Oh My Baby [MARKNO]✔

By Jeromi_

332K 41.2K 6.3K

[SELESAI] Tidak disangka pagi hari yang indah berubah kacau saat mereka ketahuan tengah tidur di bawah selimu... More

1. Bayi siapa?
2. Jeno ga mau nikah!
3. Di sekolah
4. Tukang Ngintip
6. (Pasturi) ada yang baru!
7. Bincang Malam
8. Ayo mulai dari awal
9. Baby Jea sakit
10. Where Baby?
11. Jeno ga mau jadi pelakor!
12. Bunda kecewa
13. malu merah
14. yah, putus
15. suaminya kamu
16. tamu
17. canggung
18. ada yang senang ada yang sedih
19. ada yang salah?
20. ooh, kamu ketahuan!
21. kesayangan
22. mengintip jendela masa depan
23. null
24. bisa kok jadi buruk
25. tidak ada yang aneh
26. jalan
27. pulang (last)
bonus : Baby Jea and Uncle Jae (Jaemin pov.)
promisi

5. Jadi Haechan itu...

12.9K 1.6K 91
By Jeromi_



Sialan memang, Mark yang memang memiliki tolerir yang cukup kuat untuk alkohol harus berujung menganyarkan seorang pemuda di bawah umur gara-gara sok-sokan minum cairan kekuningan yang membakar tenggorokan itu.

Lagi pula kenapa si maung itu mau meminum pemberian temannya Hyunjin? Mark sangat yakin si bangsat kelas sebelah itu sengaja membuat Jeno mabuk dan berakhir ia harus mengantarnya karena rumah mereka searah.

Jika terjadi sesuatu ia akan menuntut Lucas selaku tuan rumah dan orang yang dengan sangat bodoh mengajak Jeno. Iya sih pesta ulang tahun, cuma itu hanya kedok. Padahal semua orang tahu usia pemuda itu belum legal untuk aktivitas berbau negatif-setidaknya begitu. Mark saja terpaksa pergi karena diteror si wakanda itu.

Jeno memang sedikit nakal, cuma dibanding Mark, usia Jeno belum wajar untuk datang ke pesta seperti itu. Adiknya saja masih asyik bermain layangan hingga kulitnya hitam. Itu pikiran Mark, nyatanya Jeno itu... nantilah dijelaskan.

"Mark~ lu kok ganteng!"

Mark terkejut saat tiba-tiba Jeno sadar-setengah sadar dan langsung memeluk lengannya. Untung saja refleksnya baik. Mark melirik Jeno yang tersenyum bodoh. "Emang dari dulu gue ganteng." Ia fokus kembali ke jalanan.

"Ih kok kepedean banget sih!!!" Jeno merengut, bertingkah menjijikan bagi Mark saat ini. "Gue ganteng ga???"

"Biasa aja."

"Ih kok biasa aja? Aku ganteng tauk, gantengan aku dari pada kamu." Jeno mengerucutkan bibirnya, menatap Mark tak terima sambil masih bergelayut manja pada lengan pemuda keturunan Kanada itu.

Risih rasanya Mark diperlakukan begini, biar diperjelas Mark bukan seorang gay atau bi. Dia normal dan memiliki pacar, jadi sangat tidak nyaman jika diposisi ini.

"Kak Mark~"

Mark mendesis kesal. "Berhenti gangguin gue, gue lagi nyetir nabrak pohon nyawa lu melayang, Bego!" Mark mencoba melepaskan lengannya dari Jeno.

"Nggak mau! Mark hangat, wangi, Jeno suka!" Jeno tersenyum sambil memandangi Mark.

Mark tertegun, mata jeno yang tenggelam membuat sesuatu yang asing menghampiri hatinya. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup lebih cepat.

Mark menepisnya, dia tak boleh terjebak dalam afeksi yang Jeno tawarkan. Saat ini, pemuda itu hanya sedang mabuk.

"Jen udah lepasin!" Mark masih mencoba melepas tangan Jeno yang kian erat melingkar di lengannya.

"Nggak mau!"

"Lepas Jen!"

"Nggak mau, Mark!" Jeno kini bahkan mengusakkan wajahnya pada lengan itu. "Wangiii~"

"Jeno!" Mark menggeram marah. Ia ingin kembali melepaskan diri, tapi matanya menangkap siluet seseorang dan sesuatu yang membentur mobilnya. Mark panik dan langsung menginjak remnya. Membuat keduanya langsung terdorong ke depan.

"Mampus gue nabrak orang!" Mark mengacak rambutnya, mengusap wajahnya dengan penuh sesal. Bagaimana jika korbannya mati?

Ini salah Jeno kan?

Mark menoleh pada seonggok daging yang kini malah lelap kembali tertidur. Sialan sekali! Mark mencoba membangunkannya, tapi hanya ada gumaman tak jelas yang ia dapati.

Mark diajarkan untuk tanggung jawab, ayah dan bundanya selalu menekankan itu kepadanya dan adiknya. Maka dari itu sekarang ia turun dari mobil untuk melihat korbannya. Menelan ludahnya kasar ia berjalan menuju depan mobilnya.

Ia seketika mengerut saat tak mendapati siapapun di sana, hanya ada sebuah box yang ia tak tahu apa isinya.

Mark mencoba berpikir positif mencoba melangkah. Namun semakin dekat dirinya pada box itu maka semakin liar otaknya berpikiran negatif. Bagaimana jika itu bom? Ini hanya jebakan? Jangan-jangan mereka di begal? Bagaimana jika ini jebakan dan nanti mereka akan dibunuh, organ dalamnya diambil lalu di jaul, mayat mereka dibuang ke laut atau sungai? Tak bisa ditemukan mereka menghiang.

Mark menyesal sering menonton film bergenre thriller.

Ia bergerak memutar arah, tapi sesuatu menghentikannya.

🌹🌹🌹

Now


"Ma masa jeno yang korban ikutan diskors?"

"Korban apa kamu?"

"Korban pelecehan ma-akh sakit ma, pelan-pelan!" Jeno meringis merasakan perih saar kapas yang sudah dibasahi alkohol itu menyeentuh kulit lebamnya.

Mereka masih di ruang BK omong-omong. Mark mencibir, "Dasar lemah!"

Telinga uke baru itu sangat sensitif hingga ia langsung memandang Mark tajam. "Belum puas lu gue bonyokin?" Nadanya rendah tapi penuh penekanan.

"Jen, ga boleh gitu. Malu dong sama bundanya Mark." Mama Oh mengingatkan anaknya.

Jeno berhenti berbicara walau dalam hati dan tatapannya masih tersirat marah dan kesal pada Mark.

"Udah, sekarang kamu ambil tas di kelas sama Mark. Mama mau ngomong sama guru kamu."

"Jeno sendirian bisa. Ga usah sama dia."

"Jeno, Mark nungguin kamu loh."

"Mama ga takut nanti aku berantem lagi sama dia?"

"Ga apa-apa, mau liat kalau kalian berantem gimana. Nanti mama bawain parang satu-satu, kalian bunuh-bunuhan aja sekalian." Mama tersenyum hangat.

Jeno dan Mark menelan ludah, merasa ngeri. Bagi Jeno senyum mamanya itu sangat menyeramkan jika dibarangi sarkasmenya.

"Ih, kamu ga boleh gitu sama anak-anak, Jae-ahn."

"Young-Heum, Jeno terlihat bernafsu sekali berkelahi dengan Mark. Sekalian saja."

"Dibanding itu, lebih baik kalian berkelahi di atas ranjang!" Wanita cantik itu mengerling nakal dan jenaka. "Bunda akan memberi perlengkapan yang menarik, seperti di-humptttt!"

"Bunda berhenti berucap aneh!" Mark yang tak tahan langsung membekap mulut wanita itu, kasihan sekali. Durhaka kau Mark. Mark melepaskan bekapannya saat dirasa bundanya tak bicara aneh lagi.

Sekedar info, jangan tertipu dengan paras ayu nan cantik wanita kepala tiga itu. Julukan cabe thailand masih lekat dalam dirinya, setidaknya itu yang ia tularkan pada anak kedua keluarga Lee. Untung Mark tak ikutan.

"Sudah-sudah nyonya-nyonya, bisa saya minta waktu kalian sebentar? Ada yang perlu didiskusikan." Guru Dio tersenyum ramah. "Dan kalian berdua, silahkan tunggu di luar!" Wajahnya berubah garang.

Jeno mendengus tak senang, Mark pun demikian. Tanpa kata kedua pemuda itu meninggalkan ruangan BK. Biarlah ibu-ibu mereka yang mendengar ceramah dari guru Dio.

Hening.

Tumben sekali mereka tenang berjalan beriringan. Sesekali saling lirik diam-diam, lalu pura-pura tak melihat. Ini memang sedikit aneh dan baru bagi Mark, padahal cukup lama mereka saling kenal dan menjadi rival, tapi akhir-akhir ini cerita mereka berbeda dan menarik?

Jeno melirik Mark yang diam, lalu merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Wajah tampan itu kini berhias lebam, bibirnya sobek di sudut, hidungnya juga terkoyak, belum lagi rambut pirangnya yang sekarang acakan.

Jeno seketika ragu, ia menggigit bibir bawahnya. Sepertinya tadi dia sedikit keterlaluan, semoga saja baby Jea tidak mewarisi sifat bar-barnya yang satu ini. Sepertinya dia harus minta maaf, jika menyesal dan merasa bersalah kita harus minta maaf terlebih dahulu kan?

"Maaf/Maaf!" Keduanya kompak berucap sama. Kemudian canggung.

"Gak seharusnya gue ikut kesulut, jadi gue maafin."

"Iya gue maafin juga lu, asal ga lu ulangin aja."

Lalu senyum tipis terbit di bibir keduanya, entahlah tapi menarik.





"Bunda!?"

"Donghyuck?"

"Bunda!"

"Donghyuck?"

"Drama deh," ucap Mark malas.

Jeno dan Mamanya saling pandang tak paham.

"Bundaaa!!!!!" Pemuda tan itu bergerak ingin memeluk sang bunda.

Young-heum tersenyum bersiap menyambut si bungsu.

"AAAAAAAAAAKH!" Donghyuck berteriak sakit saat telinganya ditarik kuat oleh sang bunda. "Ampun Bun ampun!"

"Ke mana aja kamu selama ini, huh!? Mau dikutuk jadi uang kamu!?"

"Nginap di rumah Renjun dia, Bun."

"Benar itu, Donghyuck?"

Haechan menggeleng.

"Ngegembel kali," Jeno menyahut.

"Sembarangan aja! Aku nyewa hotel. Abis aku masih ngambek, yah , gara-gara kak Mark nikah!" Donghyuck itu kena brother complex akut nyerempet inces, jadi dia kabur dari rumah pas tau kakaknya nikah. Sudah dicari, cuma sulit menemukan si lincah ini. Dia pandai bersembunyi dan menyembunyikan sesuatu omong-omong.

"Kalau Donghyuck itu Haechan, Donghyuck sodaranya Mark, yang sering Haechan panggil papih siapa? Kan ayah dipanggil ayah?" Jeno bergumam tapi didengar semua orang.

"Jen!" Mama Oh menyenggol lengan anaknya.

"Hyuckie, bisa jelaskan pada, Bunda maksud kakak ipar kamu gimana?" Bunda tersenyum manis.

Donghyuck menatap Jeno kesal, sambil mengusap telinganya yang menerah gara-gara dijewer. "Panggilan papih itu lebih keren dari pada ayah, Bun. Jadi aku manggil ayah papih."

"Oh begitu, dapat uang dari mana bisa nyewa hotel? Nyabe?"

"Bun, nggak mungkin. Baru juga 3 bulan masuk SMA, nanti kalau udah setengah tahun baru nyabe lagi."

"Ma, serius mama rela aku jadi bagian dari mereka?" Jeno menoleh pada sang Mama.

"Sabar ya, Sayang." Mama Oh mengelus surai hitam Jeno. "Mungkin ini jodoh terbaik buat kamu."

Jeno harap dia ga benar-benar jodoh sama Mark, bisa cerai kan?



🌹🌹🌹

Aku tu ngetik terbiasa di ponsel, tapi ponsel kesayanganku ini ghost touchnya akuD.
Jadi maaf krna telat up dan banyak typo😟


Zee❤

Continue Reading

You'll Also Like

469K 46.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
35K 4.5K 42
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
97.4K 17.7K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
459K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.