. . Giman...
118K 10.3K 55
Spin-Off #2 My Beloved Mate Saat dirinya telah merasakan segalanya sudah lengkap. Tak ada lagi hampa atau dusta. Saat hidupmu adalah hidupnya. Dan hi...
3.1M 188K 66
Briana yang awalnya adalah seorang Lady, harus terpaksa menerima lamaran sang Duke of Warwick, namun siapa sangka jika pria yang ia kira hanya seoran...
2.5M 74.2K 12
[Kalian bisa baca di Karyakarsa. Ada voucher sebesar 20k untuk 20 orang pertama khusus paket FULL EDITION. Kodenya K20GTF. Semoga suka.] Mourena Que...