Oh My Baby [MARKNO]✔

19. ada yang salah?

Senin yang sibuk datang, saat Mark bangun untuk mengawali paginya ia sudah dikejutkan dengan kehadiran mama Oh dengan baby Jea dalam gendongannya.

"Loh, Mah, kok pagi bener? Jeno di mana?"

"Mama tadi ditelpon Jeno dia bilang dia ada keperluan jadi harus pagi ke sekolah. Ini nitipin si adek karena ga mau gangguin kamu katanya," mamah Oh menjelaskan.

Mark sangat tahu jadwal Jeno, mereka satu sekolah dan satu kelas tepatnya. Ia ingat tak ada tugas hari ini pun piket sebagainya. Apa yang melatari Jeno pergi sepagi ini?

"Loh kok bengong, Mark? Ga siap-siap sekolah?"

"Ah... itu... ini mau siap-siap, Mah."

"Iya sana, terus sarapan."

"Siap, Mah."

Setelah selesai dengan persiapannya Mark sarapan sambil ditemani celitehan baby Jea yang juga sibuk memakan buah apel ditangannya. Gigi-gigi kecilnya aktif menggigiti buah yang cukup keras sebenarnya. Namun dibanding buah lain yang lunak seperti pisang atau semangka, baby Jea lebih menyukai apel merah.

"Si adek mirip papanya waktu kecil loh, Mark. Dulu si Jeno suka ngemilin buah apel padahal giginya baru dua. Gemesin banget, mamah takut dulu dia diculik karena kalau liat apel merah pasti langsung mau dia ambil."

"Si adek keknya banyak niruin Jeno, dulu adek ga suka buah apel tapi tiap main atau nonton pasti diajakin ngemil buah itu keknya keterusan, Ma."

Mamah Oh tersenyum. "Mamah masih ga nyangka kalian udah nikah, Jenonya mamah yang dulu ga tau apa-apa dan ga pernah bawa pacar ke rumah eh malah langsung dibawa kepelaminan." Mata wanita itu nampak berkaca-kaca kala mengingat bagaimana Jeno dulunya. Sekarang tak ada lagi Jeno kecil yang manja, tapi seorang lelaki yang harus bertanggung jawab pada anak dan suaminya. Mamah Oh tersenyum. "Mark mau janji sama mamah, kalau kamu mau jagain Jeno sampai ajal menjemput?"

"Mark udah janji di depan Tuhan, Mah. Dan itu sudah pasti, mamah ga perlu khawatir, aku sayang Jeno dan aku bakal jagain dia terus, Mah."

"Mamah harap ga ada kesalah pahaman lagi yang nantinya bakal bikin sakit Jenonya mamah atau siapapun. Mamah sama bunda kamu naro kepercayaan penuh sama kamu, Mark."

Mark cuma tersenyum sambil megangguk. Dalam hatinya tak ada yang tahu.

"Ya udah Mah aku berangkat dulu, titip si adek sama rumah, hehe."

"Iya, hati-hati. Mamah juga nanti cuma setengah hari jadi bunda kamu yang gantiin."

Mark mengangguk. "Hey adek Jea, jangan nakal yah sama nini. Ayah berangkat dulu." Mark mencium kepala baby Jea kemudian mengusapnya.

Mark pergi menuju sekolah dengan motor metik warnah putih, sial sekali mogenya dibawah Jeno. Dalam hati ia bertanya-tanya apa alasan pemuda itu pergi pagi tanpa bilang-bilang.