Beloved Sunshine

Jisunshine_

8.7K 1.5K 1.1K

''Senakal-nakalnya gue, boleh gak gue selalu ada disamping lo?'' ''Gue suka sama lo.'' ''Nad lo tau gak bagia... Еще

01- Hello Sunshine
02- Sebuah Awalan
03- Percakapan
04- Moment
05- Moment '2'
06- Moment '3'
07- Moment '4'
08- Moment '5'
09- Ajakan
10- Senja
11- Festival
12- Festival '2'
13- Bianglala
14- Dia Kembali?
15- Trauma
16- Shut up
17- Bad Day
18- Balikan?
19- Sakit ''hati''
20- Pembelaan
21- Wanita Itu?
22- Bimbang
23- Masalah
24- Fakta
25-Awkward
26- Bahaya
27- Bersalah
28- Adena
29- One Day
30- Jadian?
31- Serius
32- The Answer
33- Bebas?
34- Friends
35- Pamit
36- Keputusan
37- Breakup
38- Night Market
39- Double Date
40- Study Together
41- Sweet Cupcake
42- Best Friend
43- Prom Night
44- End of a school
46- He Went
47- The Truth
48- Announcement
49- And They Are Going
50- Beloved Sunshine

45- So Sorry

69 11 1
Jisunshine_

Untuk pertama kalinya gue mulai merasakan penyesalan.
Perasaan di mana gue berada di antara kasihan pada diri sendiri dan membenci diri gue sendiri, tentang seluruh hidup gue.
-Kenan-

~•BS•~

Kelima cowok yang memakai seragam putih abu-abu tersenyum semringah, karena kelimanya lulus dengan nilai terbaik dan juga lulus di universitas impian mereka.

"Akhirnya gue lulus juga," sorak Lanova sambil menunjukkan ijazah nya.

"Gue juga!" Gani juga ikut bersorak senang.

Naden hanya tersenyum mendengarnya.

Nadife sedang melihat nilai-nilainya di ijazah tersenyum lebar melihat nilai yang ia dapatkan. "Walaupun otak gue gak secerdas Naden, tapi gue bahagia sama hasil nilai yang gue dapatin."

Naden merangkul pundak Nadife. "Semua orang cerdas dibidang masing-masing. Buktinya, diantara kita berlima, cuma lo yang lulus di kampus luar negeri."

Arnold, Lanova, dan Gani juga ikut merangkul pundak sahabat-sahabatnya.

Mereka berlima berdiri sambil merangkul pundak satu sama lain. Dan jangan lupakan senyum semringah mereka yang sejak tadi tidak pudar dari bibir mereka.

"Karna kita udah lulus, gimana kalo kita buat pesta kecil-kecilan? Setuju gak?" Arnold yang berdiri di tengah saling menatap keempat sahabatnya yang ia rangkul di sebelah kanan dan kirinya.

Lanova yang berdiri di ujung kiri, mengangkat tangan. "Setuju banget!"

"Tunggu apalagi?" ucap Gani.

"C'mon" ucap Naden sambil mengedikkan dagunya.

*BS*

Mereka berlima memutuskan untuk mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah Nadife.

Awalnya mereka berlima memutuskan untuk di rumah Naden, karena halaman belakang rumah Naden sangat luas.

Setelah banyak pertimbangan, mereka berlima memutuskan di rumah Nadife, sekalian mereka terakhir kalinya bisa bermain di rumah Nadife.

"Bokap nyokap lo kemana?" tanya Gani sambil langkah kakinya memasuki rumah Nadife.

"Ke luar kota, tinjau proyek perusahaan," ucap Nadife.

"Sebenarnya, nyokap gue yang maksa mau ikut," lanjut Nadife sambil terkekeh.

Mereka mengangguk mengerti.

"Langsung ke halaman belakang aja," suruh Nadife.

"Lo mau kemana?" tanya Naden yang melihat Nadife berjalan menuju gudang.

Nadife menoleh kearah Naden. "Ngambil bbq grill."

"Gue bantu," ucap Naden sambil mengekori Nadife.

Nadife dan Naden mengambil bbq grill untuk dibawa di halaman belakang.

Untungnya bbq grill milik Nadife sangat mudah dibawa karena dilengkapi dengan tutup serta roda sehingga membuat panggangan ini sangat mudah dibawa kemana-mana.

"Gue gak tau masih bisa digunain atau gak, soalnya udah jarang banget gue pake," ucap Nadife.

"Tenang-tenang kalo sama gue soal ginian pasti bisa." Gani membanggakan dirinya sendiri.

Alat pemanggang ini menggunakan arang sebagai sumber panasnya. Walaupun waktu memasaknya lebih lama tetapi rasa masakan yang dipanggang di atasnya terasa lebih smoky.

Gani menepuk pundak Arnold. "Tolong bersihin alat pemanggangnya, gue mau otw toilet dulu," ucap Gani berlalu menuju toilet.

Tadi Gani sudah membanggakan dirinya sendiri dengan bisa mengurusi bbq grill. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, isi kandung kemihnya memaksa untuk dikeluarkan. Hal hasil Gani segera menuju toilet.

Sebelum berjalan menuju toilet, ia sempat melihat panggangannya sedikit berkerak. Jadi ia menyuruh Arnold untuk membersihkan.

Setelah selesai, Gani berjalan kembali menuju halaman belakang. Tapi kedua matanya terkejut melihat Arnold membawa selang panjang dan ingin menyiram panggangan tersebut layaknya menyiram bunga di taman.

"Arnold!!" pekik Gani sambil berlari menuju Arnold yang sudah bersiap untuk menyiram panggangan tersebut.

"Jodoh lo menanagis liat cara lo bersihin kerak panggangan pake air selang!" Gani langsung mengambil selang yang dipegang Arnold.

"Yah terus pake apa lagi?" tanya Arnold.

"Pake minyak. Kalo lo mau pake air bisa aja kalo panggangan udah selesai dipake," ucap Gani menjelaskan.

"Kalo pake air yang ada apinya gak hidup. Mau lo nunggu lama lagi? Gue sih gak ya, perut gue udah minta diisi," lanjut Gani.

Arnold mengangguk mengerti. "Kalo udah selesai gue aja yang bersihin."

Gani membalas dengan anggukan. "Udah lo bantu gue ambilin arang tuh, disana." Gani menunjuk kantong plastik yang berisi arang.

Arnold berjalan mengambil arang, setelah itu ia serahkan arang itu ke Gani.

"Lo bantu yang lain aja, urusan panggangan gue aja yang urus," ucap Gani.

Nadife dan Naden sedang berada di dapur. Mereka berdua membantu membuat hidangan pendamping.

Sebelum kerumah Nadife, mereka berlima ke supermarket untuk membeli kebutuhan bbq. Mereka membeli daging sapi, buah-buahan, sayuran dan bahan-bahan bbq yang lain.

Naden memotong buah-buahan sebagai hidangan pedamping. Sedangkan Nadife memotong beberapa jenis sayuran yang bisa diolah dengan cara dipanggang, seperti paprika, jamur kancing, hingga janggung manis.

*BS*

"Cuma kita doang, yang bbq menjelang siang," ucap Lanova.

"Berbeda itu unik," sahut Naden.

Arnold mengangguk membenarkan. "Betul tuh, setuju gue."

"Kenangan konyol kita bakal gue inget seumur hidup. Kalo gue punya anak cucu bakal gue ceritain," ucap Gani.

"Lo kapan berangkat ke Prancis?" tanya Arnold.

Nadife menoleh kearah Arnold. "Lusa."

"Kok cepet?" tanya Lanova.

"Sengaja. Gue perlu beradaptasi sama lingkungan baru," ucap Nadife sambil terkekeh.

Lanova mengambil daging bbq yang sudah dipanggang. "Kita kapan berangkat ke Malang?" Lanova menyenggol bahu Gani.

"Sebulan lagi atau dua minggu lagi," ucap Gani.

Lanova menggangguk mengerti.

Gani menoleh kearah Naden. "Oya Den. Lo kan cerdas, kenapa milih jurusan itu?" tanya Gani.

"Gue bisa aja milih jurusan yang lain, tapi lo tau kan gue anak satu-satunya, gue juga yang bakal nerusin perusahaan bokap gue. Kalo gue gak ada pendidikan bisnis yang ada perusahaan bokap gue bakal hancur," jelas Naden.

Gani mengangguk mengerti.

Mereka lanjut menikmati daging bbq yang dipanggang oleh Gani.

Setelah mereka semua puas mengisi perut dengan daging bbq, semuanya bekerja sama untuk membersihkan.

Seperti ucapannya, Arnold yang membersihkan panggangan.

Gani menghampiri Arnold yang bersiap untuk membersihkan kerak yang ada di panggangan. "Gue bantuin. Kan gue juga yang ngotorin panggangan."

Keduanya mulai membersihkan panggangan.

Lanova membantu mengangkat piring kotor. Sedangkan Naden bertugas mencuci piring dan Nadife membantu mengelap piring basah.

Mereka berlima sudah seperti Husband-able, bukan?

~•BS•~

Seorang lelaki duduk sendirian di tengah taman kota. Ia sedang menunggu seseorang.

"Kenan," panggil Davira yang melihat Kenan duduk di salah satu bangku taman.

Kenan mengadah menatap wanita yang memanggilnya sambil tersenyum.

Davira duduk di sebelah Kenan.

Setelah mengambil ijazah, Kenan meminta Davira untuk datang ke taman kota.

"Ansell mana?" tanya Kenan membuka percakapan diantara keduanya.

Walaupun sedikit rasa sakit dihatinya harus menanyakan lelaki lain kepada mantan kekasihnya itu.

"Ansell tunggu di mobil," ucap Davira lembut.

Kenan menghembuskan napas, ia menyesal menyia-nyiakan wanita lemah lembut seperti Davira. Kalau ia mempunyai kekuatan untuk bisa memutar waktu kembali, ia tidak akan menyia-nyiakan wanita seperti Davira.

"Tujuan aku buat ketemu kamu, aku mau minta maaf karna pernah manfatiin kamu buat balas dendam aku yang gak berguna itu." Kenan menarik napas dalam. "Benar apa kata kamu. Kalo mau balas dendam, cukup jadi yang terbaik."

Davira tersenyum. "Sebelum kamu minta maaf, aku udah maafin kamu."

Kenan mengacak rambut Davira.

Davira hanya tersenyum malu dengan apa yang dilakukan Kenan kepadanya.

Bolehkan untuk terakhir kalinya Kenan berbuat seperti itu? Walaupun diantara mereka sudah tidak ada hubungan.

Ansell datang menemui mereka berdua.

"Gimana hasil ijazah lo?" tanya Ansell kepada Kenan.

"Yang penting lulus," ucap Kenan.

Kenan berdiri dan berpamitan kepada keduanya.

Davira melihat kepergian Kenan dengan senyum yang tidak dapat diartikan hingga punggung tegap Kenan tidak terlihat lagi di indera penglihatannya.

~•BS•~

Dirumah Nadife, hanya tinggal dirinya sendiri. Semua sahabatnya sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu setelah mereka membersihkan kekacauan yang mereka buat.

Awalnya Nadife menolak mereka untuk membersihkan, takut merepotkan mereka. Tapi dengan santainya Gani berkata 'Kita laki, kita harus tanggung jawab sama apa yang kita lakuin' jadi mereka semua membantu membersihkan.

Beruntungnya Nadife di pertemukan dengan keempat orang seperti mereka sejak kecil.

Nadife berjalan ke kamarnya yang berada di lantai atas. Kedua matanya sudah mengantuk dan seluruh badannya sangat pegal. Ia ingin tidur dan setelah itu menyiapkan barang yang akan ia bawa ke Prancis.

Untuk tempat tinggal di Prancis, Nadife memilih apartemen yang dekat dengan kampusnya. Nadife berharap ia bisa menyesuaikan diri di lingkungan barunya.

Nadife memasuki kamar nya yang di dominasi oleh warna monokrom.

Ting!

Suara pesan masuk di ponselnya, ia merogoh ponselnya di saku celananya.

+628125685xxx
Nanti malam bisa datang ke bar gue?
Penting.

Nadife menghembuskan napas kasar membaca dua pesan yang masuk di ponselnya. Nadife tau siapa pengirim dua pesan ini.

Nadife tidak membalas pesan itu, ia lebih memilih berbaring di ranjangnya.

Nanti malam bukan ia ada janji? Jadi ia bisa mengistirahatkan semua pikiran dan tubuhnya.

~•BS•~

Kenan berdiri di teras rumah keluarga Arova. Niatnya pergi kerumah ini, untuk meminta maaf. Tapi ia tidak yakin apakah Nadeline dan Arnold akan memaafkannya atau malah mengusirnya.

Kenan menekan bel rumah. Tidak kama kemudian wanita paruh baya datang menyambutnya. Wanita paruh baya itu tampak bingung dengan kedatangan Kenan, yang sebelumnya belum pernah ia lihat.

Kenan memang baru pertama kalinya datang ke rumah Arnold. Kenan mendapatkan alamat rumah Arnold dari teman satu geng Ansell.

You know lah pertemanan cowok seperti apa.

Wanita paruh baya itu menyuruhnya masuk kedalam. Kenan meyakini wanita peruh baya itu pekerja dirumah keluarga Arova.

Kenan duduk di ruang tamu, sementara wanita paruh baya itu memanggil Arnold.

Arnold datang menghampiri Kenan. Garis wajahnya sebisa mungkin ia buat seperti biasa, anggap diantara dirinya dan Kenan sedang tidak terjadi apa-apa.

"Maksud kedatangan lo kesini apa?" tanya Arnold sambil melihat Kenan.

"Sebelumnya lo bisa panggil Nadeline?" tanya Kenan.

Arnold mengangguk dan menyuruh wanita paruh yang tadi menyambut Kenan untuk memanggil Nadeline yang berada di kamarnya.

Bertepatan saat itu Naden turun, tetapi ia tidak tau kalau Kenan sedang berada di rumah Arnold. Langkah kaki Naden yang tadinya ingin ke dapur harus berbalik menuju ruang tamu.

"Ngapain lo kesini?" ucap Naden datar dan memilih duduk di sofa seberang Kenan.

Sedangkan Arnold duduk di single sofa.

Nadeline datang menghampiri kedua lelaki itu. Ia sedikit terkejut melihat Kenan yang berada di rumahnya.

"Maksud gue kesini, mau minta maaf dengan apa yang pernah gue lakuin ke lo Nad." Kenan beralih menatap Naden. "Dan juga lo Den."

Naden berdecih dan membuang muka, ia bisa kalut akan emosi kalau terus menatap Kenan.

Smuanya diam dengan pikiran masing-masing.

"Oke gue maafin lo," ucap Nadeline.

"Nad!!" ucap Arnold dan Naden.

"Kenapa?" Nadeline menoleh kearah Arnold dan Naden.

"Lo itu korban Nad," ucap Naden.

"Lo juga korban Den," ucap Arnold.

"Gue tau. Gue sama Kak Naden juga korban." Nadeline menoleh kearah Kenan. "Sekarang gue minta sama lo, ceritain semuanya dengan jujur, jangan ada yang lo tutup-tutupi!"

"Adhara kerja sama bareng gue buat nyekap lo karna dia tau Nadife ada rasa sama lo, dia cemburu sama lo karna Nadife lebih milih lo dibanding Adhara. Karna gue juga dendam ke Nadife jadi gue lakuin apa yang dia suruh. Awalnya gue kira cuma gue sama Adhara aja, tapi Adhara suruh Adena datang ke bangunan tua itu."

"Trus luka lebam di wajah dan tubuh adek gue siapa yang lakuin?!" tanya Arnold.

"Semua kekerasan fisik Adhara yang lakuin. Adena cuma ngelakuin kekeran verbal."

"Trus lo ikut mukul adek gue?" tanya Arnold lagi.

"Gue gak pernah mukul perempuan. Gue lebih milih mukul seribu lelaki dibanding satu perempuan."

"Kirain gue yang bakal nyelamatin Nadeline itu Nadife makanya gue udah bawa pisau. Tapi dugaan gue salah, ternyata Naden yang nyelamatin Nadeline."

"Naden luapin emosinya ke gue, dia maki hidup gue gak beda jauh kayak sampah. Tapi sekarang gue sadar ucapaan Naden benar, hidup gue memang kayak sampah yang rela lakuin apa aja demi hancurin kebahagiaan sepupu gue."

"Karna itu gue kalut, gue emosi, dan gue nusuk punggung Naden. Gue takut Naden nyawanya gak bakal ketolong, tapi ternyata dia jauh lebih kuat dari dugaan gue."

"Gue kuat, karna Nadeline tujuan gue hidup dan sumber kebahagiaan gue," ucap Naden.

"Tapi lo tau? Karna kelakuan tolol lo itu, Nadeline gak sadarin diri selama satu hari! Gue sebagai cowok nangis untuk pertama kalinya! Gue takut Nadeline gak sadarin diri, gue takut cuma gue sendiri yang hidup dan gue takut tujuan hidup dan sumber kebahagiaan gue lenyap untuk kedua kalinya!!" Naden berucap dengan nada tinggi.

Nadeline mengusap punggung Naden, untuk meredakan emosi Naden. Nadeline takut terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Semuanya udah jelas, dalang kejadian itu lo sama Adhara," ucap Arnold.

"Iya gue sama Adhara dalang semua itu. Adena gak ada sangkut pautnya dengan ini, Adena datang karna ajakan Adhara." Kenan mengakui semua kejahatannya.

"Sekali lagi gue minta maaf dengan apa yang pernah gue lakuin. Gue nyesal pernah lakuin hal bodoh itu," lanjut Kanan.

"Gue udah maafin lo. Mulai sekarang lo harus hidup lebih baik lagi. Karna gue tau hidup dengan penyesalan dan rasa bersalah lebih menyakitkan daripada kematian." Nadeline berjalan kearah Kenan dan menepuk pundak Kenan.

Arnold dan Naden terkejut melihat Nadeline bersikap seperti itu dengan orang yang pernah menyakitinya.

~•BS•~

Nadife berjalan memasuki Bar. Melihat sekeliling bar. Sepi, hanya ada dia sendiri dan beberapa pelayan bar.

Nadife berjalan kearah meja bartender dan memilih duduk untuk menunggu.

"Sudah lama sekali anda tidak datang kesini," ucap bartender menghampiri Nadife.

Nadife tersenyum. "Gue sibuk belakangan ini," ucap Nadife seadanya.

"Mau pesan apa?" tanya bartender tersebut.

"Segelas mocktail," ucap Nadife.

Bartender itu mengangguk dan langsung membuat pesanan yang diminta Nadife.

Nadife menatap botol-botol wine yang tertata rapi di depannya. Pikirannya terbayang akan kejadian bersama Adhara.

"Nadife," panggil Adhara.

Nadife menoleh kearah Adhara.

"Kenan bilang kalau kamu gak cinta sama aku, kamu cuma manfaatin aku."

"Kenan bohong! Semua perkataan Kenan itu bohong. Tolong percaya sama aku."

Adhara yang percaya perkataan Kenan langsung meminta putus dengan Nadife. Awalnya Nadife menolak untuk putus dengan Adhara, ia berusaha untuk menjelaskan yang sebenarnya, tetapi setiap ia datang ke Rumah Adhara ia selalu diusir dan Adhara menolak keras untuk bertemu dengannya bahkan Adhara tidak menjawab telepon dan tidak juga membalas pesan yang ia kirim.

Sampai suatu hari, Nadife menerima pesan dari Adhara yang membuat kakinya lemas dan jantung nya berdebar kencang, isi pesan yang dikirimkan Adhara kepada Nadife adalah, 'Nadife aku mutusin untuk sekolah di luar Negeri. Makasih untuk semuanya. Kenan udah cerita semuanya. Aku pamit, waktu penerbangan aku sebentar lagi. Semoga kamu bahagia tanpa adanya aku disisi kamu.'

Tanpa pikir panjang Nadife langsung mengendarai mobil menuju bandara, walaupun ia belum mempunyai surat izin mengemudi ia memberanikan diri untuk membawa mobilnya sendiri.

Sampai di bandara ia berlari sambil melihat orang disekitarnya, ia tidak melihat keberadaan Adhara. Sampai tidak sengaja netra matanya menemukan sosok Adhara yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Nadife langsung berlari menghampiri Adhara dan memeluknya dengan erat. "Jangan pergi." Nadife tidak sadar air matanya keluar dari pelupuk matanya.

"Aku bisa jelasin semuanya," lanjutnya.

Adhara menggeleng. "Semunya udah jelas. Kamu gak perlu jelasin." Adhara menarik napas dan menghembuskannya. "Aku pamit Dife," ucap Adhara dan mencium pipi kanan Nadife dan langsung berjalan pergi menuju tempat chek-in.

Yang Nadife lihat terakhir kalinya sebelum Adhara pergi adalah senyuman dengan kekecewaan. Kenan yang berdiri disamping Nadife menepuk pundaknya dan tersenyum miring. Nadife mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang sudah menjalar di seluruh tubuhnya. Hubungan Nadife dan Adhara hancur karena Kenan.

Nadife tersadar dari lamunannya karena seseorang baru saja memegang pundaknya.

Adhara tersenyum melihat Nadife dan memilih duduk bersebelahan dengan Nadife.

"Kamu juga diundang Kenan? Aku gak nyangka kalo kamu bakal datang."

Memang benar, bar ini milik Kenan.

Nadife tidak menjawab ia memilih meminum mocktail yang tadi ia pesan.

Kenan dengan santai duduk disebelah Adhara.

Ketiga orang itu duduk dengan posisi, Nadife sebelah kiri, Adhara di tengah dan Kenan di sebelah kanan.

"Udah lama kita gak duduk bersebelahan kayak gini," ucap Kenan.

"Langsung ke point nya aja," ucap Nadife.

"Sorry Dife," ucap Kenan.

Nadife tersenyum remeh. "Gue pikir lo gak bakal ngucapin kata itu."

"Sorry gue pernah hancurin hubungan lo sama Adhara," ucap Kenan.

"Baru sadar lo sekarang. Kemarin kemana aja? Sibuk hancurin kebahagiaan gue sama orang terdekat gue?" ucap Nadife sarkas.

"Gue iri sama kehidupan lo. Kehidupan lo jauh diatas gue. Bahkan orang yang gue suka lebih milih lo daripada gue," ucap Kenan.

"Sebagai sepupu lo gue cuma bisa bilang sorry dengan semua kesalahan yang pernah gue perbuat." Kenan menarik napas dalam. "Gue mau perbaikin hubungan baik sama sepupu gue. Lo mau?" Kenan mengulurkan tangannya kearah Nadife.

Nadife melihat uluran tangan Kenan.

Nadife menerima uluran tangan Kenan. Nadife memaafkan segala kesalahan Kenan.

Tidak masalah bukan setiap manusia saling memaafkan? Bahkan Tuhan saja memaafkan kesalahan setiap hambanya.

"Untuk pertama kalinya gue mulai merasakan penyesalan. Perasaan di mana gue berada di antara kasihan pada diri sendiri dan membenci diri gue sendiri, tentang seluruh hidup gue." Kenan menatap kearah Nadife dan Adhara.

"Penyesalan selalu datang terlambat, kalo penyesalan datang di awal di dunia ini gak akan ada orang yang buat kesalahan," ucap Nadife.

Untuk pertama kalinya Kenan tersenyum kepada sepupunya, Nadife.

"Dife," panggil Adhara.

Nadife menoleh tanpa menjawab.

"Bodohnya aku ninggalin kamu demi kebohongan yang baru aku sadari di akhir." Adhara tersenyum miris. "Resiko bertahan dengan tidak memiliki yaitu kehilangan."

Adhara menatap penuh makna kearah Nadife. "Aku kehilangan kamu. Sekarang aku gak bakal ganggu hidup kamu lagi. Kamu harus hidup dengan lebih baik di negera tujuan kamu." Adhara menepuk pundak Nadife.

"Gue lega kita semua bisa baikan kayak dulu lagi," ucap Kenan.

Adhara merangkul pundak Nadife dan Kenan. "Walaupun sulit, lupain semua kesalahan, keegoisan, dan dendam diantara kita bertiga."

Kenan bersorak. "Lupain semuanya! Mulai hidup tanpa rasa bersalah dan penyesalan!"

Nadife tersenyum melihat sepupunya dan juga mantan kekasihnya itu.

Pemenang yang sesungguhnya adalah ketika mampu melawan amarahnya dengan kesabaran dan memaafkan dengan ketulusan.

~•Beloved Sunshine•~

Vote dan koment jangan lupa!!
Kritik dan saran dipersilahkan.

Fyi guys!
Cocktail (Beralkohol)
Mocktail (Tidak beralkohol)

29 Mei 2020

Продолжить чтение

Вам также понравится

ARFAN [SUDAH TERBIT] silpi

Подростковая литература

6.5M 618K 67
[Sudah terbit & Part masih lengkap] ARFAN itu singkatan [Arka Fanya] 🎧🎧 Arka zaidan adhinata, adalah siswa baru pindahan dari USA. Ia mempunyai bak...
ARGALA 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Подростковая литература

6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
Change The Gay Guy elviradiar

Любовные романы

13.1M 147K 17
(21+)wanita berusia 22th yang ditantang untuk membangkitkan gairah seorang homo sexsual(Gay) oleah teman-teman.a apakah yangg akan terjadi?bisakah w...
TRANMIGRASI ZEA & NEYRA Dinda_ Lilis

Подростковая литература

2.6M 129K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...