BLE MOU ✓

By Si_MiyuKi

268K 23K 711

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... More

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[28] A Hidden One
[29] Whole Nine Yards
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[30] The End and Beginning of Everything

3.3K 345 29
By Si_MiyuKi

Hai hai.. ketemu lagi nih,
Yaah.. ternyata nggak jadi END 😂
Ada yang masih ngalong nggak ya jam segini?

Langsung cuss~


.

.

.

Davion melempar pedangnya ke sembarang arah setelah menebas salah satu penghianat di kelompoknya. Tak ada rasa ngeri sama sekali ketika darah itu menciprati tubuhnya.

Regan dan penjaga dungeon yang berdiri di belakangnya tetap diam berdiri menunggu Davion yang juga hanya diam menatap mayat di depannya. Entah apa yang ada di pikiran Alpha mereka, tatapannya kosong dan tak terbaca.

"Bereskan dia."

Hingga perintahnya terdengar dan mereka segera melaksanakannya setelah Davion berbalik lalu keluar dari dungeon. Regan mengikuti Davion di belakang pria itu.

"Terus selidiki kasus ini dan beritahukan padaku hasilnya. Aku harus ke Caith àite." Regan berhenti berjalan saat mereka sampai di pintu utama.

Dia terus menatap punggung Davion yang semakin menjauh dari pandangannya. Pria itu selalu pergi ke caith àite, lebih lengkapnya adalah caith àite ann an cridhe. Tempat dimana seseorang yang menjadi belahan jiwanya disemayamkan disana.

Caith àite ann an cridhe, atau worn a place in heart, nama itu diberikan untuk tempat peristirahatan Sang Luna. Nama yang menunjukkan bahwa hanya disanalah tempat dimana pemilik hati Alpha itu berada. Hanya dia, dan akan selalu menjadi satu-satunya. Sebagai ungkapan rasa rindunya pada belahan jiwanya. Rasa yang selalu menambati hatinya di setiap hidupnya. Tak pernah hilang, bahkan semakin besar setiap waktu.

Hingga kini, Davion masih menyendiri. Pata petinggi telah berusaha membujuk Davion untuk mencari pasangan baru dan memiliki keturunan. Tetapi segala usaha yang telah dilakukan selalu gagal. Davion tak pernah mengacuhkan perintah maupun permintaan itu. Dia tak akan pernah mencari pendamping lain. Dia tidak ingin posisi Luna bagi Selenehydor diberikan pada wanita lain. Dia bahkan rela jika harus menjadi Alpha hingga beratus tahun lamanya daripada harus mengorbankan seorang wanita hanya untuk mendapatkan keturunan.

Lelaki itu menghentikan mobilnya di dekat taman yang cukup luas. Kemudian keluar, setelah sebelumnya dia mengganti pakaiannya yang terkena cipratan darah di dalam mobil. Melangkahkan kakinya menuju satu-satunya pohon rindang dimana ada sebuah makam yang ternaungi dedaunan lebatnya. Dia meletakkan sebuket bunga lili putih, lalu mencium nisan yang terpahat nama kekasihnya. Setelah itu duduk bersandar di batang besar pohon, melipat kedua lengannya di belakang kepala, seraya terus menatap satu-satunya makam di tempat itu.

Lalu Davion memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang sejuk juga suara berdesir yang tertangkap telinganya. Senyum terukir di bibirnya. Ah, ini adalah tempat ternyaman baginya. Hanya di tempat ini dia bisa menikmati momen berdua dengan matenya, tanpa ada yang mengganggu. Hanya di tempat ini juga dia bisa memejamkan mata sambil membayangkan bagaimana masa depannya bersama dengan matenya, masa depan yang seharusnya bisa mereka rasakan.

Tak ayal dia selalu iri jika melihat Regan bersama dengan matenya, juga kedua anak mereka. Keluarga kecil yang terlihat bahagia. Davion juga menginginkan itu semua, bersama dengan pemilik hatinya. Tapi mungkin, sekarang dia hanya bisa membayangkannya.

Davion melirik pada makam di sebelahnya, lalu menutup kembali matanya.

"Kau tahu, mereka memaksaku untuk mencari penggantimu lagi," ucapnya sebagai pembuka cerita.

Seperti biasanya, Davion selalu bercerita, mencurahkan keluh kesahnya di tempat itu. Seakan benar-benar mengajak Elle bercerita bersamanya.

Dia membuka matanya, lalu terkekeh pelan sambil mengangguk. Menggeser posisi duduknya agar lebih dekat dengan nisan. "Yaah, kau tahu apa jawabanku sayang."

"Tidak akan ada yang bisa menggantikanmu di posisi itu," lanjutnya. Dia menatap makam itu dengan sendu.

"Bisakah malam nanti kau datang lagi ke mimpiku? Akhir-akhir ini aku bermimpi jika kita memiliki kehidupan bahagia, dengan anak kita dan―"

Davion menghentikan kalimatnya. Dia menghela napas beratnya.

―dan aku, merindukanmu. Sangat."

Suara itu bergetar, sarat akan rasa sesak yang sangat menghimpit dadanya. Tapi tak ada lagi air mata, yang ada hanyalah senyuman sendu yang terpasang di wajahnya yang masih tetap sama seperti dulu.

"Ini menyiksa sekali sayang. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku masih hidup sampai saat ini."

"Apa Dewi Selene sedang menghukumku? Tolong tanyakan padanya jika kau bertemu dengannya. Lalu beritahukan padaku apa yang dia katakan," ucapnya dengan kekehan di akhir kalimatnya.

"Alpha." Suara Regan terdengar melalui mindlink mereka.

"Ya."

"Alpha Costa dari Cadmussion pack telah datang."

Davion menghela napasnya, lagi. "Aku akan segera kembali."

Setelah itu dia memutus mindlink mereka. Dia bahkan sampai hampir lupa jika Alpha Costa akan datang dan menemuinya. Cadmussion pack sedang mengalami masalah dan meminta bantuan pada Selenehydor.

"Baiklah sayang. Maaf, sepertinya hari ini aku hanya bisa menemanimu sebentar saja. Aku harus kembali." Ucapnya dengan rasa bersalah.

Dia mencium lagi nisan itu cukup lama, lalu berdiri dan menatap ke tempat peristirahatan matenya sekali lagi, sebelum benar-benar berbalik dan keluar dari area taman. Memacu mobilnya untuk kembali ke pack housenya dan melakukan apa yang harus dia lakukan.

***

Setelah pertemuannya dengan Alpha Costa, Davion kembali menyibukkan dirinya. Pergi ke kota manusia untuk mengunjungi salah satu perusahaan yang dikelolanya bersama dengan salah satu teman manusia kepercayaannya. Sejak beberapa tahun lalu Davion memang memilih untuk lebih membuka diri terhadap kehidupan manusia. Lelaki itu memilih untuk membuat identitas sebagaimana manusia pada umumnya. Membangun perusahaan dan membuat relasi, dan mengumpulkan kekayaan disana sini.

Meski begitu Davion tak pernah lalai dengan tanggungjawabnya di Selenehydor. Dia sering berkunjung ke dunia manusia dan kembali lagi ke pack setelah mempercayakan semuanya di kota manusia itu pada orang kepercayaannya.

Davion kali ini mengajak adiknya, Ravel, untuk ikut bersamanya. Karena sepertinya lelaki itu begitu tertarik dengan hal ini. Yah, memang begitu, karena Ravel kini sudah menemukan matenya yang merupakan seorang gadis manusia dari salah satu keluarga terpandang di kota itu. Sedangkan Ancelin? Entahlah, gadis itu masih belum mau mengakui bahwa dia telah menemukan matenya. Entah sudah bertemu ataupun belum keluarganya masih merasa ragu. Tapi Davion yakin kalau adik perempuannya itu pasti telah bertemu dengan matenya.

"Terimakasih atas kerja samanya, Tuan Wilmot. Kami merasa terhormat bisa mendapatkan kepercayaan dari Anda." Seorang pria paruh baya menyalaminya seraya tersenyum lebar.

Setelan jas yang Davion, Ravel, dan beberapa orang itu kenakan memperlihatkan bagaimana kedudukan mereka. Sekali lihat orang-orang bisa menerka bahwa mereka pastilah orang penting. Ia membalas jabatan tangan itu seraya tersenyum tipis. Lalu Davion, Ravel, dan beberapa orang kepercayaannya berlalu dari sana. Tiga mobil mewah telah terparkir di halaman kantor. Beberapa pria berpakaian hitam yang berada disana dengan sigap menyambutnya dan membukakan pintu mobil untuknya.

Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan yang terdengar. Davion hanya terdiam, begitupun Ravel yang berada di sebelahnya. Adiknya itu hanya menatap keluar jendela, melihat pada jalanan yang mulai lengang karena waktu sudah semakin sore.

Sampai di lampu merah, Davion menurunkan kaca mobil di sampingnya. Dan seketika tubuhnya menegang. Tanpa berucap apapun dia langsung membuka pintu mobil dan keluar. Mengabaikan panggilan dari Ravel dan orang-orang yang tadi bersamanya.

Seperti orang terburu-buru Davion terus berjalan. Netra hijaunya bergerak liar. Hingga langkahnya terhenti di sebuah area sepi, dimana di tempat itu terdapat sebuah gedung tua yang tak terawat juga toko-toko yang telah tutup.

Entah apa yang Davion lakukan. Lelaki itu hanya berdiri diam disana, seperti menunggu sesuatu. Dia merasakan seseorang mendekat. Kedua alisnya hampir menyatu. Mimik wajahnya terlihat semakin keras dan tangannya mengepal di dalam saku celananya.

Seseorang itu semakin mendekat, dan Davion hanya terdiam tanpa berniat membalikkan tubuhnya. Di detik berikutnya dia merasakan jika sesuatu diambil darinya. Dan sekelebat dia melihat seseorang berlari dari ekor matanya.

"HEI!!" Pengawal yang tadi mengikutinya berlari ke arahnya. Berniat untuk mengejar siapapun orang itu.

"Berhenti!" Davion memerintahkan mereka untuk tak mengejar.

"Tapi, Tuan―" Kalimatnya terhenti saat Davion melayangkan tatapan tajamnya.

"B-baik Tuan."

"Ada apa Kak? Sepertinya dia mencuri sesuatu milikmu. Kenapa kau diam saja?" Ravel mengerutkan dahi, bingung dengan sikap kakak laki-lakinya itu.

"Berikan aku salah satu kunci mobilnya. Kalian kembalilah lebih dulu, aku akan menyusul." Mereka semakin bingung. Bukannya menjawab Davion malah meminta kunci mobil.

Salah satu dari mereka menyerahkan kunci mobil padanya. "Kami memarkirkannya di salah satu pelataran di dekat lampu merah Tuan." Davion mengangguk sekilas. Lalu kembali memerintahkan mereka untuk segera kembali.

Setelah mereka berlalu Davion berbalik ke arah dimana orang tadi berlari. Dia mengambil udara lewat pernapasannya dan menghembuskannya perlahan. Netranya menggelap seketika. Kedua kakinya mulai melangkah dengan pasti, mengikuti kemana orang itu pergi.

***

Sedangkan seorang gadis lusuh sedang bersembunyi di balik salah satu bangunan tua. Tangan kurusnya membuka dompet yang tadi baru saja dia ambil. Netranya yang berbeda warna berbinar ketika mendapati beberapa lembar uang. Namun hanya itu uang yang ditemukannya, selebihnya hanya beberapa kartu berwarna hitam dan emas, juga tanda pengenal.

Sebenarnya dia merasa bersalah melakukan ini. Tapi jika tidak begini, dia pasti akan mendapat masalah ketika sampai di rumah. Lagipula sejak kemarin dia juga belum makan. Mereka yang ada di rumah itu tak mau memberikannya makan barang sedikit. Dan ketika dia melihat ada seorang pria bersetelan mahal di dekat gedung tua itu. Dia yakin pria itu pastilah orang kaya.

Setelah memasukkan dompet yang berisikan kartu-kartu yang tak diketahuinya tersebut ke dalam saku jaket lusuhnya, dia mengantongi uangnya ke dalam saku lainnya. Dia menyisir rambut hitamnya yang berantakan dan lepek karena keringat. Bersembunyi di tempat gelap seperti ini membuatnya gerah.

Baru saja tubuhnya bergerak untuk keluar dari tempat persembunyiannya, gadis itu kembali terduduk. Oh tidak, dia yakin tadi orang-orang itu tertinggal jauh dan pasti tidak akan menemukan jejaknya. Tapi kenapa lelaki bersetelan mahal yang dompetnya ia curi berada di depan sana.

Jantungnya seketika berpacu dengan cepat. Napasnya semakin memburu. Lelaki itu seperti tahu keberadaannya. Langkahnya semakin mendekat ke tempat dimana dirinya bersembunyi. Dia menehan panas dan memejamkan matanya dengan erat.

***

Davion berjalan perlahan ke arah bangunan tua disana. Dia yakin seseorang itu bersembunyi di baliknya. Telinganya bahkan bisa mendengar degupan jantung yang bertalu-talu dan napas yang memburu. Semakin dekat dan netranya juga semakin menggelap.

Sampai di tempat persembunyian tersebut, Davion melihat seorang gadis sedang duduk meringkuk di sisi gelap bangunan. Davion melangkah semakin mendekat dan berhenti saat jarak mereka hanya beberapa langkah. Lelaki itu hanya diam. Netranya masih bisa bekerja dengan baik di kegelapan seperti ini.

Dan ketika wajah itu terangkat dengan ragu, tubuh Davion kembali menegang. Satu kakinya melangkah mundur dan tatapannya nyalang pada gadis di depannya.

Dan setelah sekian lama dia merasakan perasaan yang dulu sempat hilang, perasaan yang terbawa bersama dengan kekasihnya yang telah pergi.

Clarabelle?

***
TBC.

Jeng.. jeng.. jeng..
Sudahkah kalian menerka-nerka tentang sesuatunya? 😅

Continue Reading

You'll Also Like

249 199 4
Ini kisah gue dan keluarga super KPop gue, kalian pasti nggak nyangka kalau cerita keluarga gue memang se random itu. Pokoknya, nggak ada yang bener...
1.5M 227K 44
Aquaplaning terjadi begitu cepat sehingga Electra tidak sadar dan salah melakukan antisipasi. Kendaraan yang dilajukan Electra hingga berputar arah d...
3.7M 445K 67
Eros telah bertunangan dengan Putri Orlaith, namun juga menjalin hubungan dengan adik dari Putri Orlaith yang bernama Putri Alice. Eros terperdaya o...
3.2M 188K 66
Briana yang awalnya adalah seorang Lady, harus terpaksa menerima lamaran sang Duke of Warwick, namun siapa sangka jika pria yang ia kira hanya seoran...