Mr Duren And Silent Girl - END

By _jeisa_

1.7M 106K 9K

⚠follow dulu akun ini sebelum baca⚠ _________________________________________ Pricillia adalah seorang gadis... More

Prolog
Perkenalan Cast
MDSG part 2
MDSG part 3
MDSG part 4
MDSG part 5
MDSG part 6
MDSG part 7
MDSG part 8
MDSG part 9
MDSG part 10
MDSG part 11
MDSG part 12
MDSG part 13
MDSG part 14
MDSG part 15
MDSG part 16
MDSG part 17
MDSG part 18
MDSG part 19
MDSG part 20
MDSG part 21
MDSG part 22
MDSG part 23
MDSG part 24
MDSG part 25
MDSG part 26
MDSG part 27
MDSG part 28
MDSG part 29
MDSG part 30
MDSG part 31
Info✨
MDSG part 32
MDSG part 33
MDSG part 34
Epilog
Info 2✨
Ekstra Part

MDSG part 1

87.5K 4.8K 558
By _jeisa_

Don't be siders!
Plagiat jauh-jauh!!
_____________________

Hola good people!

Welcome to my second story. Semoga kalian suka ya.

Seperti cerita aku dilapak sebelah gak ada quotes-nya. Cause, mimin gak pandai bikin quotes jadi daripada ngutip quotes orang lain atau copot dari google mending gak usah sama sekali

Btw makasi banyak buat yang udah mampir ya 💙

Dan jangan lupa vote+commentnya ya gaes ^^

Happy reading!

🌸🌸🌸

Di suatu unit apartemen terdengar suara berisik jam weker yang berasal dari dalam kamar. Suara nyaring tersebut sukses mengusik tidur seorang gadis. Perlahan kedua kelopak matanya mulai terbuka.

Matanya nampak sayu gegara efek baru habis bangun tidur. Kemudian gadis itu sedikit menyipitkan matanya, menatap ke arah jam weker yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya sebelum mematikan benda berisik tersebut.

Jam menunjukkan pukul 05.30

Walaupun masih merasa mengantu, gadis bersurai hitam itu mencoba melawan rasa kantuk yang masih menguasai tubuhnya.

Ia melakukan sedikit peregangan pada otot-otot saraf badannya sebelum bangkit berdiri dari posisi duduknya. Diraihnya kacamata yang ada di atas nakas kemudian di pakainya.

Dengan sedikit menguap gadis itu membawa langkah kakinya menuju kamar mandi untuk berkumur dan cuci muka   kemudian lanjut menuju dapur kecilnya untuk membuat sarapan.

Beginilah aktivitas rutin setiap pagi seorang gadis bernama lengkap Pricillia Genesha Pratama, atau yang kerap di panggil Pricil, sebelum memulai aktivitasnya diluar sana. Seperti dari pagi sampai sore gadis itu akan berada dikampus, setelah itu dari sore sampai malam gadis itu akan bekerja sampingan di toko buku.

Pricil adalah mahasiswi tingkat akhir yang saat ini sedang sibuk menyusun skripsi. Ia mengambil jurusan arsitektur mengingat menjadi seorang arsitek profesional adalah cita-citanya sejak dari kecil. 

Sejak kecil ia sudah mahir dalam menggambar. Bukan hanya menggambar saja yang menjadi hobinya, melainkan bernyanyi adalah hobinya juga.

Dikenal sebagai gadis yang cerdas, rajin dan jenius. Tidak menjadikan Pricil seorang yang tidak pernah berhenti untuk selalu berusaha, tekun belajar demi mengejar beasiswa agar bisa sedikit meringankan beban orang tuanya. Pricil menghabiskan waktunya untuk belajar, belajar dan belajar, alhasil  hal itu membuatnya tidak pandai bergaul dan tidak memiliki teman.  

Sampai tiba di bangku SMP gadis itu mendapat beasiswa untuk bersekolah di salah satu sekolah swasta yang ada di ibukota. Akan tetapi sayang sekali, orangtuanya kurang setuju akan hal itu. Namun berkat kegigihannya meyakinkan kedua orangtuanya, ia akhirnya berhasil mengantungi restu mereka untuk bisa bersekolah di Ibukota dengan catatan Pricil harus bisa 'menjaga' dirinya dengan baik.

Maka dari itu untuk mengurangi rasa khawatir orang tuanya, ia rela belajar silat dari sang ayah sebagai bekal baginya untuk menjalani kehidupan penuh waspada di daerah ibukota yang pastinya penuh dengan banyak tantangan.

Sebelum tinggal di apartemen yang ia tempati sekarang ini, dulunya ia tinggal disebuah kos kecil nan murah. Sebelum Ayah dan Ibunya benar-benar melepas putri mereka hidup mandiri, ibu Pricil tinggal bersamanya sampai gadis itu duduk di bangku SMA. 

Selama merantau di ibukota, tidak ingin bergantung pada keuangan orangtuanya, Pricil memutuskan mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya. 

Setelah mencari sana-sini akhirnya ia menemukan satu part time job di salah satu toko buku. Begitu di terima, gadis itu langsung bekerja disana sampai sekarang.

Tidak lupa, gaji yang ia dapatkan selama bekerja di toko buku akan dia sisipkan untuk kemudian dikirim pada orang tuanya dan kedua adik laki-lakinya yang ada di kampung. 

Suara ponsel seketika mengganggu aktivitas memasak Pricil.

Segera Pricil mengangkat sambungan telepon tersebut tanpa melihat siapa yang meleponnya.

"GOOD MORNINGGGGG!!!" suara cempreng seseorang dari di seberang sana membuatnya refleks menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Ta! Kebiasaan banget sih lo! Lo mau gue budek dini huh??" keluh Pricil pada Brigitta, sahabatnya. Terdengar kikikan kecil dari sana membuat gadis berkacamata itu berdecak kesal.

"Ngapain telfon gue pagi-pagi?" tanya Pricil ketus.

"Eh buzet, dingin bener lu! Udah gak bales 'selamat pagi' dari gue, malah main judes aja sih lo, Sil?!" jawab Brigitta.

"Ya ya bawel, cepetan ngomong, gue lagi masak nih!" kata Pricil.

"wadawww! kebetulan banget! tau aja lo kalau pagi-pagi perut gue minta asupan makanan, gue langsung meluncur kesana yak? Byeee!!" kata Brigitta dengan cepat lalu langsung memutuskan sambungan secara sepihak.

"ck ck! dosa apa gue sampe dapet sahabat sinting kayak Brigitta?" gumam Pricil.
Gadis itu kembali melanjutkan aktivitas masaknya seraya menunggu kedatangan Brigitta, sahabat sintingnya tersebut.

Anehnya, sejak Pricil meninggalkan tempat kosnya yang lama dan tinggal di apartemen kecil yang ia tempati sekarang ini, setiap pagi Brigitta, sahabatnya itu akan datang ke apartemennya hanya untuk sarapan. Selain karena masakan Pricil yang nikmat melebihi chef, sekalian juga berangkat ke kampus bareng-bareng kata Brigitta waktu itu dengan santainya.

Di antara mereka bertiga, yaitu Pricil, Brigitta, dan Jenita, hanya Brigitta lah yang tidak pandai memasak. Bahkan memasak air pun gadis itu tidak tau, apalagi memasak nasi, oh jangan tanyakan akan jadi seperti apa nasib dari beras tersebut di tangan Brigitta.

🌸🌸🌸

Dengan tak tau malunya suara sendawa yang cukup keras keluar dari mulut Brigitta yang baru selesai menyantap nasi goreng buatan Pricil.

"ish jorok Ta!" tegur Pricil seraya membawa dua piring kosong menuju wastafel.

"mmm......seperti biasa masakan lo uenak banget, Sil. Lo cocok ikut masterchef deh!" ucap Brigitta santai tak peduli dengan teguran sahabatnya itu.

Pricil hanya geleng-geleng kepala, tersenyum geli mendengar ocehan sahabatnya itu.

Dalam hati, gadis itu bersyukur bahwa setidaknya di ibukota ia tidaklah sendirian. Ada Brigitta dan Jenita yang akan selalu ada untuknya.

Pricil selalu ingat pertemuan pertamanya dengan Jenita dan Brigitta. Saat itu dia duduk di bangku kelas dua SMP. Awalnya Pricil tidak terlalu dekat dengan keduanya akan tetapi seiring berjalannya waktu mereka menjadi sangat dekat hingga berakhir menjadi sahabat karib. Tidak terpisahkan.

Seusai sarapan keduanya bersiap siap mulai bergegas berangkat menuju ke kampus bersama-sama.

Universitas Pelita

"Jenita Janet KW kok lama banget sih?" gerutu Brigitta seraya berkacak pinggang. 

Pricil yang berdiri disampingnya sontak memutar bola matanya malas.

Saat ini mereka berdua sedang berdiri disamping pintu masuk fakultas sambil menunggu Jenita. Sahabat Pricil yang satunya lagi.

"Udah sabar aja. Lo kan tau sendiri bagaimana kebonya si Jenita," ujar Pricil sambil menengok ke arah jam tangan miliknya.

"ck! iya lo bener. Nih ya gue yakin, pasti dia Jenita sekarang lagi bikin 'morning drama' dengan abangnya saking kebonya dia," kata Brigitta mencibir. Pricil pun hanya tertawa kecil.

Tak lama kemudian dari kejauhan nampak seorang gadis berambut hitam dengan tergesa-gesa berlari ke arah mereka berdua.

"Hei girls!" panggil gadis berambut hitam tersebut seraya melambaikan sebelah tangannya, yang tak lain dan tak bukan adalah Jenita.

"nah nih dia si Jenita Janet KW dah datang!" seru Brigitta yang langsung dihadiahi pelototan mata dari Jenita.

"Ck, basi! Jenita Janet KW pala lo!" balas Jenita tidak terima namanya di samakan dengan artis pelantun "di reject' itu, ya walaupun nama depan mereka mirip, tapi tetap saja gadis itu tak mau di sama-samakan dengan si artis.

"Pagi Jen, gimana bahan presentasi kita hari ini, udah lo cek lagi kan?" tanya Pricil langsung.

"Udah donk. Tinggal mental aja yang lo berdua siapin pas ngadepin si dosen tua bangka itu." ujar Jenita dengan nada geli. Membuat Brigitta langsung meringis.

"Lu bener, gue emang gak doyan sama dosen yang satu itu, udah tua, pelit nilai juga, ck!" decak Brigitta.

"ya derita lo lah! Siapa juga yang sering bolos terus sering dandan selama kelas berlangsung. Gimana sir Yuman mau kasih nilai ke lo, mahasiswi durhaka sama dosen," Sindir Pricil yang sudah hafal tabiat 'absurd' Gita di kelasnya sir Yuman.

"Eh tu mulut ye minta di sumpal pake sikat pembersih toilet ya? Mau?" balas Gitta sengit yang hanya di balas juluran lidah dari Pricil.

"Udah ah, berisik lo berdua. Yuk langsung masuk aja, gue gak mau bikin rekor late di kelasnya sir Yuman," ajak Jenita yang mulai berjalan ke dalam kelas mengekor di belakangnya Pricil dan Gitta.

Sore pun tiba, seperti biasa begitu jam kuliah berakhir Pricil langsung pamit duluan pada Jenita dan Brigitta kemudian segera menuju ke toko buku untuk bekerja. Kebetulan toko buku tempat Pricil bekerja letaknya tidak jauh dari kampus.

Karena tidak ingin mendapat amukan dari si pemilik yang dikenal galak abis, gadis itu berlari sekencang mungkin.

Saking kencangnya gadis itu sampai tak sengaja menabrak sosok seorang anak laki-laki yang kebetulan baru saja keluar dari toko mainan. Anak laki-laki itu jatuh terduduk dan detik kemudian anak itu langsung menangis heboh.

"HUWAAAAA!!"

Pricil yang seakan sadar seketika berhenti. Lalu membalikkan badannya.

Matanya spontan terbelalak dan raut muka bersalah mulai menghiasi wajahnya. Dengan gerakan cepat Pricil menghampiri anak laki-laki itu.

Perlahan Pricil berjongkok sebentar sebelum berdiri membawa anak laki-laki itu ke dalam gendongannya.
"ma-maafkan kakak ya dek.....shhh jangan nangis lagi ya....plis..." ucapnya lirih seraya mengusap-ngusap punggung bergetar anak laki-laki tersebut.

Kejadian itu pula berhasil mengundang perhatian orang yang berada di sekitar pertokoan. Pricil memilih acuh dengan tatapan menilai orang-orang sekitar. Dia lebih memilih fokus berusaha membujuk anak kecil yang berada dalam gendongannya. Tidak lama kemudian suara tangis anak itu mulai reda kini tinggal sesegukan saja.

Namun tiba-tiba,
"KAMU APAKAN ANAK SAYA??!" teriak murka seorang pria yang memakai setelan jas mahal berwarna biru navy yang baru keluar dari toko mainan.

Suara bariton bercampur marah yang cukup menakutkan tersebut sontak membuat keduanya tersentak kaget. Barusaja tangisan anak kecil itu mereda tapi karena suara lantang bariton pria itu, alhasil membuat  anak itu kembali menangis histeris karena kaget.

Dalam hati Pricil menyumpah serapah pria yang baru saja berteriak padanya dan mengagetkan anak kecil yang ada dalam gendongannya.

Dengan berani ia membalikkan badannya berniat untuk menegur pria itu.

"anda bisa tidak kalau-" namun sayang kata-kata yang hendak ia lontarkan tertahan di kerongkongannya, ketika manik hitamnya bertemu dengan manik coklat berkilat marah milik pria itu. 

Entah kenapa seketika nyalinya berubah ciut. Padahal tadinya dia sangat berani ingin menegur pria itu.

Pricil hanya bisa meneguk ludahnya susah payah melihat kilatan amarah yang terpancar jelas dari pria itu. Seolah-olah ingin melahapnya.

Demi Tuhan, tatapannya kok serem amat sih?? rutuk Pricil.

Nyali Pricil tambah ciut ketika gadis itu melihat pria matang tersebut kini berjalan mendekat ke arahnya.

Somebody help me!!!

TBC

Gimana part pertamanya?

Jika kalian suka, langsung saja add cerita ini ke library kalian oke?

See u gaes on the next part

With love,
Jeisa 💙



Continue Reading

You'll Also Like

Alina Journey [END] By

General Fiction

394K 23.1K 36
Alina Roselyne Caxton dokter muda spesialis anak yang berkerja di Rumah Sakit Sanjaya. Alina sangat suka anak kecil bukan hanya karena berkaitan deng...
2.6M 181K 46
Danuarta Putra Wijaya, Danu resmi menyandang status duda dengan satu orang anak ketika usianya menginjak 37 tahun. penghianatan, dan perselingkuhan i...
1.2M 56K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
222K 8.6K 50
Vita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pria. Sampai-sampai gadis itu tidak pernah...