BLE MOU ✓

By Si_MiyuKi

268K 23K 711

((COMPLETED)) Werewolf series #2 Tentang kisah Alpha Davion, pada cerita My Heart (cor meum) bagian "Alpha's... More

Ble Mou
INTRODUCTION
THE WOLVES
[1] A Girl With Blue Hair
[2] A Man With His Sway
[3] Leah
[4] Strangeness
[5] White Wolf
[6] Punishment
[7] Run
[8] Resquer
[9] Injury
[10] Celin's Dream
[11] Blood Bond
[12] Afraid
[13] Comfortable
[14] Begin
[15] Hurt
[16] I'm fine
[17] New Members
[18] New Members 2
[19] Dream
[20] The Mysterious Victim
[21] Something
[22] Luna Elle
[23] Saturia Clan and A Forgotten Story
[24] The Mysterious Victim 2
[25] Fullmoon
[26] Fullmoon 2
[27] Alpha's Blood
[29] Whole Nine Yards
[30] The End and Beginning of Everything
[31] Who is She?
[32] Cross Your Finger
[33] Bent Out of Shape
[34] Davion's Wish
[35] Worried
[36] Still Same
[37] To Unbosom
[38] Jealousy
[39] Protective
[40] Racked With Pain
[41] 65 Days Over
[42] A Tiny-Furry Creature
[43] Sunshine
[44] A Little Alpha
[45] A Man With Blue Hair (END)
DREAME/INNOVEL
The Twins
SEQUEL?
Lapak Baru

[28] A Hidden One

3.3K 370 15
By Si_MiyuKi

Di part ini, aku pakai tanda (___*panjang) untuk pembuka dan penutup ya. Kayaknya kalau tulisan miring/tebal yang cukup banyak kurang nyaman dibaca.

Huruf miring adalah percakapan dari luar (tubuh), sedangkan huruf biasa adalah ucapan dari orang di dalam (tubuh)..

Kalo masih nggak paham, baca dulu terus ikutin, kali aja malah paham, cuma dikit kok. Hehe

Sekian aja, langsung cuss!

.

.

.

.

______________________________________

Selalu mengikuti kemanapun tubuhnya bergerak, melangkah, dan menuju ke tempat-tempat asing yang tak pernah dia ketahui adalah sesuatu yang cukup membuatnya khawatir dan takut. Entah sudah berapa lama dia disini. Tak mengetahui kapan dan dimana dirinya berada. Yang jelas, dia yakin bahwa dirinya masih berada di dalam tubuhnya sendiri.

Entah sudah berapa kali dia menangis, meraung karena ketidakberdayaannya. Melihat bagaimana tubuhnya sendiri membunuh satu-persatu orang yang tak bersalah sama sekali. Entah siapa yang melakukan ini semua padanya. Merasuki dan menggunakan tubuhnya. Dia tidak tahu.

Sudah berkali-kali pula dia mencoba untuk memberontak. Berteriak pada siapapun untuk memghentikan tubuhnya melakukan hal keji seperti itu. Mindlink-nya tak berfungsi. Dia tak tahu bagaimana keadaan Lacey, Davion, dan semua orang diluar sana.

Dia hanya bisa merasakan tubuhnya disini, melihat keadaan diluar melalui matanya, dan mendengar suara-suara dari luar dengan telinganya. Semua tubuhnya ini masih berfungsi normal, masih terhubung sempurna dengan tubuh aslinya.

Lalu, fakta yang sangat mengejutkan baginya adalah, bahwa seseorang yang menempati tubuhnya itu adalah putri Karvidan. Dan seekor serigala berbulu gelap dengan kabut hitam itu adalah matenya.

"Tapi Tuan, bagaimana jika pasangannya menyadari ini?"

Elle mengangkat wajahnya, ketika dia sedang meringkuk di dalam sana, saat telinganya kembali mendengar suara pembicaraan dari luar. Itu adalah Karvidan dan seorang lelaki yang tidak dikenalnya. Sedangkan tubuhnya berbaring di tempat tidur, entah karena apa.

"Aku tidak peduli. Dari semua perempuan yang kita punya, hanya dia yang bisa menjadi wadah putriku." Ucapnya geram.

"Mereka bahkan mati sebelum ritual itu selesai. Saat malam ketiga besok, dan dia mendapatkan korban kesepuluhnya, semua ritual itu akan selesai," lanjut pria itu.

Elle tersentak saat mendengar itu. Ritualnya akan selesai?

Karvidan mendekat ke tubuhnya yang masih berbaring. Mendaratkan telapak tangannya di pucuk kepalanya.

"Sebentar lagi, sayang. Kau akan disini lagi bersama ayah." Dia bergumam.

"Tuan Karvidan, ini akan lebih berisiko jika jiwa tuan putri telah menyatu dengan tubuhnya. Jika tubuh itu mati, maka tuan putri juga akan―"

Karvidan langsung melesat dan mencengkeram jubah lelaki di belakangnya.

"Cukup diam dan lakukan tugasmu dengan benar. Atau kau akan tahu akibatnya." Ancaman yang cukup membuat lelaki itu tahu diri dan mengangguk patuh dengan ketakutan.

Karvidan melepas tangannya. "Aku tahu ini akan sulit awalnya. Jiwa Elle masih hidup dan dia masih bisa memberontak."

Elle membulatkan matanya saat ternyata Karvidan tahu bahwa dirinya sebenarnya masih hidup.

"Aku tidak akan membiarkan tubuhnya mati sebelum ritualnya sempurna."

"Jika dia telah mendapatkan korban kesepuluhnya saat hari ketiga besok, maka dia akan menguasai tubuh ini. Hanya dia harapan satu-satunya agar putriku kembali."

"Jiwa mereka akan terikat, namun itu tidak akan lama. Karena jiwa pemilik tubuh ini akan mati dengan sendirinya."

Seluruh tubuh Elle bergetar ketakutan. Sangat. Kekhawatiran pun melandanya dengan sangat besar. Tubuhnya luruh, air matanya menganak sungai di kedua pipinya.

Apa lagi ini? Dia akan mati sebentar lagi?

Kenapa saat semuanya terasa telah sempurna bersama matenya, semua ini harus terjadi. Ini akan sulit.

Tetapi kemudian sebuah pemikiran menghampirinya. Sebelum ritual itu sempurna, maka jiwanya masih bisa terikat. Dia masih bisa memberontak dan menguasai kembali tubuhnya. Dia harus mencobanya. Ya, meskipun itu sakit saat melihat bagaimana tubuhnya membunuh dengan keji. Jika dia terus menerus memejamkan mata dan berdiam diri, maka dia tidak akan berhasil. Dia harus berusaha lebih keras lagi.

***

Namun ternyata, semua itu masih terasa sulit. Elle hampir putus asa ketika Selenehydor kembali diserang, dikuasai oleh Karvidan dan pengikutnya. Itu artinya, ritual itu benar-benar hampir sempurna. Tinggal menunggu hingga jiwanya sendiri mati, di tempat antah-berantah ini. Tanpa ada seorangpun yang tahu.

Elle secara reflek berteriak saat melihat tubuhnya dan Davion jatuh bersamaan. Sebuah benda tajam menancap di bahu lelaki itu. Membuat Elle semakin ketakutan. Dan ketika suara berat namun lembut itu terdengar kembali di telinganya, Elle kembali tersadar. Rasa ingin terbebas juga kembali menguasainya. Memacu dirinya untuk kembali memberontak. Namun, lagi-lagi dirinya gagal saat hampir berhasil.

Selama mereka berduel, Elle berusaha untuk mendobraknya. Tidak, tidak ada pintu atau apapun di tempat itu. Elle hanya mengandalkan perasaan dan ikatannya terhadap matenya. Itu cukup berhasil, membuat putri Karvidan yang menguasai tubuhnya menjadi sering tak fokus dan beberapa kali mendapat lukanya.

Dan lagi-lagi Elle harus melihat saat Davion kembali diseret kembali ke tengah area. Jantungnya terasa akan luruh saat Karvidan memerintahkannya untuk membunuh Davion. Tidak. Davion tidak boleh mati.

Jika ada yang harus mari disini, maka itu adalah dirinya.

Ya, Elle harus bisa menguasai tubuhnya, bahkan untuk sesaat saja. Dia harus mencegah dirinya sendiri membunuh Davion.

"Bunuh dia."

"Bunuh dia."

Maka, dalam dirinya, Elle pun menggumamkan kalimat itu. Bunuh dia, bunuh seseorang yang menguasai tubuhnya, dengan membunuh dirinya sendiri pula.

Lalu, sepersekian detik saat belati itu terangkat, Elle bisa mengambil kesadarannya dan menancapkan belati itu.

Di jantungnya sendiri.

______________________________________

"TIDAAKK!!"

Teriakan itu terdengar dari Karvidan. Melihat tubuh wanita berambut biru itu ambruk di depan Sang Alpha, yang masih mematung, mencerna apa yang dilihatnya itu. Karvidan jatuh terduduk.

"Mate." Davion membisikkannya, seakan memanggil pasangannya. Juga tak percaya.

Napasnya semakin memburu. Geratan semakin terasa di dadanya. Sedikit demi sedikit dia mulai merasakan kembali keberadaan serigalanya. Seluruh tubuhnya pun terasa semakin panas.

Dan setelah raungan keras keluar darinya, Alpha itu merasakan tubuhnya seperti meledak oleh amarah yang besar. Tubuhnya terasa bergerak tak terkendali. Semua inderanya semakin tajam. Namun matanya terasa gelap. Hanya hitam dan kosong.

***

Saat itu juga Davion bertransformasi ke wujud serigalanya. Membuat para pengikut Karvidan yang berada di sebelahnya terpental jauh. Serigala itu berdiri dengan keempat kakinya. Semuanya terperangah dengan ukuran serigala jantan itu yang lebih besar. Kedua matanya pun hanya memperlihatkan hitam keseluruhan.

Makhluk besar itu pun membantai satu persatu pengikut Karvidan. Black witch, hunters, dan semuanya. Tak ada yang tersisa. Hingga hanya Karvidan yang tersisa. Dia melompat dan menerkam pria itu.

Tak ada perlawanan, putrinya telah pergi lagi untuk kedua kalinya. Menguap menjadi kabut putih dan hilang diterpa angin. Bersama dengan serigala hitam yang terikat dengsnnya. Tak ada lagi harapan bagi Karvidan. Hanya putrinyalah satu-satunya harga berharga baginya. Sisi gelapnya membuat dia tersesat, dia tahu itu. Dia lakukan semua demi putrinya. Dia hanya seorang pria kehilangan yang berharap putrinya kembali. Kembali menemaninya. Berada dalam pelukannya. Dia rindu menjadi sosok ayah yang selalu disayangi oleh anaknya. Kasih sayang itu masih tertanam begitu dalam di hatinya yang telah lama membeku.

Karvidan mengangkat wajahnya. Menggumamkan sebuah kalimat sebelum serigala itu menerkam dan memisahkan kepala dari tubuhnya.

"Maaf, untuk semuanya."

Dan mereka kira semuanya telah selesai. Namun, itu tak berjalan seperti apa yang mereka harapkan. Serigala itu, entah itu Davion ataupun Remus, malah menyerang siapapun yang ada disana juga.

Para petinggi pack dan warrior terbaik bergegas melepaskan diri. Regan bertransformasi menjadi serigalanya dan mencoba untuk mengalihkan perhatian Davion. Sedangkan yang lain membebaskan yang ditahan dan melindungi warga. Mereka diminta untuk keluar dari area itu dan melindungi diri.

Regan menyalak keras saat berhadapan dengan Alphanya. Meskipun dia dan serigalanya takut, dengan ukuran tubuh Alphanya yang hampir dua kali lipat dari tubuhnya kini dan auranya yang semakin pekat.

Keduanya berkelahi dengan hebat. Meski Regan yakin dia pasti akan kalah. Namun setidaknya itu cukup untuk mengalihkan perhatian serigala yang sedang mengamuk ini agar tak melukai orang-orang dari kawanannya. Regan mendapat luka dimana-mana. Bahkan luka itu tak juga menyembuh dengan cepat seperti biasanya. Pasangannya berusaha untuk membantunya, namun dia melarang dan memerintahkan perempuan itu untuk pergi membantu yang lainnya.

Kedua telinga serigala itu menegak. Tubuhnya bergerak cepat ketika instingnya merasakan seseorang mendekati matenya. Dia tidak tahu siapa atau apa itu. Dia hanya bisa merasakan, mendengar suara, dan mencium aromanya.

Serigala Alpha itu berdiri melindungi tubuh pasangannya. Menggeram pada siapa saja yang berusaha untuk mendekat dan menyentuh matenya. Netranya bergerak dengan liar, namun itu percuma. Tak ada yang bisa dilihatnya. Insting liarnya pun masih menguasainya.

Setelah semua warga berada di tempat yang aman, tersisa anggota utama pack yang berada disana. Berada di jarak aman agar tak memancing serigala raksasa itu menyerang lagi. Mereka merasakan bagaimana terlukanya Alpha itu saat melihatnya membalikkan tubuh matenya yang telungkup. Dia jelas tak bisa mengabaikan bagaimana cairan kental merah menyebar di sekitar tubuh yang telah terbujur kaku itu.

Mereka semua menjadi waspada saat terdengar lagi geraman feral yang keluar darinya. Getaran yang terasa hingga ke dada mereka, membuat mereka menjadi submisive. Tak berani mengangkat wajah mereka menatap mata sehitam jelaga itu.

Hingga mereka terkejut melihat seorang wanita mencoba untuk mendekati serigala itu. Luna Jehanne.

"Anne, tidak." Tangannya dicekal okeh suaminya. Pria itu menggeleng.

"Dia putraku. Aku yakin dia tidak akan melukaiku." Pria itu tetap masih belum melepaskan genggamannya.

"Dia tidak akan tahu meski itu kau," ucapnya mencoba meyakinkan.

Ya, dia tahu, dalam kesdaan seperti ini Davion tak akan mengenali siapapun. Meski sebenarnya dia mengenal aroma seseorang itu. Apapun atau siapapun yang mecoba mendekati apa yang sedang dilindunginya, maka dia akan menghabisinya. Giano pun belum tahu sampai kapan Davion akan bisa sadar.

Luna Jehanne tersenyum, mencoba menenangkan suaminya. "Aku yakin. Kau tenang saja."

Jehanne melepaskan cekalan pria itu. Lalu mencoba mendekat lagi dengan perlahan. Sedangkan semuanya yang ada disana terlihat was-was dengan apa yang dilakukan oleh Luna sebelumnya itu. Giano bahkan sudah menyusun rencana jika saja putranya itu sampai melukai istrinya. Tak peduli meski Davion adalah putranya sendiri.

Wanita itu berjalan lambat mendekat, dengan kedua iris gelap yang menghunus ke arahnya.

"Tenanglah, ini ibu sayang." Jehanne berkata dengan amat lembut meyakinkan, mengulurkan tangan kanannya perlahan. Masih ada jarak beberapa meter lagi dari Sang serigala berada.

Serigala itu mengaum keras dan menggeram padanya. Membuat langkahnya terhenti. Bahkan semua yang ada disana, termasuk Giano sudah akan maju, jika saja Jehanne tidak mencegahnya.

"Tidak apa-apa sayang. Ini ibu. Ibu tidak akan menyakitinya." Dengan halus, bahkan terdengar seperti berbisik dia berujar. Dia tahu, perhatian serigala itu masihlah pada pasangannya.

Semakin dekat dan serigala itu semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Elle yang sudah tak bergerak lagi. Entah kenapa, meskipun dia masih dikuasai oleh sisi liarnya, dia tetap tidak bisa menyerang seseorang itu.

"Ya, begitu. Ibu tidak akan menyakitimu ataupun matemu. Biarkan ibu mendekat." Suara halus itu tertangkap indera pendengarnya lagi.

Secara tak sadar, itu membuat Davion mulai kembali. Kedua iris hitamnya beberapa kali berpendar, memperlihatkan warna aslinya.

Seraya mendekat, Jehanne memindlink suaminya untuk mulai bergerak. Dan pria itu menyampaikannya pada yang lainnya. Dengan sangat hati-hati mereka bergerak. Jehanne mencoba mengalihkan fokus serigala itu. Sedikit demi sedikit serigala Davion semakin merenggangkan jarak tubuhnya.

Lalu, saat Jehanne berhasil menyentuh moncong besar itu, mereka mulai bergerak. Melesat cepat meraih tubuh Elle dan membawanya menjauh. Detik itu pula serigala Davion bergerak cepat untuk menyerang siapapun yang mengambil matenya darinya.

Namun dia kalah cepat ketika seekor serigala lain melompat ke arahnya dan menancapkan taringnya di lehernya. Tepat di titik kelemahannya. Berhasil membuat serigala itu ambruk dan kehilangan kesadarannya seketika.

"Mate." Sebelum kedua matanya tertutup, dia melihat tubuh pasangannya berada di genggaman orang lain.

Pasangannya yang telah tiada.


***
TBC.

Nggak greget ya? Maklum, wong yang bikin aja seorang manusia santuy 😪

Mohon maaf jika banyak typo dan kesalahan penggunaan kata :) tandai saja

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 106 13
Harusnya dia sudah mati, harusnya Amber sudah mati pasca tabrakan itu. Namun mengapa dia harus terbangun menjadi Anna Christina Olson?! Seorang gadis...
2.3M 259K 103
(Bukan reinkarnasi ataupun time travel, tapi dijamin seru. Jangan asal ditinggal, baca dulu minimal 10 bab, kalau menurut kalian tidak seru, saya ikh...
2.6M 258K 34
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
3.7M 445K 67
Eros telah bertunangan dengan Putri Orlaith, namun juga menjalin hubungan dengan adik dari Putri Orlaith yang bernama Putri Alice. Eros terperdaya o...