PEMILIHAN RAJA & RATU SEKOLAH...

By darasalsa

70.5K 10.1K 1.2K

[Sebelum baca, follow akunku dulu yah!] #1 di Thriller [21 Juni 2020], #1 di Teror [21 Juni 2020] Bagaimana p... More

Prolog
✉ 1 || Vienna Esterina Elara
✉ 2 || Riga Nara Neonatha
✉ 3 || Vienna Esterina Elara
✉ 4 || Riga Nara Neonatha
✉ 5 || Vienna Esterina Elara
✉ 6 || Riga Nara Neonatha
✉ 7 || Vienna Esterina Elara
✉ 8 || Riga Nara Neonatha
✉ 9 || Vienna Esterina Elara
✉ 10 || Riga Nara Neonatha
✉ 12 || Riga Nara Neonatha
✉ 13 || Vienna Esterina Elara
✉ 14 || Riga Nara Neonatha
✉ 15 || Vienna Esterina Elara
✉ 16 || Riga Nara Neonatha
✉ 17 || Vienna Esterina Elara
✉ 18 || Riga Nara Neonatha
✉ 19 || Vienna Esterina Elara
✉ 20 || Riga Nara Neonatha
✉ 21 || Arthur Elias
✉ 22 || Vienna Esterina Elara
✉ 23 || Riga Nara Neonatha
✉ 24 || Arthur Elias
✉ 25 || Vienna Esterina Elara
✉ 26 || Riga Nara Neonatha
✉ 27 || Arthur Elias
✉ 28 || Vienna Esterina Elara
✉ 29 || Riga Nara Neonatha
✉ 30 || Arthur Elias
Bagian 2

✉ 11 || Vienna Esterina Elara

1.8K 301 31
By darasalsa

Rasanya, ajalku sudah dekat. Kenapa aku bilang begitu? Karena aku dan Riga akan segera bertemu dengan orang yang melukai Anna. Sial sekali nasibku ini.

Tiba-tiba terbersit di pikiranku tentang Anna. Oh ya, di mana dia sekarang? Aku celingukan mencari Anna di ruangan itu. Tapi tak kunjung kutemukan sosoknya. Yang ada, aku malah ditarik Riga ke balik tumpukan kursi.

Suara percakapan itu terdengar sangat dekat. Sepertinya pelaku percakapan ada di depan ruangan ini. Mereka masuk. Ya Tuhan, mereka kan Raja dan Ratu Sekolah. Keduanya tidak menggunakan jubah lagi. Baju dan perawakan mereka terlihat jelas. Sayangnya, mereka masih saja menggunakan topeng yang menutupi seluruh wajah mereka.

Kenapa aku merasa tidak adil ya. Kami para kandidat diminta menggunakan topeng yang hanya menutupi setengah wajah kami, sedangkan mereka menggunakan topeng yang menutup wajah-wajah misterius mereka. Yah, tapi aku sadar. Ini kan acara mereka. Jadi apa hakku untuk protes atas ketidakadilan ini.

Aku menoleh pada Riga. Kami berdua sama-sama menahan napas. Di sini minim udara dan pengap. Kalau bernapas pun, kurasa aku akan bersin dalam waktu dekat.

"Aku akan bawa Anna ke mobil," terdengar suara berat Raja.

"Oke, aku akan bersihkan ruangan ini supaya tidak meninggalkan bekas apapun. Kamu duluan aja. Aku akan nyusul belakangan. Aku perlu memastikan kalau semua sudah beres." Suara lembut Ratu terdengar menyahuti omongan Raja.

Aku mengintip sedikit. Oh, rupanya Anna tadi disembunyikan di sana. Pantas saja aku tidak melihatnya.

Raja keluar dari ruangan ini. Ia membawa Anna. Tinggallah Ratu seorang.

Aku melirik pada Riga. Meminta persetujuan untuk langsung menangkap Ratu psikopat itu. Tapi Riga menggeleng. Dari gerakan bibirnya, sepertinya ia melarangku untuk mengambil tindakan apa pun saat ini.

Aku mengangguk. Apa boleh buat. Aku juga takut sih kalau ternyata si Ratu itu lebih kuat dari kami berdua. Percuma kan kalau niatnya mau ngeroyok, eh malah senjata makan tuan.

Begitu si Ratu selesai membersihkan genangan darah di lantai, ia tampak membenahi posisi barang-barang di ruangan ini. Setelahnya, ia meninggalkan ruangan ini begitu saja. Syukurlah, dia tidak tahu kalau aku dan Riga sedang mengintai di balik tumpukan kursi.

Riga keluar dari tempat persembunyian ini perlahan. Aku mengikuti.

"Lo tahu nggak genangan darah tadi membentuk apa?" Riga bertanya padaku.

Aku tadi sempat berpikir bahwa ganangan darah itu membentuk sebuah pola atau gambar. "Mahkota?"

Riga mengangguk. Mataku jeli juga ternyata.

"Lalu tulisan di atasnya lo baca juga nggak?" tanyanya lagi.

Kali ini aku menggeleng lantaran memang tidak tahu.

"Mahkota untuk Ratu Anna," bisiknya penuh drama.

Aku mengernyit. Ternyata Riga lebih jeli dari aku, ya? Dia menyadari ada tulisan semacam itu, sedangkan aku tidak. Oh mungkin karena begitu melihat genangan darah, aku malah berusaha mencari keberadaan Anna.

"Terus, kita bisa pulang sekarang?" tanyaku penuh harap.

Dia mengangguk. Aku bersorak dalam hati. Rasanya senang sekali bisa segera keluar dari sekolah ini. Entah mengapa, aku merasa sangat menyesal terdaftar sebagai salah satu siswi di SMA ini. Aku tidak tahu kalau sekolah ini begini menakutkan.

Aku dan Riga berjalan dalam diam menuju ke gerbang sekolah. Tentunya dengan kewaspadaan tinggi, kami membuat perhitungan setiap melangkah.

Sepertinya Raja dan Ratu sudah pergi dari sekolah. Mereka pergi membawa Anna entah kemana. Bagaimana nasib Anna? Apa cewek itu masih hidup atau sudah mati?

Aku bergidik ngeri. Anna yang memiliki badan paling besar di antara aku, Mey, dan Fany saja bisa celaka, apalagi aku.

Rupanya sopir Riga sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Tidak pas di depan gerbang juga sih. Malahan, agak masuk ke bagian gelap yang tidak tersorot lampu jalan. Kebetulannya lagi, mobil Riga berwarna hitam.

"Den Riga, kok pulangnya lama? Yang lain sudah keluar dari tadi." Sopir itu membukakan pintu untuk Riga, lalu untukku.

Aku merutuk dalam hati. Riga sudah berbohong padaku. Tadi dia bilang, sopirnya itu belum jemput. Eh, taunya sang sopir sudah stand by di sini.

"Ada urusan tambahan," ucap Riga sambil melirik ke arahku.

"Den jangan kelayapan malam-malam di sekolah. Bahaya. Biasanya di sekolah itu banyak setannya."

"Pak Gunawan ini suka mengada-ada. Lagian aku kan bawa Vienna. Coba deh Pak Gunawan lihat penampilan dia. Semua setan akan tunduk sama dia. Secara gaya berpakaian mereka sama. Jadi setan-setan akan menganggap Vienna kawan, bukan?"

Aku mendengkus. Rasanya sebel banget ngadepin cowok aneh satu ini. Sudah beberapa kali dia mengolok-olok cara berpakaianku. Baru kenal saja sudah seperti ini, apalagi kalau akrab. Mungkin aku akan jadi bahan leluconnya setiap waktu.

Oke, tenang Vienna. Kamu harus ingat kalau sekarang kamu sedang menumpang di mobilnya. Bisa-bisa aku diturunin di tengah perjalanan kalau sampai marah-marah sama empunya mobil ini.

Aku melirik ke jendela samping. Sebentar lagi sampai rumahku. Aku tidak boleh membawa mereka masuk ke kompleks perumahanku. Sebaiknya aku minta diturunkan di sini saja.

"Pak, saya turun di sini saja," ucapku perlahan. Aku takut dianggap tidak sopan.

Pak Gunawan—begitulah nama sopirnya Riga, yang kutahu dari Riga juga—melambatkan laju mobil. "Saya antar sampai rumah saja, Mbak Vienna."

Duh, duh, duh, gawat!!!

"Enggak usah, Pak. Saya turun sini saja. Lagian, rumah saya sudah dekat, kok." Aku memaksa.

Riga menoleh ke arahku. "Iya, Pak. Turunin dia di sini aja. Lagian kita harus cepet pulang sebelum Pak Tua marah."

"Tapi, Den, anak cewek bahaya kalau jalan sendirian."

"Nggak papa, Pak Gun. Nggak akan ada yang gangguin dia. Liat dia jalan tengah malem gini aja, mungkin pada lari ketakutan."

Sialan! Lagi-lagi cowok itu mengejek penampilanku. Tapi aku setuju sama dia. Nggak mungkin ada yang berani ganggu aku kalau lihat penampilanku sekarang ini. Maksudku, kelihatan banget kalau aku ini orang miskin yang tidak bisa diperas pundi-pundi uangnya. Baju aja sampai selusuh ini. Para penculik tidak akan tertarik.

"Oke, deh. Di depan sana ya, Mbak Vien." Pak Gunawan menepikan mobilnya dekat dengan pintu kompleks perumahanku.

"Terima kasih, Pak. Riga, aku duluan." Aku mengangguk pada mereka.

"Rumah Mbak Vien di mana?" tanya Pak Gunawan membuatku berhenti melangkah.

Aku menunjuk ke kompleks perumahanku. Setelah itu aku mengangguk sekali lagi dan segera pergi dari hadapan mereka. Aku tak mau dengar komentar Riga dan Pak Gunawan soal rumahku.

o0o

Lampu di rumahku sudah padam. Artinya, orang tuaku kemungkinan besar sudah pergi tidur. Berhubung pintu depan pasti dikunci, aku memilih masuk ke kamar melalui jendela. Aku sengaja tidak mengunci jendela dari dalam untuk mengantisipasi hal seperti ini.

Syukurlah, akhirnya aku kembali dengan selamat. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan membersihkan diri. Aku menghela napas saat menatap ke cermin. Apakah nanti aku akan berhasil menjadi Ratu? Lalu kalau aku jadi Ratu, apakah aku harus melakukan pekerjaan kotor seperti yang Ratu tadi lakukan? Tidak, sepertinya aku tidak bisa. Tapi pilihannya cuma ada dua, bertahan dan jadi Ratu terpilih atau gugur dan bernasib seperti Anna.

Tapi kalau aku memaksa bertahan, aku juga tidak mungkin sanggup bertingkah sebagai Ratu. Aku tidak mungkin tega melukai orang lain. Misalnya aku jadi Ratu, aku jelas tidak sanggup untuk menyingkirkan kandidat Raja dan Ratu Sekolah di tahun yang akan datang. Apa aku berhenti saja sekarang? Tapi ancaman yang terlontar dari mulut Ratu saat sedang berpidato tadi terus terngiang di telingaku, membuatku urung menyerah.

Aku keluar dari kamar mandi. Aku sudah cukup lelah hari ini. Kuputuskan untuk tidak usah banyak berpikir dan segera pergi tidur saja. Huft, ini mengerikan.

o0o

Jangan lupa vote dan comment ya.

Love you all ❤

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 28.2K 2
Bukan Cinderella, tapi Tsunderella.
40.2K 6.7K 27
Problematika perceraian Rose dan Jungkook dalam membesarkan kedua putra mereka. Lalu bagaimanakah usaha Soobin dan Jungwon untuk menyatukan kembali k...
3K 968 40
🎖 Ambassador's Pick Valentine oleh AmbassadorsID 🎖 The Best Choice's Recommendation Novel with TWT & Asra Publisher 🎖 Masuk dalam Reading List di...
6.9K 1.5K 39
~THE THING SHE HAS: DAIRY AFTER DEATH~ Aruna Gitta, tak mengira jika diary yang dia temukan dari loker sahabatnya Fayyana Tanissya, memiliki keanehan...