Best Friend [[Vakum]] (Lan Si...

By iamajeztic

41.7K 4.4K 600

Fan Fiction Dari Novel "Mo Dao Zu Shi" atau "Grandmaster of Demonic Cultivation" Cerita asli dan karakter sep... More

Chapter 1 - Alasan
Chapter 2 - Alasan (2)
Chapter 3 - Alasan (3)
Chapter 4 - Alasan (4)
Chapter 5 - Alasan (5)
Chapter 6 - Perasaan
Chapter 7 - Perasaan (2)
Chapter 8 - Perasaan (3)
Chapter 10 - Ayah
Chapter 11 - Ayah (2)
Chapter 12 - Ayah (3)
Chapter 13 - Nama
Chapter 14 - Selingkuh
Chapter 15 - Selingkuh (2)
Chapter 16 - Selingkuh (3)
Chapter 17 - Selingkuh (4)
Chapter 18 - Putus
Chapter 19 - Putus (2)
Chapter 20 - Putus (3)
Chapter 21 - Layak
Chapter 22 - Layak (2)
Chapter 23 - Layak (3)
Chapter 24 - Penggoda
Chapter 25 - Penggoda (2)

Chapter 9 - Perasaan (4)

1.7K 180 37
By iamajeztic

Tanpa Jingyi ketahui, Lan Sizhui saat ini sedang terbaring lemas di Jingshi, kamar HanGuang Jun. Lan Sizhui sedang tak sadarkan diri, suhu tubuhnya berada di atas kata normal. Ia sedang terkena demam tinggi.

"Apa dia baik-baik saja, eh, Lan Zhan ?" Wei Wuxian menatap khawatir ke wajah suaminya itu.

Tidak ada ekspresi dalam wajah dingin Lan Wangji. Ia hanya berkata singkat, "Mn."

Wei Wuxian, "Bagaimana mungkin dia tiba-tiba pingsan saat memberi makan kelinci-kelinci itu ? Apakah mungkin tiba-tiba ia alergi pada kelinci ? Atau apakah Lil Apple menendangnya hingga tak sadarkan diri ?"

"Dia sedang banyak memikirkan sesuatu."

Walaupun dalam keadaan tidak sadar, Lan Sizhui merasakan kehangatan yang diberikan orang yang merawatnya. Dengan telaten mengganti kain yang menutupi kening Lan Sizhui, bahkan mengusap tubuh Sizhui yang berkeringat dan membersihkannya.

"Nenek... Paman Keempat... Paman Keenam... Kakak kaya... kakak Xian..." Sizhui mengigau. Secara tidak sadar ia mengabsen setiap orang yang telah memberikan ketulusan kepadanya. "Jingyi...."

Nama terakhir membuat sebutir air mata menetes melalui celah matanya.

Setelah beberapa waktu, Wei Wuxian yang khawatir masuk menghampiri tempat tidur dimana Lan Sizhui terbaring. Satu tangannya mencoba meraih kening Lan Sizhui untuk memeriksa keadaannya. Tapi belum sempat ia menyentuhnya, kedua mata Lan Sizhui terbuka perlahan.

"Anakku, apa kau baik-baik saja ?" Wei Wuxian bertanya sambil tersenyum menggoda. Ia merasa teringat pada A-Yuan saat ia masih kecil dulu.

"Ah... Senior Wei, Hanguang Jun." Lan Sizhui melirik seluruh ruangan. Mencari tahu dimana ia berada. "Jingshi ?!"

Lan Wangji mengangguk pelan. Membuat Lan Sizhui berusaha untuk bangkit. Ia merasa tidak enak berlama-lama berada di salah satu kamar paling sakral se Yun Shen Buzhi Chu.

"Kau masih lemas. Jangan memaksakan diri. Beristirahatlah dulu." Wei Wuxian memegang dua bahu Lan Sizhui dan merebahkannya lagi.

Lan Sizhui, "Senior Wei, HanGuang Jun... Terima kasih sudah merawat saya. Maaf saya merepotkan kalian lagi."

Lan Wangji dan Wei Wuxian tidak bereaksi.

"Apa sih yang kamu pikirkan sampai bisa pingsan seperti itu ?"

Tatapan mata Sizhui seketika menerawang jauh memikirkan pertanyaan Wei Wuxian itu. Ia kemudian melirik kearah HanGuang Jun, tanpa berkata-kata. Lan Wangji mengangguk seakan mengerti maksud tatapan Lan Sizhui dan berkata datar, "Tanyakan...!"

Lan Sizhui bertanya dengan sedikit ragu dan sungkan, "Saya dengar anda menunggu hingga tiga belas tahun sampai bertemu lagi dengan senior Wei...."

"Mn...."

"Bagaimana... bagaimana caranya anda dapat menahannya..." Lan Sizhui mulai menangis. "Hanya seminggu... hanya seminggu dan rasanya saya sudah ingin mati."

Wei Wuxian menatap pemuda dihadapannya itu dengan tatapan yang sangat lembut, seakan-akan ia mulai mengerti apa yang terjadi dalam emosi Lan Sizhui. Wei Wuxian mulai mengelus hangat kepala Sizhui, "kalian berbeda dengan kami... kau tidak akan mengalami hal seperti itu. setidaknya karena tiga alasan."

Sizhui dengan matanya yang masih basah menatap wajah Wei Wuxian tidak mengerti.

"Pertama, orang yang kau panggil Ayah dulu ini akan berbicara dengan pamannya." Wei Wuxian menepuk pundak Lan Wangji sambil menahan tawanya. Mengingat bagaimana Sizhui kecil memeluk kaki Lan Wangji sambil memanggilnya 'Ayah' di depan banyak orang. "Dia tidak akan membiarkan anaknya tersiksa karena dipisahkan dengan cintanya. Ya kahn, Lan Zhan ?"

Lan Wangji menatap Sizhui dengan serius, dan mengangguk pelan, "Mn."

Wei Wuxian, "Kedua, kami berpisah karena kematian. Sizhui, sedangkan kekasihmu itu belum mati. Masih ada kesempatan untukmu memperjuangkannya."

"Ketiga, dulu aku sangat bodoh dan tidak menyadari perasaan Ayahmu ini. Jadi ia tersiksa dan harus menanggungnya sendiri. Sedangkan kalian sekarang sudah saling mencintai. Kalian sekarang menanggung rasa sakit rindu ini bersama-sama."

Sizhui menunduk mendengar kata-kata Wei Wuxian seperti seorang anak yang diberikan nasehat kehidupan oleh kedua orang tuanya.

Lan Sizhui, "Tapi aku sudah menyatiki hatinya......"

Teringat wajah Jingyi saat Sizhui mengatakan bahwa mereka hanya sekedar teman, membuat hati Sizhui semakin berat saja.

"HA HA HA HA..." Tanpa disangka Wei Wuxian malah tertawa berguling-guling, "kuakui, kalian sangat bodoh. Pasangan muda bodoh yang lucu."

"Wei Ying !" Lan Wangji menegurnya. Bagaimanapun 'anak' mereka itu saat ini sedang dalam keadaan sedih.

Sizhui menatap mereka bingung. Wei Wuxian sekali lagi mengusap kepala Sizhui. "Kau tahu, yang merawatmu selama kau disini adalah Jingyi. Bukan kami...."

Lan Sizhui beralih menatap wajah Lan Wangji, seakan meminta konfirmasi. Lan Wangji membalasnya dengan mengangguk tanpa bersuara apa-apa.

Lan Sizhui, "Ba.. bagaimana bisa...?"

"Kau tahu, bahkan sejak kalian berpisah kamar, Lan Jingyi sudah mencarimu kemana-mana. Setiap bertemu dengan seseorang, dia akan bertanya 'apa kau melihat Sizhui?'. Ia sudah seperti seseorang yang setengah jiwanya diambil, seperti orang gila." Wei Wuxian duduk di sebelah Sizhui. "Bahkan dia pergi ke belakang Gunung ke tempat para kelinci. Ia juga pergi ke paviliun perpustakaan. Bayangkan, seorang Lan Jingyi pergi ke paviliun perpustakaan ?! Dia pasti benar-benar putus asa mencarimu."

Lan Jingyi saat itu memang sudah tidak tahu lagi harus kemana untuk dapat melihat wajah Lan Sizhui. Ia hanya bisa berharap pada kebetulan dan keajaiban. Sampai suatu hari, ketika ia mencoba mencari ke belakang Gunung tempat para kelinci untuk yang keseribu kalinya, ia akhirnya bisa menemukan dua sosok yang memunculkan sedikit harapannya.

"HanGuang Jun, Senior Wei." Lan Jingyi melompat dan memanggil keduanya seakan-akan mereka adalah pahlawan yang ia nantikan. Keduanya menoleh ke arah suara. Seorang pemuda tersenyum lebar dengan mata berseri-seri. "Apakah anda berdua tahu dimana Sizhui ?"

Keduanya tidak diam dan saling berpandangan. Lan Wangji,"kami tidak akan mengatakannya."

Wei Wuxian menambahkan, "Yah... kau tahu kahn, Paman Lan Qiren melarang kami mengatakan apapun tentang Sizhui kepadamu."

Lan Jingyi menunduk. Tampaknya harapannya sudar benar-benar terkubur. "Baiklah, saya mengerti. Maaf sudah mengganggu."

Walaupun sedih, tapi setidaknya Lan Jingyi tidak melupakan sopan santunnya di depan Lan Wangji. Ketika ia hendak berbalik dan pergi, sebuah tangan menariknya menuju ke suatu tempat. Tangan Wei Wuxian ! Ia menatap wajah Wei Wuxian bingung, tapi Wei Wuxian malah meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sendiri, isyarat bahwa ia meminta Lan Jingyi untuk tetap diam.

Mereka berjalan melewati tempat-tempat yang sangat sepi. Hampir tidak ada orang yang melewati jalan tersebut. Hingga akhirnya mereka berhenti di gerbang suatu bangunan.

"Jingshi ?" Lan Jingyi kebingungan.

"Paman Lan Qiren melarang kami mengatakan apapun, dan kami benar-benar tidak mengatakan apapun." Wei Wuxian menepuk dada Lan Wangji dengan sikunya.

Lan Wangji." Mn."

Lan Jingyi menangis, kali ini menangis dengan sangat bahagia. Ia berlutut di depan Wei Wuxian dan Lan Wangji. "HanGuang Jun, Senior Wei, terima kasih terima kasih. Bolehkah saya bertemu dengannya ?"

Lan Wangji menatap Wei Wuxian. Keduanya diam.

Lan Jingyi, "Ahh... anda boleh menghukumku nanti. Anda bisa mencambuk saya, memukul saya, memotong kaki saya, atau bahkan membunuh saya. Tapi saya mohon, izinkan saya bertemu dengannya saat ini."

Lan Jingyi memohon dengan menarik pakaian milik Wei Wuxian. Awalnya dia ingin memohon dan menarik pakaian Lan Wangji, tapi seketika ia sadar ia tidak berani melakukannya.

Wei Wuxian menepuk bahunya, "tenang saja. Kami ada di pihak kalian. Kau boleh masuk."

Lan Wangji dan Wei Wuxian menuntun Lan Jingyi masuk ke dalam Jingshi. Jingyi segera menatap seluruh ruangan mencari dimana sosok yang ia cintai berada. Hatinya mendadak kelu melihat Lan Sizhui terbaring lemah di atas sebuah kasur.

"Kenapa dia ? Siapa yang melakukan ini kepadanya ?" Lan Jingyi segera berlari ke arah Sizhui berada. Duduk di sebelah tempat tidur, dan memegang kedua telapak tangan Sizhui erat.

Wei Wuxian,"Siapa lagi yang bisa melakukannya ? Ini semua karena kau."

Lan Jingyi menatap Lan Wangji dengan tatapan bahwa ia tidak mengerti. Lan Wangji menjelaskan dengan suara dingin, "Rindu."

Lan Jingyi kemudian merawat Lan Sizhui. Ia dengan cekatan mengganti kain yang berada di kening Sizhui, dan membersihkan badan Sizhui jika ia berkeringat. Ketika Sizhui mengigaukan namanya sambil meneteskan air mata, Lan Jingyi dengan segera menggenggam kedua telapak tangan Sizhui dan berkata lembut, "aku disini.. aku disini.."

Tidak sedetikpun perhatiannya teralihkan dari seorang pemuda di depannya.

Wei Wuxian yang melihat dua orang pemuda itu seketika merangkul lengan Lan Wangji dan berbisik, "Lan Zhan, jika kau sakit suatu hari nanti, aku juga akan merawatmu sepenuh hati seperti itu."

Tidak ada perubahan dalam ekspresi Lan Wangji. Tapi jika dilihat dengan teliti, telinganya berubah sedikit merah.

Ketika malam segera tiba dan kondisi Sizhui dirasa sudah cukup membaik, Lan Jingyi membungkuk hormat dan berpamitan. Tapi sebelum ia melangkah keluar, ia berbalik sebentar dan berkata, "Senior Wei, HanGuang Jun, jika Sizhui sadar nanti, bisakah anda tidak memberitahu bahwa saya ada disini..."

Wei Wuxian, "Kenapa ?"

Lan Jingyi, "Aku ingin membalasnya. Dia tidak pernah memberitahu saya bahwa dia mencintai saya walaupun sampai membuat dia sakit seperti ini. Dia bahkan mengatakan bahwa pada akhirnya kami hanya bisa berteman bagaimanapun situasinya. Jadi aku juga tidak ingin seakan-akan mengatakan bahwa sampai akhir pun saya akan tetap selalu berada di sisinya, bagaimanapun situasinya."

Lan Sizhui yang mendengar cerita itu langsung memaksa bangkit. Walaupun tubuhnya masih terasa seperti ditusuk seribu jarum, ia lebih tidak dapat menahan rasa sakit di hatinya. Bagaimana pun, ia ingin bertemu dengan Jingyi.

Wei Wuxian, "Hei, kau masih sakit. Mau kemana kau..."

Lan Wangji menahan Wei Wuxian yang mencoba menghentikan Lan Sizhui. Lan Wangji menggelengkan kepalanya pelan, "Biarkan dia... Jika dia tidak bertemu dengan kekasihnya saat ini, dia mungkin akan menyesalinya seumur hidup."

Lan Sizhui terhuyung-huyung berjalan menuju kamar Jingyi. Ketika sampai di depan kamarnya, Ia bertemu dengan teman sekamar Jingyi yang spontan berteriak, "Lan Si...."

Lan Sizhui membekap mulut teman itu dengan tangannya. "Jangan bicara apapun. Tidurlah di tempat lain. Aku akan mentraktirmu Emperor Smile lain kali." Teman itu mengangguk lalu pergi.

Di dalam kamar, Lan Sizhui melihat Lan Jingyi terbaring memunggunginya. Dari dekat ia dapat melihat Jingyi memeluk erat bantalnya dan menangis sesenggukan.

"Sizhui....." Kata Jingyi lirih. Ia masih belum sadar bahwa orang yang ia sebut namanya kini berada tepat di belakangnya.

Sizhui segera menyelinap masuk ke ranjang Jingyi dan melingkarkan tangannya di pinggang Jingyi. Bibirnya berada dekat di telinga Jingyi dan berbisik, "Iya sayang... kau memanggilku ?"

Jingyi tentu saja kaget bukan kepalang. Ia seakan tidak percaya dengan suara orang yang didengarnya. Dengan cepat Ia melompat membalikkan badannya, merubah posisi mereka menjadi tidur berhadap-hadapan.

"Kenapa kau bisa ada disini. Dimana teman sekamarku ? Bukankah kau masih sakit ? Dan apa maksudmu dengan 'sayang' ? bukankah kau mengatakan bahwa kita hanya akan bisa menjadi teman ?" Jingyi yang selama beberapa hari pendiam menemukan lagi jati dirinya. Ia tampaknya benar-benar bahagia.

Kedua telapak tangan Sizhui memegang lembut pipi Jingyi. Dengan ibu jarinya, ia menyeka sisa-sisa air mata yang ada di wajah Jingyi.

Lan Sizhui, "Jingyi, aku benar-benar merindukanmu."

Lan Jingyi menangis lebih keras. "Aku tahu, bodoh. Aku tahu ! Tapi apa kau masih perlu sakit untuk menunjukkan kerinduanmu ?! Apa kau pikir aku juga tidak merindukanmu ? Apa kau pikir aku tidak gila karena kehilangamu ? Apa kau pikir aku tidak khawatir melihatmu sakit begini ?!"

Kedua tangan Sizhui kali ini memeluk erat tubuh Jingyi, seakan-akan ia tidak ingin melepaskan Jingyi lagi.

Lan Sizhui, "Jingyi, aku benar-benar mencintaimu."

Lan Jingyi, "Aku juga mencintaimu. Dari dulu aku juga mencintaimu. Tapi apa, kau bilang kita hanya bisa berteman ? Lalu apa, kau sekarang ingin kita menjadi seorang kekasih ? Seperti HanGuang Jun dan Senior Wei ? Kau tahu, bahkan jika kita diusir aku berpikir kita hanya harus tinggal berdua di luar, berlatih berdua, dan saling melindungi berdua. Selama bisa bersamamu, aku rela menghadapi apapun."

Lan Sizhui semakin erat memeluk tubuh Jingyi. Kali ini wajah Jingyi menyelinap masuk dalam pelukannya, wajahnya menempel pada dada Sizhui. Aroma tubuh mereka berdua menyeruak seiring cucuran keringat hangat yang mulai membasahi pakaian mereka. Kehangatan yang mereka rasakan saat ini terasa lebih panas dari biasanya.

Lan Sizhui, "Jingyi... aku benar-benar ingin tidur denganmu...."

Continue Reading

You'll Also Like

93.1K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
316K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
80.9K 5.6K 25
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
337K 28K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...