BLE MOU ✓

By Si_MiyuKi

260K 22.9K 712

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... More

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[34] Davion's Wish

3.1K 322 15
By Si_MiyuKi

Maaf baru update.. selain karena lagi nggak punya paketan, aku juga beberapa hari kemarin lagi nggak enak badan jadinya mau nulis agak gimanaa gitu 😌

Ini juga maaf kalau garing, karena ide lagi ngadat, hehe

Langsung cuss!

.

.

.

.

Keesokan harinya mereka harus membatalkan keinginan Elle untuk menemui ibunya. Dikarenakan saat terbangun tadi pagi Davion menemukan matenya itu dalam keadaan demam.

Davion khawatir bukan main saat Elle yang berada di pelukannya menggigil dan bergerak gelisah. Dia merasakan tubuh gadis itu terasa panas. Davion segera menghubungi dokter pack dan memeriksanya. Dokter tersebut berkata bahwa matenya hanya demam biasa, mungkin karena kelelahan.

"Terimakasih Dokter Ash," ucap Davion setelah pemeriksaan berakhir.

Dokter Ash pamit undur diri dan keluar dari kamarnya. Meninggalkan dia dan Elle yang masih tertidur. Davion langsung menoleh saat mendengar Elle mengerang lirih. Dia mencoba menenangkan Elle yang masih bergerak gelisah dalam tidurnya. Meski tubuhnya telah diselimuti dengan selimut tebal, tapi gadis itu masih terus menggigil kedinginan.

Kedua mata itu mulai terbuka dengan perlahan, mengerjap beberapa kali hingga terfokus padanya.

"Dev?" ucapnya dengan suara parau.

"Ya, aku disini." Tangannya mengelus sisi wajah matenya yang masih terasa panas.

"Dingin."

Lelaki itu tersenyum kecil. Dia menegakkan tubuhnya dan melepas kaus yang dipakainya, lalu ikut masuk ke dalam selimut. Memeluk tubuh Elle agar gadis itu tak kedinginan lagi. Elle merapatkan tubuhnya pada tubuh Davion yang hangat.

Davion mengelus surai matenya dengan lembut. Hingga napas panas yang berembus di dadanya terasa tetatur.

'Bagaimana dengan bulan purnama jika mate masih seperti ini, Davion?' tanya Remus di pikirannya.

Elusan tangannya berhenti. Namun berlanjut lagi saat Elle menguselkan wajah di dadanya dan merengek pelan.

'Kita tidak akan memaksanya.'

'Itu artinya kita harus kembali lagi ke tempat itu.'

Peryataan itu dijawab oleh Davion, 'Ya. Bukankah selama ini kita juga selalu ke tempat itu?'

'Baiklah. Apapun untuk mate,' putusnya.

'Tapi seperti yang pernah aku katakan sebelum kejadian itu. Aku tidak bisa membiarkan mate tidak memiliki tanda dari kita. Kita harus menandainya lagi, untuk yang kedua kalinya.'

'Aku tahu itu,' balas Davion singkat.

***

Davion sedang berjalan menuju ruang kerjanya, dimana beta serta salah satu gamma dan deltanya sedang menunggunya disana. Hari ini adalah persiapan terakhir para warriornya untuk pergi ke Cadmussion pack esok harinya. Meskipun Selenehydor hanya mengirimkan beberapa pasukan warrior sebagai bala bantuan, namun dia tetap harus memastikan semuanya berjalan dengan baik.

Gamma Nick yang ditemani oleh Delta Oris, adik angkat dari Delta Caton yang saat kejadian itu terbunuh, mendapat tugas untuk berada di wilayah Cadmussion pack untuk mengawasi dan mengontrol kesiapan warrior mereka yang ditempatkan disana.

Sepanjang pembahasan pikiran Davion selalu beralih pada Elle yang masih di kamarnya. Dia menitipkan Elle pada Teressa dan ibunya. Karena kemarin gadis itu meminta untuk bertemu dan kebetulan hari ini orangtuanya datang berkunjung lagi. Meski begitu dia masih sedikit khawatir dengan keadaan matenya. Apalagi saat tadi ibunya memindlink bahwa Elle baru saja terbangun dan mencarinya.

Tetapi untuk saat ini Elle sedang bersama kedua wanita itu setelah sebelumnya menghabiskan makan siang dan meminum obatnya. Ibunya bilang panas tubuh Elle sudah mulai turun dan gadis itu sudah tak merasa kedinginan lagi. Rasa khawatirnya sedikit berkurang setelah mendengar itu.

"Malam ini kalian bisa mulai berangkat. Pastikan sebelum bulan purnama datang semuanya bisa terselesaikan dengan lebih cepat," jelas Davion pada ketiga pria di depannya.

"Baik, Alpha," jawab mereka bersama.

Setelah menyelesaikan pembahasan singkat di ruang kerjanya, Davion keluar ruangan bersama dengan Regan.

"Alpha, setelah ini apa yang harus kami lakukan pada mereka?" tanya Regan padanya.

Davion yang mengerti pertanyaan Regan pun menjawab, "Biarkan mereka tetap di penjara sampai aku memberikan merintah untuk membebaskan mereka."

"Baik, Alpha."

Setelah Davion berjanji pada Elle untuk tidak menyakiti mereka, mau tidak mau tugas itu diambil alih oleh Regan. Dia hanya memantau mereka dari balik layar dan mendapatkan informasi dari Regan dan beberapa anggota kawanannya yang ikut ditugaskan untuk menghukum dan menginterogasi ketiganya serta orang-orang yang terlibat dalam masalah itu.

Perbincangan mereka terhenti saat jalan mereka dihadang oleh dua orang bocah laki-laki. Davion terkekeh saat kedua bocah tersebut berebut menarik Regan.

Mereka adalah kedua putra Regan dan Ili. Abryn yang berumur tujuh tahun, dan Zinky yang berumur empat tahun. Mereka memiliki rambut kemerahan yang persis seperti sang ayah. Tapi untuk sifat, keduanya lebih seperti ibunya, tidak pendiam seperti Regan.

"Hei, boys," sapa Davion pada kedua bocah itu.

Mereka berhenti ribut dan langsung menghadap pada Davion. Menunduk padanya dan berkata 'alpha' dengan nada riangnya. Davion tersenyum dan mengusak rambut merah keduanya dengan gemas.

"Ayah, ayah. Ayo ke tempat pelatihan. Ayah sudah berjanji pada kita kemarin," ucap Zinky dengan suara cadelnya.

"Ayah tidak akan ingkar janji kan?" rengut Abryn setelahnya.

Melihat raut keraguan dari betanya, Davion membantu menjawabnya, "Kau bisa mengajak mereka ke tempat pelatihan para shcouts. Mereka akan lebih aman disana."

Regan menghela napas, kedua putranya semakin berteriak girang karena Alpha mereka memberikan ijin.

"Baiklah, baiklah. Ayo kita ke tempat pelatihan. Tapi kalian tidak boleh bertingkah nakal disana. Kalian mengerti?"

"Ya, Ayah!" jawab mereka bersemangat.

"Kami permisi, Alpha." Davion mengangguk mempersilahkan mereka pergi.

Melihat ketiga laki-laki berbeda generasi itu membuat sesuatu dalam diri Davion seperti menginginkannya. Dia ingin sebuah keluarga kecil, keluarga kecilnya sendiri. Alpha itu tersenyum kecil membayangkannya. Bagaimana kehidupannya di masa depan bersama dengan matenya. Dia harus lebih bersabar, mungkin menunggu beberapa tahun lagi tak masalah. Toh, selama hampir duapuluh lima tahun dirinya hidup dengan bayang-bayang pasangannya yang telah tiada, dia masih bisa hidup sampai saat ini. Meskipun Davion sadar, selama itu pula dirinya menjadi sosok yang lain. Bukan Davion yang dikenal oleh keluargannya, bukan Alpha seperti yang anggota kawanannya kenal selama ini pula.

Ia menggelengkan kepalanya. Tersadar dengan apa yang dipikirkannya. Sekarang dia sudah mendapatkan kembali apa yang selama ini diinginkannya. Matenya kembali dan itu adalah sebuah hadiah yang indah yang didapat olehnya. Tidak pernah sekalipun dia tak bersyukur bahwa pasangannya telah kembali, bukan digantikan oleh shewolf lain. Karena selama ini dia tak pernah ingin mencintai yang lainnya selain Elle. Tak pernah dia bisa membayangkan bagaimana dirinya bisa mencintai orang lain.

Ketika Davion membuka pintu kamarnya, tiga perempuan yang sedang duduk di atas kasur menoleh padanya. Elle bersandar di kepala ranjang sementara ibunya dan ibunya Elle duduk di depan gadis itu. Mereka sepertinya sedang terlibat sebuah perbincangan seru.

"Kau terlalu cepat kembali," rengut ibunya. Davion hanya mendengus pelan seraya menggeleng.

"Baiklah, kalau begitu tugas kami selesai," ucap ibunya lagi.

"Jika kalian masih ingin berbincang aku bisa keluar lagi," Davion berniat berbalik sebelum sebelah lengannya ditarik oleh ibunya.

"Tidak, tidak. Elle lebih membutuhkanmu disaat seperti ini. Aku dan Teressa bisa kembali lagi kapan-kapan."

"Ya, lagipula itu akan baik selama proses penyembuhannya," timpal Teressa. Kemudian kedua wanita itu bersama-sama keluar dari kamarnya dengan saling berbisik dan terkikik. Davion menatap mereka dengan alis terangkat tinggi.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya seraya berjalan mendekati matenya.

Gadis itu hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Membuat Davion semakin curiga saja. Namun dia hanya bisa menghela napasnya, berharap semoga saja kedua wanita itu tidak bicara macam-macam pada matenya.

"Apa kau sudah baikan?" Ia menangkup wajah matenya yang masih sedikit pucat.

"Ya, hanya tinggal sedikit pusing saja."

Davion duduk di kasur dan menghela tubuh Elle untuk duduk di depannya, diantara pahanya. Dan setelah itu tak ada lagi perbincangan di antara keduanya. Davion sibuk memainkan surai biru kesukannya dan sesekali menciumnya. Sedangkan Elle, yang sedang merasa nyaman dengan kedekatan mereka. Entah kenapa setiap kali mereka melakukan skinship, bukannya merasa risih Elle malah merasakan perasaan nyaman. Perasaan yang hanya bisa dia rasakan jika bersama Davion.

Padahal menurutnya, mereka baru saja kenal belum lama. Tetapi mereka seperti telah lama bertemu dan menjalin hubungan. Hubungan yang bahkan sangat erat. Elle bisa merasakan itu, sesuatu di dalam dirinya juga seperti menyetujuinya. Dirinya juga selalu merasa aman jika berada di dekat Davion. Itulah kenapa saat itu tanpa pikir panjang dia mengajukan pada Davion bahwa dirinya akan ikut bersama Davion dan tak lagi tinggal bersama keluarga yang menampungnya.

Ah, ya, dia baru saja ingat ingin menanyakan hal itu.

"Dev," panggil Elle sambil agak membalikkan tubuhnya.

Mendengar deheman dari lelaki di belakang tubuhnya Elle melanjutkan, "Bagaimana dengan keluarga angkatku?"

Davion yang mendengar itu menghentikan kegiatannya memainkan rambut Elle. Kedua alis tebalnya menukik tajam.

"Untuk apa kau menanyakan tentang mereka?"

"Ehm, bukankah waktu itu kau berjanji tidak akan melukai mereka. Lalu, lalu apakah mereka sudah kembali pulang?"

Lama Davion tidak bersuara, Elle mendongak dan melihat mimik wajah Davion yang menjadi keras.

"Kau tidak perlu mengetahui itu," jawabnya singkat.

"Kenapa? Apa kau melakukan sesuatu pada mereka?" Davion semakin mengerutkan alisnya melihat Elle yang bergerak melebarkan jarak mereka.

"Kau tahu aku sudah berjanji."

"Lalu dimana mereka?"

"Aku tidak bisa memberitahukanmu," jawabnya seraya menggeleng.

"Kenapa?" Elle terus bertanya pada lelaki itu.

Bagaimanapun ketiga orang itu adalah orang yang sudah membantunya. Tidak peduli bagaimana kelakuan mereka selama dia hidup dengan ketiganya. Elle tidak ingin menjadi seorang yang pendendam. Tapi entah kenapa sesuatu di dalam dirinya tak menyetujui rasa belas kasihannya. Seperti sesuatu itu setuju jika Davion memberi pelajaran pada mereka.

"Dev, kau sudah berjanji padaku," lirihnya sambil menunduk.

Sedangkan Davion masih terdiam. Dia tak habis pikir dengan sikap Elle yang bisa-bisanya masih memberi belas kasihannya pada ketiga orang yang bahkan tak pernah memberi gadis itu rasa kasihan.

Regan pernah menginterogasi salah seorang diantara mereka dan dia tahu bahwa mereka sering tak memberi Elle makan bahkan dalam waktu berhari-hari. Matenya bahkan pernah ditemukan tergeletak di tengah jalan saat akan pergi bekerja setelah sebelumnya memakan makanan basi hanya untuk mengganjal perutnya yang kosong. Untung saja seseorang yang menemukannya di jalan itu berbaik hati mau membawanya ke rumah sakit terdekat dan membayar biayanya. Dan setelah semua itu, ketiga orang tersebut masih menghukum Elle yang pulang tanpa membawa uang.

Tak hanya itu, Elle bahkan hampir ditangkap oleh polisi karena ketahuan mencopet dan membeli minuman keras, yang sebenarnya dibeli untuk lelaki yang tinggal bersama mereka itu. Masih banyak hal lainnya yang bahkan tak bisa dia terima atas perlakuan mereka pada matenya.

Menurut informasi dari sepasang suami istri tersebut, mereka menemukan Elle yang masih bayi di dekat makam saat bulan purnama. Dimana pastinya Davion sedang mengurung dirinya dan tak keluar dari sana selama beberapa hari. Sepasang suami istri itu mendapat hukuman bukan hanya karena telah menyakiti matenya, tetapi juga karena telah menentang perintah di wilayahnya serta masuk ke Selenehydor sebagai anggota ilegal. Dia telah menangkap semua orang yang terlibat dalam masalah ini dan mereka telah mendapat hukumannya.

"Aku tidak ingin kau menyakiti mereka―"

"Lalu apa yang selama ini mereka lakukan padamu harus kumaafkan?" desisnya.

"Kau mungkin bisa, tapi aku tidak."

Lalu setelah itu Davion berdiri dan keluar dari kamarnya. Meninggalkan Elle yang masih termenung. Davion terlihat sangat marah. Tapi Elle hanya tidak ingin Davion mengingkari janjinya dan mengotori tangannya untuk berbuat kejam. Ia tahu, Davion mungkin saja pasti telah melakukan hal yang lebih kejam selama ini. Dunia mereka berbeda, Davion adalah seorang Alpha yang pastinya tak pernah absen dari hal-hal berbau penyiksaan atau apapun itu.

Apakah Davion kecewa dengan permintaannya? Dengan belas kasihannya untuk ketiga orang yang telah menampungnya itu? Dan sesuatu di dalam dirinya mengiyakan pemikirannya.

***
TBC.

Ini juga fresh from the oven, huhuu

Maaf kalau ada typo(s), tandai saja seperti biasa ya

Salam sayang,
Miyuki

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 293K 39
Zara Foster, mahasiswi Ilmu Sejarah yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak kecil, tiba-tiba terbangun sebagai Duchess Griffin di abad ke-19...
635K 35.1K 58
[FOLLOW terlebih dahulu. Private secara acak!] [Warning! Eps. 2 dan 3 digabungin ke eps. 4] "I Vartan Zsolt Ormos, Alpha of the Redmoon Pack. Reject...
2.6M 253K 34
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
3.3K 189 6
kisah sehari2 dede' jeno bersama dengan ibunda tercinta dan para hyung nya. baca aja dulu sapa tau suka