DEGREES ft. Jaehyun

By jaehyunable

833K 85.7K 14.3K

❝ Jangan pernah temui Ella tanpa sepengetahuan saya. ❞ ❝ Loh, memang apa salahnya? Ella anak aku. Bukan, Ella... More

meet the cast 🌃
| 1
| 2
| 3
| 4
| 5
| 6
| 7
| 8
| 9
| 10
| 11
| 12
| 13
- ramadhan edition 💫
| 14
| 15
| 16
| 17
| 18
| 20
| 21
| 22
| 23
| 24
| 25
| 26
i miss y'all ; hope you guys read this :) ♡
| 27
| 28
| 29
| 30
| 31
| 32

| 19

24.8K 2.6K 607
By jaehyunable


bacanya kalo dah buka aja

eitss, terserah deh 💁‍♀️


Aku sedang menyiapkan sarapan bersama Mami ketika suara keras Jaehyun memanggilku. Ini masih pagi dan entah kerusuhan apa yang ia buat sampai-sampai menjerit kesakitan di dalam kamar. Aku merutuk pria itu dalam hati. Mami berdecak mendengar putranya yang berisik. "Dia itu lupa apa anaknya masih tidur?"

Aku hanya terkekeh menjawabnya. Kubasuh tanganku yang terkena adonan di wastafel. Pagi ini baik aku maupun Mami rasanya malas untuk menyiapkan sarapan. Kami memilih untuk membuat pancake saja. Sebenarnya aku ingin mencoba bubur ayam yang dijual di depan komplek. Saat pulang dari supermarket kemarin, mataku tak sengaja menangkap gerobak bubur itu.

"Aku ke kamar dulu, Mi," pamitku yang dijawab dengan anggukkan.

Kamar kosong begitu aku masuk. Lalu suara rintihan di kamar mandi membuatku melangkahkan kaki mendekat. Aku mengetuk pintu kamar mandi. "Jung?"

"Jung here. Masuk aja."

Sedikit ragu namun tanganku tetap bergerak memutar kenop pintu. Huft, untung saja. Aku melihat Jaehyun yang berdiri didepan cermin. Sepertinya pria itu baru saja selesai mandi karena bulir-bulir air terlihat jelas pada badannya. Dan lagi-lagi, Jaehyun hanya menutup tubuhnya dengan lilitan handuk di pinggangnya. Padahal ada tiga bathrobe yang tergantung rapi di dekat pintu.

Jaehyun kembali merintih kesakitan. Di tangannya terdapat sebuah cukuran dan alih-alih mencukur bulu-bulu halusnya di rahang, pria itu malah melukai dagunya. Walau tak berdarah, namun tetap saja membuatnya meringis.

"Hana, sakit...," keluhnya sambil menatapku. Aku maju mendekati Jaehyun, mengambil alih alat pencukur yang ia pegang. "Serius kau nggak bisa nyukur sendiri?"

Jaehyun cemberut. "Biasanya Ella yang nyukur jenggot sama kumisku." jawabnya menatapku lekat. Aku menghela napas. Tanganku terulur membuka laci, disana tempatku menyimpan shaving foam yang kubeli tadi malam.

Sesuai instruksi, aku mengocok terlebih dahulu botol itu sebelum dibuka. Jaehyun masih terus diam sambil fokus melihat pergerakanku. Kusemprotkan foam pada tangan kiriku. Setelah dirasa cukup, aku mengusapnya pada rahang, dagu, tak lupa juga tempat dimana kumis biasa tumbuh—serius, aku tak tahu namanya. Kepalaku mengadah karena tinggiku yang berbeda jauh dengan Jaehyun.

Aku menghela napas panjang karena sudah merasa pegal mendongak tinggi. Sepertinya Jaehyun peka akan hal itu karena ia langsung merengkuh pinggangku dan mengangkatnya duduk di marmer sebelah wastafel. Tanpa permisi pria itu membuka kedua kakiku, masuk diantara paha dalamku. Aku meneguk ludah kasar, terkejut akan perubahan posisi menjadi intim seperti ini. Tangannya masih setia melingkari pinggangku.

Mencoba untuk tak menatap iris matanya, aku mencukur bulu-bulu halusnya dengan telaten. Tanganku bergerak dari rahang turun ke dagunya, berusaha untuk tak salah gerak sehingga dapat menggoreskan luka disana. Selama mencukur, selama itu pula aku menahan napasku. Aku berusaha untuk terlihat normal didepan Jaehyun. Padahal jantungku rasanya sudah berloncatan kesana kemari.

"Kamu cantik kalau serius gitu." Jaehyun membuka suara. Aku menatapnya dan ia langsung bermain mata denganku. Pria itu menarik smirknya lalu tertawa pelan. "Feelin' something?" bisiknya pada telingaku.

Aku meneguk ludah. Ada sesuatu yang mengeras dibawah sana dan aku bisa merasakannya. "Jangan macem-macem," ancamku membuang rasa takut. Matanya menggelap dan aku merasakan auranya yang mengintimidasiku.

Sebelum Jaehyun melakukan sesuatu yang aneh-aneh, aku segera menyelesaikan kegiatanku. Atmosfer di kamar mandi rasanya berubah dan Jaehyun dapat menerkamku kapan saja—dan aku tak mau hal itu terjadi. Aku selesai dan Jaehyun tampak lebih segar dari sebelumnya. Walau sebenarnya bulu-bulu halus itu membuatnya tampak lebih berkharisma, aku tetap menyukai bila rahangnya bersih.

Aku mendorong tubuh Jaehyun pelan, berniat untuk turun dari marmer ketika pria itu lebih dulu menahanku dengan merengkuhku lebih erat. Sial. Dengan posisi seperti ini aku dapat merasakan dengan jelas ia yang telah mengeras. Sebelah tangan Jaehyun berada di belakang punggungku, mengelusnya dengan gerakan pelan.

"Is it normal to get morning kiss from you, my wifey?" bisiknya, menggigit telingaku dan menciumnya membuatku meremang.

Bibirnya turun ke leherku. Jaehyun tak hanya menciumnya namun sesekali menyesapnya. Ciuman ini... memabukkan. Seharusnya akal sehatku bekerja, segera mendorongnya dan melayangkan tamparan pada pipinya. Namun sepertinya tubuhku tidak bisa bekerja sama dengan otakku karena aku malah mengadah, memberikan akses padanya untuk mengeksplor leherku lebih lama.

"J..Jung, stop it," lirihku sebelum kegiatan ini berlangsung lebih jauh. Jaehyun menurut, pria itu menarik wajahnya menjauh. Kupikir hanya akan berhenti disana. Namun aku salah. Pria itu kembali mendekatkan wajahnya. Lalu dengan cepat, ia memagut bibir merah ranumku dengan penuh gairah. Matanya menatap irisku mataku dengan lekat. Tangannya yang berada di belakang punggungku menekan tubuhku agar lebih dekat dengannya.

Mataku terpejam ketika Jaehyun mengulum bibirku dengan lembut. Mataku kembali terpejam, terbuai akan ciumannya. Semakin lama gerakannya semakin cepat. Kuluman lembut itu berubah menjadi ciuman bergairah. Bibirnya melumatku rakus. Tangan Jaehyun bergerak melingkarkan kedua kakiku pada pinggangnya.

Ciuman itu begitu memabukkan hingga tak sadar tanganku bergerak mengalung lehernya. Meremas surai hitamnya dengan pelan. Aku mulai kehabisan napas. Tanganku turun dan mendorong bahunya mundur, namun Jaehyun tak berkutik. Hingga akhirnya bunyi perutku lapar menghentikan aktivitas kami.

Jaehyun menjauhkan bibirnya. Pria itu tertawa pelan, kemudian menyatukan dahinya dengan dahiku. Iris matanya menatapku lekat. "Thank you."

Aku merapatkan bibir menahan senyum. Gengsi, tahu. "Minggir, aku mau sarapan."

Namun Jaehyun masih belum pindah dari tempatnya. "Pipimu merah," ia terkekeh. "Habis ini mandi. Johnny sama beberapa temanku yang lain mau jenguk anak kita," Jaehyun mengecup hidungku sebelum menjauhkan wajahnya.

Jaehyun berbalik badan hendak keluar kamar mandi namun aku mencegahnya. "Jung,"

Ia berbalik. "Hm?"

Aku meneguk ludah. "Tolong beliin aku bubur yang ada di depan komplek,"

Mata Jaehyun mengerjap. "Bubur Bandung Mang Ujang?"

Aku mengangkat bahu. "Pokoknya yang di depan komplek. Kemarin waktu pulang aku liat gerobaknya, kayaknya enak."

"Hana....," wajah Jaehyun memelas. "Jam segini ibu-ibu komplek pada ngantre buat beli,"

"Ya udah kamu kan tinggal ikut ngantre juga," jawabku enteng.

"Yang lain aja, ya?" tawarnya membujukku. "Di blok depan ada yang jual nasi kuning. Nanti aku beliin,"

"Aku. Mau. Bubur. Depan. Komplek." jawabku mengeja satu per satu. Apa susahnya, sih? Dia malas mengantre?

Jaehyun menghela napas panjang. "Iya, bubur depan komplek. Nanti aku suruh sopir buat beliin."

"Iya suruh aja, berarti ntar malem aku nyicil anak sama sopir kamu."

Jaehyun menatapku marah. "Jung Hana...," tegurnya dengan rahang mengeras. "Fine. Aku yang beli. Bubur depan komplek."

Aku tersenyum kemenangan.

▪︎ ▪︎ ▪︎

Jung Jaehyun

jae

lama banget

Aku lagi ngantre, Istriku.

Sabar

bubur depan komplek, kan?

Iya

cuih, mana percaya.

Jung Jaehyun mengirim foto


Harus foto dulu biar percaya?

Aku rela di ketawain ibu2 yang lagi pada ngantre.

😡

😏


😏😁

emot dajjal.

nanti kacangnya diganti sama cakue aja

Siap, istriku.

ladanya suruh pakein yang banyak jugaa

Iya nanti aku bilangin.

seledrinya diganti sama bawang goreng ya jaee

Iya, Sayang.

Udah? Ada lagi nggak?

udah itu aja

Oke.

Nanti habis sarapan, susu yang kemarin di minum.

males

Hana...

🖕


Durhaka sama suami 😡

😏😁


😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁
😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁
😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁
😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁
😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁

Anda memblokir Jung Jaehyun

▪︎ ▪︎ ▪︎

"Faedahnya apa sih kita jogging di komplek sultan?"

Joy mengeluh begitu semuanya telah lengkap berkumpul di lapangan basket komplek perumahan yang letaknya lumayan jauh dari kantor. Para kacung pak Doyoun a.k.a Chanyeol, Joy, Lucas, Yeri, dan Sana—kecuali Hana—lengkap memakai pakaian olahraga mereka. Kaos pendek, celana training, sepatu lari, juga tas olahraga yang berisi barang-barang pribadi masing-masing.

"Langsung mulai aja yok," ajak Lucas setelah selesai melakukan perenggangan otot seorang diri. Yeri yang tengah berbaring di lapangan menoleh, "bisa nggak kita lari misah dari Mas Chanyeol?"

Chanyeol mendelik. "Emang kenapa?"

Joy berdecak. "Baju lo malu-maluin anjir. Gue yakin satpam di depan tadi ngira lo mau mulung di dalem komplek. Untung aja ada Lucas yang—yah walaupun kalau di banding pak Sungjae masih kalah telak—tapi seenggaknya muka dia nggak malu-maluin kayak elo, Mas." celotehnya panjang membuat Lucas ikut mendelik. "Kok jadi gue sih??!"

Sana iku membaringkan tubuhnya di sebelah Yeri. "Kapan sih orang-orang divisi kita bisa normal, astaga," gumamnya pelan membuat Yeri tertawa.

"Joy, ini tuh fashion namanya, fashion!!" Chanyeol membela diri.

"Udahlah ngaku aja, lo beli di pasar loak, kan?" Joy masih tetap betah mengejek. "Gaji lo masih kurang apa sampe-sampe beli baju bolong-bolong gitu? Malu Yeol, bapak lo malu liat lo, Yeol."

Lucas tertawa. "Nistain duda memang asik dan tidak ada habisnya."

"Capek gue lama-lama, pengen nikah terus pensiun aja jadinya." ujar Chanyeol letih. Pria itu duduk di pinggir lapangan. "Tau nggak, kenapa gue ngajak kalian jogging di sini?"

Hanya Sana yang merespon dengan gelengan. Yang lain memilih menghiraukannya namun Chanyeol tetap lanjut bicara. "Sebenernya gue agak malu buat bocorin ini ke kalian," gantungnya. "Gue tuh dulu pernah jadi anggota intel—

"BUAHAHAHHAHAHA HALU!" Lucas menumpahkan tawanya kencang diikuti Joy dan Yeri. "Mau ditaro di mana reputasi negara kalau punya anggota intel modelan kayak lo!" Joy masih tertawa.

Chanyeol cemberut. "Mantan calon anggota intel, maksudnya." Lanjutnya, "seleksi tahap satu aja gue nggak masuk, anjir. Bener-bener ya,"

"Lagian nggak sadar diri. Mulut ember gitu minta jadi anggota intel," sindir Yeri. "Boro-boro kasus berat, ngerahasiain hubungan Hana sama pak Jaehyun aja elo gagal, Mas."

Joy mengangguk setuju. "Apalagi kalau di suruh nyamar jadi tukang sayur buat nyelidikin narkoba di daerah yang di tugaskan," timpalnya.

"Dahlah capek gue sama kalian semua," ucapnya lelah. "Nih ya gue kasih tau," Chanyeol berbisik. "Si Hana kampret, ternyata tinggal di komplek ini anjir!!!"

Kini keempatnya terkejut. "Mbak Hana dari keluarga sultan?!"

"Suaminya yang sultan," jawab Chanyeol cepat. Sana membulatkan bibirnya.

Kini giliran Lucas berdecak kagum. "Emang nggak main-main Hana ya kalau milih suami,"
Joy mengangguk setuju. "Parah sih," ia lalu mendekati Chanyeol. "Elo... tau dari mana?"

Chanyeol tersenyum misterius. Memilih untuk tak mejawab. Matanya menatap satu per satu rekan kerjanya yang juga tengah menatapnya dengan tatapan penasaran.

"Gue kan udah bilang, sebenernya gue tuh anggota intel yang ditugaskan—

"BUBAR SEMUA BUBAR!!!" Joy mengomando membuat Yeri dan Sana segera mengikutinya, berjalan meninggalkan Chanyeol dan seluruh kehaluannya. Merasa bersama Chanyeol tak menguntungkan apapun, Lucas memilih untuk mengikuti ketiga wanita yang telah pergi.

Kini tinggal Chanyeol sendiri. "Emang muka gue terlalu mustahil buat jadi anggota intel ya?" ia bermonolog. Walau begitu, pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan cepat mengejar rekan kerjanya yang telah jauh berjalan di depan sana.

Langkah Chanyeol berhasil menyeimbangi karena langkahnya yang lebar. Namun, saat di perbatasan gerbang masuk komplek, keempat rekan kerjanya menyembunyikan diri di balik tanaman-tanaman besar.

"Ngapain sih?" tanya Chanyeol heran ketika berada di depan keempatnya.

Joy menarik tangan pria itu untuk ikut bersembunyi.

"Ada pak Jaehyun anjir, lagi beli bubur. Gue insecure kalau tatapan nanti, muka gue belum make up an sama sekali!!"

"DIA LAKINYA TEMEN LO ANJIR SADAR!!!"



tbc


kalian... masih sayang Jaehyun, kan?

Terima kasih banyak, untuk kalian semua yang memilih untuk tetap bertahan.

I love you. 💚🍑



see you in next chapter.

jangan lupa vote yaw ᴗ͈ˬᴗ͈

Continue Reading

You'll Also Like

AZURA By Semesta

Fanfiction

212K 10.2K 22
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
84.9K 11.1K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...
82.7K 8K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
555K 56.9K 28
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...