REAL - It's Different

By redaries14

13.6K 3K 5.5K

Highest Rank 🎖 #1 180521 in Different #1 090621 in Softboy ❝ya Tuhan, aku mencintai hamba Allah❞ - Renjun ... More

For You
Renjun
Aliana
00. Begin
01. Promise?
03. Ah, sorry. I'm forget
04. Your'e not alone
05. The Difference
06. Bad Feelings
07. Where are you?
08. Angel like devil
09. Love u ...
10. Tell the pain more painful
11. Be with me
12. Make a choice
13. Piano
14. Fact
15. Really okay?
16. Confess
17. The sin of love
18. Lovs way's

02. It's Hurt!

585 195 346
By redaries14

My first work

Selamat membaca,
Enjoyy

R E A L •

Malam ini, malamku tetap sama hanya ditemani lara tanpa adanya tawa.
- Aliana

🌹🌹🥀🌹🌹

Membiarkan angin malam memasuki kamarku melewati jendela kamar yang memang sengaja kubuka. Dua hari yang lalu aku sudah menyelesaikan masalahku, tentang pengumpulan LPJ dan tanggung jawab sebagai panitia MPLS.

Apa memang seperti itu cara kerjanya? Ketika kita sudah menyelesaikan satu masalah maka, ada masalah baru yang akan datang. Seperti bergilir, mengantri untuk diselesaikan.

Aku memejamkan mata menikmati angin malam menerpa wajahku. Seakan membiarkan angin itu masuk dan pergi membawa keluh kesahku. Keheningan, kesunyian malam entah kenapa aku menyukainya.

Hari ini keluarga mendapat kabar duka. Kakekku, ayah dari ibuku terkena serangan jantung dan harus dilarikan ke rumah sakit. Bibi menelefon ibuku, menyuruh ibu dan ayahku pulang ke rumah kakek nenekku, tentu saja ayahku dan ibuku harus pergi keluar kota.

Membuat ayahku harus membatalkan jadwal untuk menjemput bosnya di Bandara, berakhir dengan ayahku yang harus mendapat cacian dan pengurangan gaji, padahal bosnya memiliki pengganti sopir cadangan.

Bos sialan, jika saja itu bosku sudah kusobek mulutnya.

Ditambah lagi Ibuku yang juga harus menutup warung makan selama beberapa hari. Karena lusa kedua orang tuaku harus pergi ke kota kelahiran ibu, mereka pergi sekitar tiga hari.

Membuatku berpikir lalu bagaimana orang tuanya itu mendapatkan uang untuk bayar hutang dan makan sehari-hari. Warung makan ibuku  juga tidak terlalu ramai, ya karena di jaman sekarang cafe-cafe di kota lebih diminati.

Aku membuka mata mengadah menatap kelamnya langit yang terlihat cantik karena bulan purnama yang begitu sempurna, ditambah adanya kerlipan bintang-bintang. Bulir-bulir air mataku jatuh, turun dengan derasnya.

Aku berdoa dalam isak tangis, berdoa agar aku menatap sang rembulan dan bintang dengan tawa bukan lara. Tak apa walau hanya untuk sementara.

Terisak di keheningan malam memang sudah biasa untukku, setidaknya topengku akan terlepas ketika malam. Topeng yang menunjukkan betapa lemahnya diriku.

Menoleh ke arah jam yang berada di atas nakas kamarku, tidak terasa sudah pukul 00.57 dini hari. Sepertinya subuh nanti aku harus mengompres mataku agar tidak terlihat bengkak.

🌹🌹🌹

Sudah satu jam pelajaran berlalu, tetapi guru Bahasa Indonesianya ini tetap tidak membahas materi sama sekali. Hanya bercerita tentang kisah hidupnya, masa mudanya, dan hal-hal random lainnya.

“Gimana pak kok bisa ketemu sama si bundo.” Celoteh teman sekelasku memancing Pak Sucipto agar menceritakan kenangan awal kisah cintanya dengan istrinya yang diberi panggilan sayang ‘si bundo’.

Memutar bola mata malas, sungguh cerita itu sudah diceritakan beratus kali ketika aku duduk dikelas 10. Apa Pak Sucipto tidak sadar, atau memang beliau suka bercerita.

Kelas unggulan apanya, bahkan baru beberapa hari saja kelakuan seisi kelas ini sungguh random. Tidak ada bedanya dengan kelas lainnya. Sungguh.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi menandakan waktu istirahat. Pak Sucipto keluar dari kelas disusul dengan teman-temanku yang juga keluar kelas untuk pergi ke kantin tentunya.

“Al gak ke kantin?” Tanya Mutiara, gadis berkerudung yang menjadi teman sebangkuku itu.

“Gak ah, gak laper.” Jawabku.

“Eh kamu sakit? Pucet banget, mau ak antar ke uks?” Mutiara menggerakkan tangan menyentuh dahiku, memeriksa suhu tubuhku.

“Aelah gue gapapa ukhty, kemaren kurang tidur gara-gara maraton drakor.” Dustaku, tersenyum palsu meyakinkan.

“Ya Allah bisa-bisanya.” Ucapnya tertawa melihat tingkahku. “Kalau kamu mau nitip makanan atau minuman, kirim pesan ya. Nanti aku bawain.” Lanjutnya.

“Asiap.” Balasku, tersenyum manis.

Mutiara pergi ke kantin hanya menyisakan aku sendiri di dalam kelas. Meletakkan kepala diatas meja dengan tangan yang kulipat sebagai bantalan. Memejamkan mata mencoba menenangkan diri.

Aku merasakan bangku sebelahku bergerak, aku menyerngit ketika seseorang menyodorkan roti dan sekotak susu ke arahku.

“Kenapa gak ke kantin?” Tanyanya yang juga meminum susu kotak rasa coklat itu.

“Buat gue?” Tak menjawab pertanyaan Dimas, aku malah balik bertanya.

“Kebiasaan kalau ada orang nanya tuh dijawab dulu.” Menjitak ringan kepalaku. “Iyalah buat lu, kalau ga mau siniin.” Aku memukul tangannya mencoba meraih roti dan susu yang berada diatas mejaku.

“Enak aja, timbilan lu nanti.” Mengambil susu dan roti itu mengamankan agar tidak diambil kembali oleh Dimas. “Kenapa rasa strawberry sih, gue kan suka yang coklat.” Ujarku ketika meminum susu pemberian Dimas.

“Udah dikasih, gabilang terima kasih malah marah-marah. Gatau diri lu bocah.” Jelasnya panjang lebar, tak terima.

“Iya-iya makasih abangku.” Ucapan terima kasih yang sungguh sangat ogah-ogahan itu.

Aku dan Dimas memang seperti adik kakak. Dia suka memanggilku bocah dan aku terkadang memanggilnya abang. Dimas juga sudah punya kekasih asal kalian tahu.

“Oh ya nanti setelah salat zuhur lu disuruh ke kantor kesiswaan sama Pak Puji.”

Mendengar pernyataan dari Dimas aku hanya mengangguk sebagai balasan, pasti tentang masalah OSIS, memangnya untuk apalagi ia dipanggil ke ruang kesiswaan jika tidak tentang OSIS.

🌹🌹🌹

Author pov

Gadis berambut panjang berwarna hitam legam, kulitnya kuning langsat khas pribumi, wajahnya terlihat sangat fresh sehabis salat zuhur tidak seperti pagi tadi yang terlihat kusut.

Menuruni tangga dan berjalan melewati lorong yang berada di lantai 1 menuju ruang kesiswaan berada. Berjalan dengan garis wajah yang terlihat sangat angkuh, padahal lantai 1 adalah tempat kelas 12 berada.

Assalamualaikum, permisi.” Salamnya dengan sopan memasuki ruangan.

Waalaikumssalam, masuk nak.” Ucap orang yang ingin bertemu dengannya, Bapak Puji.

“Mohon maaf, Ada perihal apa ya sampai Bapak memanggil saya kemari?” Tanya Aliana dengan sopan setelah mendudukkan diri di sofa.

“Aliana kamu adalah murid yang berprestasi nak, baik secara akademik maupun non akademik.” Pernyataan tersebut lantas membuat Aliana tersenyum kikuk karena merasa tersanjung.

Baru saja gadis itu akan mengucap terima kasih, namun mendengar kalimat selanjutnya seperti bom yang dijatuhkan tepat diatas kepalanya.

“Beasiswa kamu dicabut oleh yayasan nak.” Lanjut Pak Puji selaku wakil kesiswaan.

“Mohon maaf, maksud bapak apa ya. Saya bahkan tidak menerima surat pernyataan apapun dari yayasan.” Gadis itu masih mencoba tenang.

“Yayasan yang memberikan kamu beasiswa memberikan surat ini kepada sekolah.” Menyodorkan amplop coklat yang diambil oleh Aliana dengan berat hati.

“Beasiswa banyak nak, sekolah akan membantu kamu mencari beasiswa. Kamu anak yang berprestasi pasti banyak beasiswa untuk kamu.” Ujar Pak Puji merasa iba kepada gadis di depannya ini.

Aliana tidak bodoh, gadis itu tahu. Bahwa beasiswa yang diberikan yayasan untuk anak SMA sangat minim. Kebanyakan beasiswa dari pemerintah untuk anak yang tidak mampu tentunya.

Jelas Aliana tidak bisa mendapat beasiswa tidak mampu itu karena sungguh keluarganya tidak memiliki surat keterangan tidak mampu atau lain sebagainya, secara keluarganya dulu adalah keluarga yang berkecukupan.

“Jadi saya harus membayar SPP, uang gedung, dan lain sebagainya mulai semester ini ya, Pak?” Gadis itu bertanya dengan tersenyum, pertanyaan yang membuat hati gadis itu serasa diremat.

“Nak kamu itu anak yang berprestasi, Bapak akan bantu kamu agar menerima keringanan untuk biayanya ya.” Sungguh guru itu merasa iba melihat muridnya yang sangat berdedikasi di sekolah.

Gadis itu tersenyum, ia juga tidak bodoh mengenai hal itu. Sekolahan ini adalah sekolah elit, biaya sekolah yang sudah mengalami keringanan mungkin sama dengan biaya full disekolah lainnya.

“Saya mengerti terima kasih atas informasinya dan juga bantuan yang Bapak ajukan tadi.” Napas gadis itu memburu, tetapi ia masih bisa tersenyum.

“Ya Allah, nanti kalau ada kabar bapak hubungi kamu lagi.” Ucap beliau tidak tega.

“Terima kasih. Saya permisi dulu.” Berdiri dari duduknya dan keluar dari ruangan itu.

Gadis itu berjalan cepat melewati lorong, dadanya sakit. Ia menggigit bibir bawahnya menahan sesuatu yang akan mengalir dari peluluk matanya.

Ia berada di lantai satu sekarang kemana gadis itu akan bersembunyi, menyembunyikan lukanya.

Ke toilet? Tentu saja akan dipenuhi siswi kelas 12 yang membenarkan riasan wajah setelah selesai salat tadi. Ke rooftop? Bodoh terlalu jauh, ia tak dapat menahannya lagi.

Bel berbunyi menandakan waktu pembelajaran dimulai. Gadis itu berlari, meremat dadanya yang sungguh nyeri sekali, menggigit bibir bagian dalamnya kuat-kuat. Ia berlari menuju taman belakang.

Ia yakin tak ada orang yang akan melihatnya, siswa siswi disini memandang horror tempat ini karena terdapat pohon beringin besar.

Gadis itu meluruh di bawah bangku yang ada ditaman belakang. Menyembunyikan dirinya dibalik bangku taman yang tua itu.

Melepaskan topeng angkuhnya, memperlihatkan sisinya yang lemah. Sungguh bagaimana ia akan menceritakan perihal ini kepada ayah ibunya, keluarganya baru saja tertimpa musibah.

Isakan memilukan terus keluar dari bibirnya, memukul dadanya yang terasa sakit.

Dia lelah, gadis itu sungguh lelah.

🌹🌹🌹

Lelaki berdarah Tionghoa itu keluar dari kelas membawa earphone dan juga buku novelnya. Siswa siswi muslim keluar untuk melaksanakan salat zuhur, para siswa yang keluar membawa peci dan yang siswi keluar menenteng mukena.

Lelaki itu menuruni tangga menuju tempat terfavoritnya, taman belakang. Ia berjalan melewati rumput yang mulai meninggi menuju pohon beringin yang besar dan rindang itu.

Menyenderkan tubuhnya di bawah pohon, memasang earphone, lalu membuka novelnya. Menunggu teman-temannya selesai salat dan bel masuk berbunyi dengan membaca dan mendengarkan musik dibawah pohon rindang.

Setengah jam berlalu ia melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 12.00 tepat, 5 menit lagi sepertinya bel masuk akan berbunyi.

Ia melepas earphone dan menutup novelnya.
Berdiri dan menepuk-nepuk pelan celana belakangnya, membersihkannya dari tanah.

Bel berbunyi, ia segera melangkah keluar dari balik pohon beringin, namun niatnya terurung ketika melihat gadis yang berlari lalu terduduk dibawah bangku dan menangis.

Renjun berbalik menyandarkan tubuhnya bersembunyi di balik pohon beringin, ia tahu siapa gadis itu.

Gadis yang mempunyai wajah menantang, angkuh, dan senyum menawan dengan lesung pipitnya.

Gadis yang dulu selalu menagihi dirinya uang, gadis yang dulu selalu mengirim pesan-pesan mengancam menyeramkan, dan gadis yang menamparnya untuk pertama kali.

Kenapa Gadis itu menangis?

Renjun memejamkan mata merasakan sakit didadanya ketika mendengar isakan pilu yang tertahan, isakan yang terdengar sangat menyakitkan.

Ia memegang dadanya sendiri, merasakan nyeri mendengar gadis itu menangis. Isakan yang membuat hatinya teriris, perih.

Tak tahan Renjun menjatuhkan bukunya berjalan cepat menuju kearah gadis itu. Gadis itu mendongak menatap tepat ke obsidian legam milik Renjun.

Gadis itu kembali menunduk, menyembunyikan wajah lemahnya. Gadis itu menggelengkan kepala, seolah berkata bahwa ia baik-baik saja. Namun isaknya semakin kuat sambil meremat dadanya pilu.

Gadis itu, gadis yang membuat Renjun menggila oleh tangisnya. Gadis itu, Aliana.

Renjun tak tahan hatinya ikut sakit, matanya memanas. Ia ikut terduduk dan sedetik kemudian ia merengkuh tubuh Aliana dalam pelukannya.

Aliana semakin terisak, isakkan pilu, lelah, sakit semua Aliana tumpahkan dalam pelukan Renjun.

“Jangan menangis, hatiku terasa sakit melihatmu menangis Aliana.”


< to be continued >

Holla♡

Gimana part ini ngakak kan?? Humornya dapet banget gak?🙊

Ehe, jangan lupa voment, luvluv.

Continue Reading

You'll Also Like

59.2K 497 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...
57.3K 7.4K 47
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
107K 10.4K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
296K 30.4K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...