A Boundary

4.7K 281 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌸🌸🌸


Gadis itu dengan lan
gkah kesal, keluar dari kawasan perkantoran. Dia benar-benar jengkel dengan sikap Anka. Padahal dia berniat untuk membantu laki-laki itu, kenapa pria itu malah terlihat sangat marah.

Meskipun Anna bersikap seolah tidak peduli dengan Anka, tapi hatinya merasa tidak tenang meninggalkan atasannya itu sendirian apalagi dengan kondisinya yang terlihat buruk.

"Ahhh kenapa aku harus peduli!!" Gadis itu berteriak kesal, balik kanan kembali masuk ke gedung itu. Anna berlari masuk ke ruangan Anka.

"Pak, pak bangun." Ucapnya panik ketika melihat Anka tergeletak tidak sadarkan diri.

Dengan susah payah Anna membawa bosnya ke sofa. Badan kecilnya terlihat gemetar membawa tubuh Anka yang tingginya hampir dua meter.

"Sudah tahu sakitnya kenapa tetap saja bekerja. Dasar tukang korupsi waktu." Ucap Anna kesal ketika mengecek suhu tubuh Anka. Dahinya lebih panas dari suhu normal.

Gadis itu segera pergi ke dapur dan mengambil air untuk mengompres Anka.

Setelah beberapa lama mengompres Anka, gadis itu mulai mengantuk. Tidak melakukan apa-apa dan hanya terduduk di depan orang pingsan membuatnya tidak bisa menahan kantuknya lagi.

Beberapa saat kemudian, Anka mulai sadar. Ia terkejut melihat Anna yang tertidur pulas di sampingnya. Kenapa gadis itu ada disini? Pikirnya

Dengan pelan, Anka menggendong tubuh Anna dan menidurkannya di sofa. Ia melepaskan jasnya dan menyelimuti tubuh gadis itu.

Meskipun sudah tertidur beberapa jam, rasa sakit yang ada di kepalanya belum hilang juga. Namun, Anka tidak memedulikan sakit kepalanya dan mulai menyibukkan diri dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Baginya, menyibukkan diri dengan bekerja membuat rasa sakit yang ada dalam hati dan tubuhnya menghilang.

Beberapa saat kemudian, Anna akhirnya terbangun dari tidurnya. Gadis itu terlihat bingung, bagaimana dirinya bisa tertidur di sofa dan kenapa bisa ada jas menyelimuti tubuhnya.

Melihat Anna yang sudah terbangun, Anka membereskan kertas-kertas yang  berserakan di atas mejanya dan mematikan komputernya.

"Ayo, saya antar pulang." Ucap Anka yang membuat Anna melongo tak percaya.

"Dia? Pak bos kulkas? Mengantarku pulang?"

"Anna kalau kamu hanya melamun disana, kamu akan saya tinggal." Ucapan Anka membuat Anna tersadar dari lamunannya. Dia segera berlari menyamakan langkahnya dengan Anka.

"Bapak baik-baik saja?" Tanya Anna sambil memandang wajah atasannya itu. Gadis itu terlihat lega melihat wajah Anka yang tidak sepucat tadi.

"Saya baik-baik saja." Jawab Anka.

My Perfectionist Boss "Sudah Diterbitkan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang