My Perfectionist Boss "Sudah...

By pinkymie_

124K 6.3K 46

Jadi sekretaris itu tugasnya tidak mudah. Apalagi ditambah dengan atasan yang punya watak dingin, kaku, dan n... More

First Day
Work
Bos Kulkas
A Boundary
Mbak Lampir
A Day with Him
Sunset
Perbudakan
Bandung
Home
Meet
Choice
Lunch
Relationship
Boyfriend?!
I Want to Know
Cake
What Does It Mean
Contract
Fireworks
a Bond that Exists
Festival
Change
Flower
Winter
Light Night
Wedding
Hair Pin
Pemberitahuan

Begin

2.3K 185 0
By pinkymie_


🌸🌸🌸

Anka menggendong Anna menuju pinggir kolam. Dia mencoba membangunkan gadis itu, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.

"Anna, Anna, saya mohon bangun." Ucapnya sambil memegang tangan Anna gemetar.

"Hei, ada apa ini?" Ucap teman-teman Anka berlari menghampiri mereka ketika mendengar teriakan Anka tadi.

"Anna pingsan. Gue harus gimana?" Tanya Anka bingung dan masih menggenggam erat tangan gadis itu.

Anna terbatuk, air keluar dari mulutnya. Ia mencoba membuka matanya perlahan. Gadis itu yang melihat Anka berada disampingnya kembali meneteskan air mata.

"Pak, saya takut." Ucap Anna menangis. Anka yang melihat gadis itu sadar langsung memeluknya.

"Saya ada disini. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun." Ucapnya lega. Tangan Anka tidak berhenti gemetar.

"Saya ingin pulang." Ujar Anna pelan. Gadis itu kembali tak sadarkan diri.

"Iya, kita pulang sekarang." Ucap Anka menggendong Anna untuk segera pulang.

"Gue anter." Ucap salah satu teman Anka yang berlari untuk menyiapkan mobil. Anka bergegas keluar sambil menggendong erat gadis itu. Para tamu menatap penasaran melihat mereka berdua yang basah kuyup dan mempertanyakan apa yang terjadi.

"Lo masuk dulu. Biar Anna gue gendong." Ujar Dion. Anka masuk terlebih dahulu sembari mengambil selimut yang diberikan temannya untuk menyelimuti tubuh Anna.

"Cepat jalan." Ujar Anka. Temannya mengangguk dan segera melajukan mobil dengan secepat mungkin.

"Maafkan saya Anna." Batin Anka. Matanya tidak pernah lepas memandang khawatir gadis itu.

Feli yang mendengar suara ribut di depan rumah, bergegas untuk keluar melihat apa yang terjadi. Ia tersentak terkejut melihat Anna yang pingsan di gendongan Anka. Mereka berdua basah kuyup. Bahkan bibir Anka terlihat mulai membiru.

"Hei hei kenapa kok kalian basah kuyup?! Anna juga kenapa bisa pingsan?!" Tanya Feli khawatir.

"Anna tercebur di kolam renang kak. Anka harus bagaimana?" Feli yang melihat tangan Anka yang gemetar segera menggenggamnya.

"Jangan khawatir. Anna akan baik-baik aja. Ayo bawa Anna ke kamar." Ucap Feli menenangkan. Anka akhirnya bisa sedikit bernapas lega karena kakaknya berada di rumah. Setidaknya kakaknya yang seorang dokter bisa merawat Anna dengan baik.

"Jangan khawatir, dia pasti baik-baik aja." Ucap Dion menepuk pundak Anka.

"Thanks udah bantu gue. Sorry juga udah merusak pesta lo." Dion menggeleng.

"Nggak usah dipikirkan kalau hal itu."

Mereka menemani Anka beberapa saat hingga Anka meminta mereka untuk segera kembali. Teman-temannya menolak, tetapi Anka tetap bersikeras meminta mereka kembali. Akhirnya mereka menurut dan kembali ke tempat acara.

Beberapa menit kemudian, Feli keluar dari kamar. Anka yang mengetahui hal itu segera menghampirinya dan menanyakan keadaan Anna.

"Anna baik-baik aja. Dia sekarang masih tidur karena kelelahan." Anka menghela napas panjang.

"Sekarang cepat ganti baju atau gue bisa punya dua pasien sekarang." Ujar Feli mendorong adiknya itu menuju kamarnya. Memaksa Anka untuk segera mengganti bajunya yang basah kuyup.

Setelah Anka selesai mengganti baju, Feli mengajaknya untuk duduk dan bertanya apa yang terjadi. Anka akhirnya menceritakan semua kejadian tadi dan bagaimana mereka bisa ribut karena kecerobohannya.

"Itu PTSD." Ucap Feli memijat keningnya pelan.

"Maksud kakak?" Tanya Anka yang tidak paham dengan apa yang dikatakan Feli.

"Hah, kemungkinan Anna punya trauma masa kecil dan mendengar suara ledakan kembang api tadi, membuatnya teringat akan kejadian masa kecilnya." Ujar Feli sambil menyenderkan tubuhnya di sofa.

"Anna butuh istirahat yang cukup. Lo, jangan sampai membuat dia lebih stres lagi, paham? Untung saja kakek lagi pergi. Kalau nggak, lo akan kena omel seharian dan gue juga kena." Ucap Feli kesal sambil menepuk punggung Anka keras.

Kakek malam itu sedang pergi mengunjungi temannya. Biasanya, kakek akan pulang satu hari sesudahnya.

"Maaf."

"Sebaiknya lo juga istirahat. Badan lo mulai panas." Kata Feli saat mengecek suhu badan Anka yang mulai meninggi. Hal itu disebabkan karena Anka tidak mengganti bajunya tadi hingga badannya mulai demam. Di dalam pikirannya, pria itu sangat mengkhawatirkan Anna hingga tidak peduli dengan kondisi tubuhnya sendiri.

"Anka akan menjaga Anna." Jawab Anka pergi menuju kamar gadis itu. Feli menghela napas pasrah. Pria itu memang sangat keras kepala.

Anka menemani gadis itu semalaman. Dirinya selalu menggenggam tangan Anna erat dan tak pernah melepaskannya.

"Maafkan saya. Karena keegoisannya saya, kamu jadi terluka seperti ini. Bahkan kamu juga harus mengingat masa lalu yang ingin kamu lupakan. Maafkan saya." Ucap Anka tertunduk.

Semalaman, Anka duduk di samping kasur Anna tanpa tidur sama sekali. Tidak tidur semalaman adalah hal yang biasa dialami olehnya. Walaupun badannya mulai terasa tidak enak, Anka tetap memaksa dirinya untuk selalu terjaga di samping gadis itu. Feli pun tidak bisa membujuk Anka untuk beristirahat walaupun sebentar.

"Anna, lo benar-benar orang yang sangat berharga bagi Anka. Gue nggak nyangka, ternyata Anka mau menerima seseorang untuk ada disampingnya." Gumam Feli

🌸🌸🌸

"Keanna, kita harus lari sekarang." Ucap Kianna sambil menggenggam tangan adiknya erat.

"Tapi kak, gimana kalau mereka tahu." Ucap Keanna khawatir.

"Tenang saja, kan ada kakak." Ucapnya tersenyum menenangkan Keanna. Gadis itu mengangguk, mempercayai kakaknya.

"Ayo kita harus pergi sekarang." Kianna menarik adiknya untuk berlari. Mereka harus kabur sekarang atau para penculik itu segera mengetahui mereka yang berencana kabur.

"Hei mau kemana kalian!!!" Mereka berdua menoleh ke sumber suara. Para penculik itu mengetahui rencana mereka.

"Kak kita ketahuan." Ucap Keanna sambil menengok kebelakang dan tiga orang itu mulai mengejar mereka.

"Terus lari Keanna." Ucap Kianna tegas. Keanna mempererat genggamannya.

Dor dor dor

Mereka berdua terkesiap kaget. Para penculik itu punya pistol.

"Kak, gimana ini." Ucap Keanna takut. Peluru itu berterbangan di belakang mereka.

"Berhenti atau kalian akan kami tembak!!" Teriak mereka yang masih sibuk menembaki kedua gadis itu. Langkah kedua gadis itu yang kecil tidak bisa menandingi mereka. Kaki Keanna tersandung dan dirinya tak bisa berlari lagi.

"Ke, ayo. Kita harus kabur." Ucapnya sambil membantu adiknya berdiri.

"Mau kemana kalian." Ucap laki-laki itu yang sudah berdiri beberapa langkah di depan mereka. Dia bersiap melontarkan pelurunya lagi.

Dor

"Kak Kianna!!!!!"

"Hah hah hah." Anna terbangun setelah seharian penuh dia tertidur.

"Mimpi itu. Jangan mimpi itu lagi." Seluruh wajah Anna penuh dengan peluh.

"Akhhhh!!!!" Kepalanya mulai berdenyut lagi. Anna memandang sekelilingnya. Dirinya merasa sesak di ruangan itu.

Dengan langkah gontai, Anna berjalan keluar dari kamarnya. Ia ingin mencari tempat yang bisa menenangkannya. Anna berjalan keluar. Dirinya berniat untuk pergi ke pantai. Udara sejuk pantai bisa menenangkannya.

Anna duduk sembarang, memeluk kakinya dan menenggelamkan wajahnya. Gadis itu rindu kakaknya, Kianna.

"Kak, sekarang Keanna harus gimana." Terlalu banyak hal yang terjadi. Anna tidak pernah membayangkan kalau dirinya bisa sampai seperti ini. Setelah sepuluh tahun lebih, Anna teringat lagi dengan kejadian itu.

"Seandainya kalau bukan karena aku, Kak Kianna pasti masih ada disini. Dan aku bisa menceritakan semua masalah yang aku rasakan. Kak Kianna pasti punya solusinya." Gumamnya. Sementara dirumah, Anka kebingungan saat kembali ke kamar, gadis itu tidak ada. Dia mencari Anna dimana-mana, tetapi tak bisa menemukannya. Ia akhirnya memutuskan untuk mencarinya ke pantai terdekat, karena dia tahu bahwa Anna sangat suka menghabiskan waktu di pantai.

"Anna, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Anka. Dia bernapas lega. Akhirnya dirinya menemukan gadis itu. Anka mendekati Anna sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan.

"Kenapa bapak kemari?" Tanya Anna berdiri dan pergi dari sana. Dia tidak ingin diganggu sekarang.

"Saya khawatir." Ujar Anka. Anna berhenti dan berbalik memandang Anka.

"Bapak tidak usah khawatir. Saya tidak akan merepotkan bapak. Saya juga bisa jaga diri." Ucap Anna yang langsung balik kanan.

"Bukan itu yang saya maksud. Kamu salah paham." Tangan Anna mengepal erat.

"Maksud bapak apa sih! Kenapa harus peduli dengan saya. Kenapa bapak selalu saja membuat saya menganggap kalau kita punya hubungan lebih dari rekan kerja. Bapak tahu, seberapa sulitnya saya menahan perasaan saya selama ini!" Teriak Anna. Ia mengeluarkan perasaannya yang selama ini ia pendam.

"Maaf."

"Kenapa bapak min-"

"Maaf, saya tidak bisa mengatakannya dari dulu. Kamu benar Anna. Kamu benar. Saya butuh seseorang. Saya butuh seseorang untuk menjadi sandaran saya. Selama ini, saya melakukan semua hal sendiri. Karena saya berpikir mereka akan menghilang seperti bunda. Saya takut untuk kehilangan lagi. Tapi, kamu mengubah pandangan saya. Selama ini, dengan adanya kamu, saya mulai berharap ada seseorang yang akan selalu ada disamping saya. Seseorang yang akan selalu mendengarkan keluh kesah saya, yang bisa selalu menghibur saya. Dan saya tersadar, kalau kamu orangnya." Anka memeluk erat gadis itu dari belakang. Akhirnya dia punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.

"Apa maksud bapak?" Tanya Anna menahan tangis.

"Saya suka kamu, Anna. Saya sayang kamu. Apa kamu mau, selalu ada disamping saya untuk kedepannya?" Ucap Anka sambil membalikkan badan gadis itu untuk menatapnya. Mata Anna mulai basah. Gadis itu mengangguk pelan.

"Kenapa Pak Anka baru bilang sekarang?! Bapak tahu, apa yang saya rasakan selama ini?!" Anka tidak menjawab. Dia mengelus kepala Anna dengan lembut.

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa terucap dari bibir pria itu. Sedangkan Anna hanya menangis terisak di pelukannya.

"Kamu ini benar-benar ceroboh. Kamu keluar hanya dengan baju tidur seperti ini." Ucap Anka menghapus air mata di pipi gadis itu dan meletakkan mantelnya ke pundak Anna.

"Bapak ngapain?" Tanya Anna ketika pria itu tiba-tiba berjongkok di depannya.

"Kamu sedang sakit. Kamu tidak boleh kelelahan. Ayo, cepat saya gendong. Udaranya semakin dingin. Tidak baik berlama-lama diluar." Ucap Anka sambil tersenyum.

"Saya berat lo." Ujar Anna sambil mempererat pelukannya.

"Saya tahu, kamu memang berat. Karena saya sudah berkali-kali menggendong kamu." Anna mendengus kesal. Anka tertawa melihat muka jengkel gadis itu.

Tawa pertamanya untuk sekian lama.

🌸🌸🌸

Don't forget to vote and comment guys ♥️
Thanks ♥️♥️♥️

Continue Reading

You'll Also Like

181K 7.6K 24
Adaire Acasha Arieska Cewek yang menyukai sahabat nya sendiri,berkali kali ia mencoba move on kepada cowok lain tapi usahanya selalu sia sia,dan akhi...
199K 9.2K 52
Berawal dari Taruhan Damar diharuskan mencari pacar dalam waktu 30 hari, jika tidak ia harus menjalankan sanksi selama 30 hari juga. karna bagi Damar...
BACK By Rafa

Fanfiction

6.1K 717 24
~COMPLETE~ [ Sebelum baca, tolong perhatikan dulu urutan bagiannya. Karena entah wattpad atau hp ku yang error, bagiannya jadi gak berurutan/acak...
1.1M 113K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...