Fate : A Journey of The Blood...

Od monochrome_shana404

18K 3.1K 4.3K

18+ for violence, blood, and strong language [Action, Drama, Science Fiction] Takdir ibarat seperti langit. J... Viac

(Bukan) Kata Pengantar
PENGUMUMAN PENTING!!
Prologue
Act I : White Rose
Chapter 1.1 [1/2]
Chapter 1.1 [2/2]
Chapter 1.2 [1/2]
Chapter 1.2 [2/2]
Chapter 1.3 [1/2]
Chapter 1.3 [2/2]
Chapter 1.4
Chapter 1.5
Chapter 1.6
Chapter 1.7
Chapter 1.7.5
Chapter 1.8
Chapter 1.9
Chapter 1.9.5
Chapter 1.10 [1/2]
Chapter 1.10 [2/2]
Chapter 1.11
Chapter 1.12
Chapter 1.12.5
Chapter 1.13
Chapter 1.13.5
Chapter 1.14 [1/2]
Chapter 1.14 [2/2]
Chapter 1.15 [1/2]
Chapter 1.15 [2/2]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(0)]
Act II : Bloody Rain
Chapter 2.1
Chapter 2.2
Chapter 2.3
Chapter 2.4
Chapter 2.4.5
Chapter 2.5
Chapter 2.5.5
Chapter 2.6 [1/2]
Chapter 2.6 [2/2]
Chapter 2.7
Chapter 2.8
Chapter 2.9
Chapter 2.10
Chapter 2.10.5
Chapter 2.11 [1/2]
Chapter 2.11 [2/2]
Chapter 2.12
Chapter 2.12 [EX]
[FILE_CAST(S)_Fate:AJoTBR(1)]
Act III : The Dark Garden
Chapter 3.1
Chapter 3.2
Chapter 3.2.5
Chapter 3.3
Chapter 3.4
Chapter 3.4 [EX]
Chapter 3.5
Chapter 3.5.5
Chapter 3.5.5 [EX]
Chapter 3.6
Chapter 3.6.5
Chapter 3.7
Chapter 3.8
Chapter 3.9
Chapter 3.10
Chapter 3.10 [EX]
Chapter 3.11
Chapter 3.12
Chapter 3.12 [EX]
Chapter 3.12.5
Chapter 3.12.5 [EX] [1/2]
Chapter 3.12.5 [EX] [2/2]
Chapter 3.13
Chapter 3.13.5
Chapter 3.14 [1/2]
Chapter 3.14 [2/2]
Chapter 3.14.5
Chapter 3.14.5 [EX]
Chapter 3.15
Epilogue
(Mungkin bisa dibilang) Akhir Kata

Chapter 3.6 [EX]

56 15 25
Od monochrome_shana404

"Aku tidak menyangka lensa kontak Swan pernah berjasa dalam badan investigasi."

"Aku pun sama. Mungkin, selain karena mendiang ibu Kirika juga pernah menjadi brand ambassador, hal inilah yang membuat relasi perusahaan tetap bertahan," sahut Aoi kala jemarinya sibuk menekan tombol lift menuju lantai terbawah. "Banyak hal tak terduga yang terjadi tanpa kita tahu."

Lagi, hal melegakan ialah ketika Kirika tak banyak berkomentar setelah ia mengambil lensa kontak rombakan itu.

Hilangnya Akira sudah cukup membuat divisi robotika kelimpungan dengan menumpuknya pekerjaan, dan itu dimulai dari hal sederhana seperti merombak lensa kontak buatan perusahaan milik keluarga Stanford atas permintaan Kirika. Aoi bahkan harus mengutus seseorang dari laboratorium untuk pemantauan produktivitas Human Helper sebab ia tidak bisa meninggalkan tugas yang mendadak menjadi tujuan utamanya.

Setelah ini ia akan meminta bantuan kepada Nina untuk melakukan perancangan tangan prostetik baru. Lagi, atas permintaan Kirika dengan sedikit perancangan bantuan BM Corp.

Membayangkan perakitan panjang agaknya sudah lebih dulu membuat Aoi mengembus napas penuh keluh sepanjang yang ia bisa. Pun, kadang kala ia melakukan itu tanpa sadar di hadapan semua orang.

Termasuk Nina yang saat ini persis berdiri bersamanya di dalam lift.

"Jika kau ingin berkata aku menyesal karena telah membantunya, kau tahu apa jawabanku," celetuk Aoi seolah ia mengetahui apa yang dipikirkan empunya manik biru di sampingnya. "Hanya saja ... terkadang aku ingin kau tahu bahwa punggung Mawar Jepang itu terus kokoh. Sewaktu-waktu ia terjatuh, meskipun aku tahu aku tak sanggup, aku bersedia berdiri paling depan untuk menangkapnya.

"Sepertinya aku baru terdengar omong besar, ya." Pun, tawa canggungnya meledak. "Tapi aku mengenalnya sejak lama dan ini satu-satunya kesempatan dan caraku untuk membantu sebisaku."

"Dan kami selalu ada untukmu kapan saja," imbuh Nina. "Sebagaimana semboyan Cyclone Team yang kita ciptakan, 'Kesenangan yang satu adalah kesenangan bersama, susah yang satu adalah susah yang dirangkul bersama-sama.'"

Ucapan itu sempat dan biasanya selalu sukses menyungging senyum yang awet untuk beberapa waktu di wajah Aoi. Namun, Nina mengerti apa yang membuat senyumnya lebih cepat surut.

Seluruhnya benar-benar terjadi di luar rencana. Adam terpaksa harus bekerja sendiri dengan orang-orang laboratorium untuk membantu pelacakan, sementara Edward mengajukan diri untuk bergabung ke divisi kemiliteran untuk mempelajari bela diri dasar agar ia bisa melindungi orang-orang terdekatnya. Tinggallah Nina dan Aoi yang masih berada di lingkup kerja yang sama.

Daniel? Ialah dosa besar bagi Aoi terus menutup mata dan berkata, 'Hanya dia dan Tuhan yang tahu bahwa ia sedang baik-baik saja.' Pun, hanya pria muda itu sendiri yang mengerti apa motifnya; motif yang membawanya ke petaka bagi diri sendiri kelak.

"Dia pasti—"

"Aku harap begitu, Nina. Aku harap begitu."

Betapa terkejut ia mendengar tukasannya sendiri. Lantas aura kurang mengenakkan untuk dirasa mulai menyeruak seiring Aoi menelan ludah. Pun, lift seolah bergerak lambat tepat canggung sedang berkuasa.

Pada akhirnya lebih dulu Aoi mengalihkan pembicaraan, "Lebih baik kita berfokus mengerjakan tugas dari Madam."

"Ya." Nina sepakat. "Dua di antaranya selesai dan waktu kita menjadi lebih luang."

Justru balasan Nina sukses membuat Aoi menoleh padanya.

"Bukan karena setiap sudut gedung memiliki dinding yang mampu berbisik, tetapi ... aku tak bisa menahan diri untuk tidak penasaran terhadap apa yang sedang kau kerjakan," kata Nina. Tuturannya benar-benar lancar dan jujur. "... Maaf jika lancang."

"Tidak apa-apa. Aku pun bermaksud memberitahukan ini di saat yang tepat kepadamu, dan kini setidaknya aku lega sebab aku tidak perlu menyembunyikan apa-apa."

Lift berhenti. Betapa perlahan pintunya terbuka.

Namun, setidaknya Aoi sempat meneruskan ujarannya. "Jika kau bertanya mengenai kabar gadis itu, aku tidak tahu. Juga apa yang sebenarnya akan terjadi dengannya ... nasibnya berada di tangan Kirika."

~*~*~*~*~

Di kala kecil mereka sudah menjadi teman sepermainan. Menjelang remaja, persahabatan mereka terhalang oleh sebab status. Lantas hubungan keduanya tak lebih dari tuan dan pesuruh hingga kini.

Kebersamaan memang menumbuhkan rasa lebih dari masing-masing status yang mereka emban sepanjang hidup. Pun, mereka mengikrarkan janji untuk bertemu di altar.

Hidup bahagia sampai ajal menjemput adalah impian setiap makhluk hidup, tetapi apakah segala hal yang terencana mencapai kebahagiaan semacam itu selalu berjalan lancar?

Semua orang tahu, takdir selalu memberikan kerikil dan batu yang menghalangi perjalanan hidup. Ada kalanya pula lubang-lubang mungil atau lumpur yang mampu membuat diri tergelincir. Pun, tidak menutup kemungkinan kalau nantinya terperangkap ke lubang besar dan dalam.

Persis seperti yang dialami oleh Ayame saat ini.

"Aku mendatanginya untuk mengetahui sejauh mana ia berkembang, Ayame." Kini ujaran Kenji berputar di dalam kepalanya. "Dengan begitu aku bisa tahu apa yang akan ia lakukan untuk membersihkan apa yang dianggapnya hama. Kita, misalnya; yang diremehkan, yang tak punya kuasa ... yang terlambat tampil di dalam skenario yang telah kita tulis sendiri."

Itu adalah permulaan di mana semua ini terjadi; di mana Ayame mengajukan diri untuk menyelinap masuk ke kendang musuh dengan segala cara. Yah, semula Kenji tidak menyetujui usulannya karena ia merasa pilihan tersebut hanya dilakukan oleh pengecut. Ditambah ... pria mana yang ingin wanitanya menjalani pekerjaan yang membahayakan diri.

Betapa pun mereka tak memiliki pilihan. Sebab Kirika sudah mendapatkan jabatan tertinggi perusahaan keluarganya, mudah bagi wanita itu melakukan apa saja, bukan? Maka Kenji menyetujuinya dan membiarkan Ayame bekerja dengan rencananya sendiri.

Ayame memulai pemantauan intensif di sekitar gedung Alford, melakukan pencarian orang-orang berjabatan penting. Dia membutuhkan data konkrit mengenai calon-calon targetnya, tetapi ... bagaimana pun dia sedang berurusan dengan Alford.

Alford Corp. memiliki sistem keamanan tinggi. Sulit bagi Ayame untuk menyusup. Konon sekadar menerka tak akan banyak membantu.

"Halo? Kau mendengarku?" Tepat ia baru sampai di mana ia biasa memantau gedung perusahaan, earphone-nya tak lama menangkap sebuah suara familier.

Baik Ayame maupun Kenji tahu, Jackal sudah lama memilih hidup normal. Namun, siapa sangka ternyata ia sedang berada di sekitar mereka selama ini, konon lebih dulu masuk kandang musuh.

"Kulihat kau kesulitan berkeliling di sekitar sini. Membutuhkan bantuanku?"

Lagi, siapa pula yang tidak tergiur dengan informasi secara cuma-cuma?

Melalui pos, akhirnya Ayame menerima dokumen-dokumen data diri para pejabat penting di Alford Corp. Salah satunya adalah Luciana Adams.

Dia menjadikan wanita itu sebagai targetnya.

Luciana merupakan sasaran empuk bagi Ayame. Betapa tidak. Jabatannya sebagai manajer CFO* Alford Corp. di kala CFO itu sendiri, Mai Nakahara, jarang hadir karena kesehatannya adalah posisi yang tepat bagi Ayame untuk menyelinap. Dia tidak terlalu dekat, pun tidak terlalu jauh dari Kirika.

Maka ia mulai mengawasi jadwal harian Luciana Adams; kapan ia akan berangkat bekerja, kapan ia pulang dari kantor, bahkan sampai berapa waktu yang ia perlukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sederhana seperti makan hingga mandi. Semuanya ... kebiasaan hingga perilaku Nona Adams harus seolah-olah mandarah daging dalam diri Ayame kala penyamaran berlangsung nantinya.

Akhirnya, ia memilih waktu yang tepat untuk melempar nyawa Luciana ke akhirat.

Bersama langkah mengendap-ngendap, ia mengekori Luciana sembari menjaga jarak. Lantas masuk apartemen begitu mudahnya hanya dengan memasukkan sandi sesuai tanggal lahir empunya.

Wanita itu melepaskan sanggulnya sembari melepas jas di meja makan seperti biasa, kemudian mengambil segelas air demi menyegarkan kerongkongan. Maka ini kesempatan Ayame untuk bersembunyi dan menunggunya memasuki kamar mandi.

Hingga tiba waktunya, ia melakukan aksi dengan mulai satu tarikan dan pertahanan kepada leher Luciana. Ayame membiarkan si wanita memandang bayangan yang terpantul di cermin.

Ya, topeng rubah itu adalah sosok terakhir yang diamati bagi Luciana tepat sebelum ia merasa nyeri di bagian leher. Sempat ia meronta, pula melawan hingga cermin pecah, tetapi gerakan pisau kecil di lehernya bergerak lebih cepat merobek tenggorokan.

Merasa belum cukup akan bercak yang berhias di cermin, ia hujam dada Luciana sebelum membiarkan tubuh wanita tersebut ambruk. Genangan merah tercipta di sekitar jasad, sementara manik karamel tersebut diam menontoni mereka yang perlahan-lahan menyebar memenuhi lantai.

"Andai aku bisa melakukannya lebih bersih seperti Tuan Kenji ...," keluhnya seusai satu dengkusan panjang.

Demikian ia membuka topengnya, meneliti setiap lekuk wajah Luciana. Ayame menyalin setiap sidik jarinya menggunakan lilin, berikut merekam kedua iris Luciana. Penyamaran seratus persen sempurna tepat ia menggunakan riasan prostetik agar ia terlihat persis seperti si manajer.

Pun, Jackal yang menyadarinya berhasil menyelinap sebagai Luciana Adams sekadar tersenyum lebar di kala sekali mereka berpapasan.

Jackal secara diam-diam mengirimkan data diri para pekerja lain. Termasuk Akira yang sedang beken di kalangan masyarakat. Namun, tak lebih dari itu. Artinya Ayame harus bergerak sendiri untuk mengetahui perihal-perihal ketiga divisi yang diemban perusahaan ini. Pun, mau tak mau ia harus bersabar sebab ia harus mendekam lebih lama menggantikan posisi Luciana.

Tidak banyak yang ia kerjakan selain mencatat pemasukan dan pengeluaran perusahaan.

Dia berpulang, tak mendapat apa-apa dan mengadukannya kepada Kenji.

"Tidak masalah, sayangku. Aku pun sudah berpesan untuk berhati-hati, bukan? Jadi tetaplah dalam posisimu untuk sementara." Begitu balasannya sembari ia membelai kepala sang kekasih yang sedang berada di dalam rengkuhan. "Mengumpulkan hal-hal penting memerlukan waktu. Kau pun tahu kalau Kuro juga tidak akan pulang jika belum menemukan barang-barang berkilauan.

"Tapi kupikir aku memiliki ide bagus untuk menganalisa kekuatan divisi kemiliteran."

Ya, insiden hotel mendiang Howard adalah sasaran selanjutnya.

Bukanlah seutuhnya kegagalan jika mematok menganalisa setiap kemampuan yang dimiliki divisi ini adalah misi utama. Meski hanya beberapa di antaranya yang turun untuk menjaga Kirika dalam perjalanan, tetapi cukuplah bagi Ayame yang dapat mengobservasi bagaimana strategi dan kuasa divisi kemiliteran bisa bekerja sama dengan kepolisian Amerika Serikat.

Pun, cukuplah bagi Kenji mendapatkan setengah aset yang lebih dulu disalurkan James Howard sebelum insidennya pecah.

Pasalnya, memang Kenji yang memberikan kekuatan mafia-mafia kelas teri itu kepada pria naif itu. Betapa pun kekuatan yang lumayan besar dan bernyali membutuhkan dana.

Lantas ... yah, James benar-benar seperti ikan tolol yang mudah dipancing dengan iming-iming kuasa. Sepeninggalan Kenji serta tertangkap tanpa bukti kuat bahwa ia bekerja sama dengan seseorang, alhasil kini ia bermalam di penjara untuk seumur hidupnya.

Berkat kejelian Ayame dan keputusannya untuk turun sendiri menguji kemampuan Kirika dan Akira, mereka juga mendapatkan bonus asumsi bahwa Akira adalah manusia super.

Seusai insiden hotel Howard, HM309, seorang kloning Hardy Alford yang diciptakan mendiang Alex Oohara, dilepaskan untuk memastikan kebenarannya.

Siapa yang menyangka ... dia adalah android yang mudah diretas selama pemegang kendalinya berada di pihak mereka? Jelas membuang HM309 bukanlah kerugian cuma-cuma.

Segeralah Kenji menghubungi Jackal. Bukan untuk memarahinya karena menyembunyikan identitas Akira, tentu saja. Dia tidak dibayar untuk itu. Justru ia meminta Jackal kembali pulang untuk bekerja sama.

Kami mendapatkan hal terpenting yang diciptakan divisi robotika, mengetahui kekuatan divisi kemiliteran ... maka yang tersisa adalah apa yang disembunyikan divisi biogenik.

Seusai dua insiden yang dicetuskan oleh Kenji, Ayame segera kembali mengambil perannya sebagai Luciana Adams.

Sejak lama ia memang sudah menandai betapa besar pengeluaran yang diajukan divisi biogenik dari beberapa tahun belakangan. Namun, sedikit pun tak ia temukan petunjuk apa yang tengah mereka kerjakan. Lagi, tidaklah mungkin Aleah, sebagai kepala divisi biogenik melakukan korupsi, bukan?

Jackal benar-benar meninggalkan divisi robotika tepat setelah Eleonor berada di pihak mereka. Hanya tersisa Ayame di sana, pun ia tak mau mengambil risiko jika nantinya lokasi persembunyian mereka bisa dilacak hanya karena meretas data. Baik Adam dan Edward maupun CTO dan para manajernya mahir dalam menemukan peretas-peretas semacam ini.

Jadi Ayame memutuskan untuk merenggut seorang nyawa lagi.

Seorang asisten laboratorium, Yuna Takahashi adalah mangsa barunya. Dia melakukan hal yang serupa sebagaimana ia mengakhiri hidup Luciana Adams. Yah, kurang lebih juga menanamnya di taman apartemen tepat larut malam.

Selanjutnya ia akan memasuki laboratorium biogenik menggunakan kartu identitas Yuna.

... Namun, ia segera dihadapkan dengan ruang penyimpan dokumen tepat ia memindai kartu identitas itu.

Tapi untuk sekarang ia tak punya waktu untuk memeriksa satu per satu dokumen yang ada. Ketimbang berlama-lama terperangah, Ayame segera melangkah menuju pintu selanjutnya.

Hanya saja ... netra karamel itu tak lama mendapati tampilan pintu sedikit gemetar dan semu.

Pun, sayangnya ia terlalu lambat menyadari bahwa ia sedang berpijak di dalam jebakan.

Dalam satu kedipan mata, seluruh rak menghilang berikut dengan pintu bagai hologram yang dimatikan. Secepatnya Ayame mengambil langkah untuk melarikan diri, tetapi jeruji lebih cepat jatuh menyita jalan menuju pintu asli.

Demikian suara bocaran gas terdengar dari setiap sudut, begitu cepat menyebar buncah di dalam dada.

Ayame tak mengingat apa-apa setelahnya. Hal pasti, di sinilah ia; di dalam ruangan lama milik Silvis yang telah menjadi lubang besar yang memerangkap si gadis atas segala kecerobohannya dalam melangkah.

Hanya satu jalan yang bisa mengeluarkannya dari sini.

"Kenapa kau tidak bunuh saja aku?"

Lantas, kenekatan mendorongnya menanyakan hal itu kepada si penggali lubang. Tentu saja satu-satunya perbuatan masuk akal ialah menghukum mangsa yang tak berguna baginya sekarang.

Dia telah mendatangi Ayame, menanyakan apa yang Oohara rencanakan, di mana mereka tengah bersembunyi, termasuk apa yang tengah mereka kerjakan selama ini. Sementara Ayame tetap berpegang teguh pada kesetiaannya, Kirika meninggalkannya begitu saja tepat setelah ia bercerita soal mengapa ia membutuhkan jawaban-jawaban itu.

"Kau tidak bisa menggunakanku dalam bentuk apa pun!" Sekali lagi Ayame berseru lebih lantang, sukses menghentikan langkah Kirika. "Kau pun tak perlu repot-repot membiarkanku tetap hidup, bukan?"

Persis ... si lawan bicara menarik gagang pintu dengan senyum samarnya. Dia sempat mempertemukan netranya dengan manik karamel Ayame tepat ia sudah keluar dari ruangan.

"Aku tidak melakukannya untukmu, Nona Rubah. Belas kasih itu kutujukan pada buah merah yang sedang tumbuh di dalam perutmu," katanya.

Celus di dalam dada mulai terasa akibat ujaran lawan bicaranya. Demikian sepeninggalan wanita itu, tatapan empunya manik karamel turun ke perut. Resah mendorong sensasi hangat berkuasa di dalam sana. Mungkinkah itu sekadar pengaruh dari kata-kata Kirika?

Dalam situasi ini sulit bagi Ayame berpendapat Kirika hanya berbohong. Jelas ia meminta divisi biogenik memeriksanya, lalu tanpa segan ia menggunakan pernyataan Ayame tengah mengandung sebagai senjata untuk memecahkan rasa ragu di dalam dada.

Satu-satunya cara untuk menghilangkan keraguan hanya memeriksa perutnya sendiri dalam beberapa waktu, dengan begitu ia akan terbebas dari serangan kecil yang menyerang penasaran di batinnya. Ya, hanya itu yang bisa ia lakukan sebab ia tak memiliki alat tes kehamilan saat ini.

Keheningan yang melingkupi ruangan agaknya cukup untuk berfokus. Mulailah ia meraba, memusatkan seluruh konsentrasi ke perutnya. Lucu memang jika mengharapkan perut sedikit menonjol ketika janin masih kurang dari dua bulan. Anggapannya mengenai umur janin agaknya masuk akal mengingat terakhir kali ia bertemu dengan Kenji tujuh minggu yang lalu.

Yah, kurang lebih.

Pun, sepertinya semua usaha yang tengah ia jalankan ini juga percuma. Dia membutuhkan alat khusus untuk mendeteksi detak jantung janin. Namun, sebagian dari dirinya tetap percaya bahwa buah hati itu sedang berusaha untuk tumbuh; sedang berusaha bertahan untuk hidup.

Konon napasnya terasa sesak dan hidung seolah tersumbat oleh keputusasaan, matanya ikut terasa panas karena buncah mulai menguasai dada. Dia sudah terperangkap di sini berhari-hari lamanya, hingga kini masih ia belum temukan jalan keluar selain kematian.

Dia mengetahui kematian hendak mendekat dalam waktu singkat sebab kini pintu terpangah. Ambangnya menampakkan dua sosok asing.

Mereka datang atas perintah akan kepongahannya di hadapan singa kala itu.

Mereka orang-orang yang Ayame yakini sebagai kematian yang mendatanginya ....

Juga buah hatinya.

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

27.6K 5.1K 22
cerita suka-suka yang penting cerita wkwk
350K 67.3K 20
Tidak ada yang salah dengan media sosial. Yah, setidaknya, itu pendapatku sebelum tiga remaja asing seumuranku datang menghampiri dan mengaku bahwa m...
Into The Beneath Od DrReno

Mystery / Thriller

3.7K 302 4
(Segera diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer, telah dihapus untuk kepentingan penerbitan) Rio hanyalah sarjana kelautan yang tak kunjung mendapatkan...
461 118 13
Adelia Natama Granajaya harus memilih satu laki-laki dari empat pewaris Daha Groups; Flin, Azur, Mazka, dan Emer, untuk menyelamatkan perusahaan kelu...