DEGREES ft. Jaehyun

By jaehyunable

829K 85.6K 14.3K

❝ Jangan pernah temui Ella tanpa sepengetahuan saya. ❞ ❝ Loh, memang apa salahnya? Ella anak aku. Bukan, Ella... More

meet the cast 🌃
| 1
| 2
| 3
| 4
| 5
| 6
| 7
| 8
| 9
| 10
| 11
| 12
| 13
- ramadhan edition 💫
| 14
| 15
| 16
| 17
| 19
| 20
| 21
| 22
| 23
| 24
| 25
| 26
i miss y'all ; hope you guys read this :) ♡
| 27
| 28
| 29
| 30
| 31
| 32

| 18

24.2K 2.6K 607
By jaehyunable


Setelah sampai di supermarket yang tak jauh dari rumah, Jaehyun segera mengambil troli belanja. Kami hanya pergi berdua karena Ella masih belum begitu sehat. Gadis itu bahkan sempat merengek karena memaksa ingin ikut namun syukurlah aku bisa membujuknya.

Aku memilih untuk berhenti pada rak-rak sabun, sampo, dan semacamnya. Jujur saja aku tidak tahu barang-barang apa saja yang telah habis di rumah karena aku tidak sempat membuat list. Aku hanya membawa list pesanan Mami yang sudah kutulis di kertas. Jaehyun yang mengekoriku di belakang ikut berhenti.

Aku mengambil dua botol sampo dan juga kondisioner yang biasa kupakai. Aku melirik Jaehyun. "Kamu pake sampo apa?"

Jaehyun melepas troli dan berjalan mendekatiku. Matanya menelusuri berbagai macam sampo yang tersusun rapi di rak. "Aku mau ganti sampo," jawabnya. "Tapi bingung..."

"Hm?"

"Rambutku banyak ketombe,"

"Ketombe apa uban?"

Jaehyun mendelik. "Hana, aku nggak se-tua itu, loh!"

Tawaku lepas. Mataku beralih dan tertuju pada salah satu merk. "Coba pake ini."

"Udah pernah. Nggak enak. Kata Ella rambutku jadi bau kakek-kakek." Ia berdecak. Aku menahan tawa, bau kakek-kakek emang kayak gimana sih?

Jaehyun berjalan ke tempat rak sampo anak-anak. Pria itu mengambil salah satu botol sampo berkemasan pink. "Coba ini boleh ya?"

Aku berdecak. "Itu buat Ella, astaga..."

"Aku beberapa kali nyolong sampo Ella cocok kok, rambutku jadi wangi." Jaehyun tersenyum lebar. Pria itu kemudian mengambil tiga botol sampo serupa dan memasukannya dalam troli. Aku mendelik. "Kamu serius mau pake itu?!"

"Kamu nggak mau bantu pilihin, sih."

"Ya kan tadi aku udah pilihin!" jawabku sewot.

"Kalau yang itu nggak cocok, istriku.." Jaehyun menjawab gemas. "Coba pilih yang lain," lanjutnya kemudian menggiring bahuku menuju rak sampo sebelahnya.

"Sana jauh-jauh, malu dilihat orang!" bisikku pelan. Sejak awal tadi memang aku merasakan beberapa orang mencuri pandang padaku dan Jaehyun—ah, jangan terlalu percaya diri, Hana. Maksudku kepada Jaehyun. Apalagi di tempat rak parfum, ada beberapa remaja—sepertinya masih SMA— yang secara terang-terangan menatap Jaehyun. Aku juga heran, sebenarnya. Jaehyun hanya memakai kaos dan celana jeans berwarna hitam. Iya, sudah seperti orang yang mau ngelayat. Bahkan sebelum pergi tadi aku mengernyit aneh.

"Kamu mau belanja apa mau ngelayat?"

Aneh tapi tetap saja tampan.

Sebenarnya, ganteng itu relatif. Tapi kalau Jaehyun, itu sudah mutlak.

Astaga, sejak kapan aku jadi sering memujinya?!!

Kakiku berjalan menuju rak tempat susu. Jaehyun memilih untuk berjalan di sebelahku dengan tangannya yang masih mendorong trolli. Pria itu berjalan dengan santai sambil bergumam pelan.

Aku mengambil dua kaleng susu rasa vanilla caramel kesukaan Ella. Seharusnya ini akan cukup untuk satu bulan. Jaehyun pergi sebentar ke rak sebelah dan kembali dengan membawa sebuah kotak susu besar di tangannya. Awalnya aku tak menyadari apa yang ia ambil, namun ketika tanganku meletakkan susu Ella di dalam troli, mataku membulat.

"Ngapain beli ini?!"

"Hana, kata spgnya tadi itu baik untuk ibu hamil." Ia menjawab polos.

"Kamu hamil?"

"Bukan, kamu yang hamil."

"Astaga, aku nggak hamil ya! Kamu tuh yang hamil, perut buncit gitu ada anaknya kali di dalemnya!"

"Loh, kok aku? Tugasku itu menanam, Sayang."

Aku melotot kemudian memukul bahunya keras. Jaehyun sempat meringis namun terganti oleh kekehan pelan. "Aku cuma mau nyetok aja, siapa tahu yang kemarin berhasil."

"Ngaco, kemarin kita nggak ngapa-ngapain!"

"Yaudah kalau gitu nanti malam aja ngapa-ngapainnya."

"DIEM NGGAK?!" Aku menyubit pinggang Jaehyun dengan keras. Sudah tak waras pria satu ini, bisa-bisanya membahas hal vulgar di tempat umum!

Dengan cepat aku mengambil semua barang yang biasa ku belanjakan tiap bulan. Tak lupa aku juga mengambil beberapa bahan makanan yang Mami titipkan. Jaehyun masih setia mengikuti kemanapun aku pergi. Pria itu mendadak bungkam dan tidak membuka suara lagi.

"Kamu masih suka yogurt?"

Aku menoleh ketika sedang mengantre untuk membayar. Jaehyun sempat izin untuk kembali masuk dan ternyata pria itu kembali dengan membawa beberapa kemasan yogurt... kesukaanku.

Ternyata ia masih ingat.

Aku mengangguk. "Balikin setengah, jangan banyak-banyak belinya."

"Biar kalau kamu nggak susah nyarinya, aku mau nyetok aja."

"Jung..."

"Hana... please? Beli semua pabrik yogurt juga nggak bakal bikin aku jatuh miskin."

Cih. Sombong sekali dia.

Aku memilih untuk membuang muka. Dasar, padahal baru saja aku tersentuh karena ia masih mengingat kesukaanku. Inilah sebabnya, Hana. Sudah kuperingatkan kepada diriku sendiri sejak awal bahwa tinggal bersama Jaehyun harus menyetok kesabaran yang banyak. Pria itu... ah sudahlah, aku malas membahasnya.

Setelah membayar, Jaehyun kembali mendorong troli yang berisi barang-barang yang sudah terbungkus plastik. Belanjaan kami cukup banyak hingga memerlukan troli untuk membawanya ke besement. Aku dan Jaehyun mampir sebentar untuk membeli dua lusin donat. Satu ukuran normal dan satunya donat dengan baby size, pesanan Ella. Ini dia sisi baiknya, aku akan bisa mengetahui satu per satu kesukaannya.

Setelah membantu Jaehyun memasukkan belanjaan kedalam bagasi mobil, aku mengambil tempat di sebelahnya, samping kemudi. Aku melirik Jaehyun yang sedang fokus menyetir.

Sebenarnya ada rasa iba saat melihat wajah letihnya. Hari ini pasti merupakan satu dari hari-hari sibuknya. Namun, aku bersyukur karena diantara kesibukannya, Jaehyun masih sempat untuk membagi waktunya dengan Ella.

Itu dia, Jung. Bebanmu akan lebih ringan jika kau mau membaginya denganku. Tapi sepertinya Jaehyun tidak mempercayakan itu padaku.

Jika diteliti lebih lama, aku baru sadar bahwa rahangnya telah ditumbuhi bulu-bulu halus. Memang samar, tapi aku bisa melihatnya. Kurasa Jaehyun belum sempat mencukurnya. Untung saja tadi aku sempat mengambil shaving foam.

"Baru sadar punya suami cakep?"

Jaehyun menoleh, bermain mata denganku kemudian tertawa ringan. Tuhan tidak adil. Bisa-bisanya manusia yang tengah memuji dirinya sendiri ini bisa terlihat tampan.

"Jangan ge-er jadi orang." jawabku acuh.

"Susah banget ngajak kamu bercanda," tawanya reda, tergantikan oleh suara datar. "Bisa nggak sih, kita jadi pasangan suami istri yang normal?" tanyanya dengan mata yang masih fokus menatap jalan di luar sana.

Aku tertawa sarkas. "Kamu yang mulai semuanya." jawabku mencoba untuk tidak terpancing. Singkirkan egomu, Hana. Karena jika emosiku terpancing, bisa-bisa Ella jadi korbannya.

Aku mendengar helaan napasnya. Pria itu memijit pelipisnya sebentar. "Lupain."

Lihat? Dia yang mancing, dia sendiri yang mengakhirinya.

Aku memilih untuk menatap pemandangan luar sebelah kiriku. Mencoba membuang semua pikiran buruk. Mencoba untuk baik-baik saja karena aku mengingat prinsipku, aku harus memperbaiki hubunganku dengan Jaehyun. Semua ini demi Ella.

Hanya demi Ella.


▪︎ ▪︎ ▪︎

Rumah terlihat sepi begitu kami tiba. Aku membantu Jaehyun membawa belanjaan ke dalam rumah kemudian meletakkannya diatas meja pantry. Jaehyun kembali keluar untuk mengunci mobil, sedangkan aku menata belanjaan. Mami turun ketika mendengar suara di dapur.

"Macet, Na? Kok baru pulang?" tanyanya sambil duduk di kursi makan.

"Ini malming, Mami." kekehku.

Mami tertawa kecil. "Kurang malam pulangnya, kalau gitu. Kalian nggak mampir kemana dulu apa?"

"Hana inget anak di rumah."

"Bagus. Kalau gitu mainnya di rumah aja, ya?"

"Hm?" aku berdeham tak mengerti. "Itu loh, nyicil Baby Jung..." jawab Mami sambil terkekeh geli. "Siapa tahu kembar, Na.." lanjutnya kembali.

"Mami..." tegurku malas. "Aku nggak mau nambah dulu," ujarku sambil meletakkan beberapa mie instan di laci bawah.

Mami menghela napas kemudian berdiri dan mengambil sekotak yogurt yang masih berada di dalam kantung plastik. "Ella itu umurnya udah hampir sepuluh tahun, Na. Kalau nanti jarak umurnya sama adiknya terlalu jauh juga nggak bagus."

Aku berbalik dan berjalan mengambil tempat di sebelah Mami. "Iya. Tapi bukan sekarang, Mami." aku mencoba membujuknya.

"Terus kapan?"

Setidaknya tidak saat ini. Tidak sampai rumah tanggaku kembali normal. Apakah ada yang bisa menjamin nanti jika anak keduaku lahir, Jaehyun tidak akan memisahkannya denganku?

Tidak, 'kan?

Aku memilih untuk tak menjawab. Sebenarnya aku tak tega melihat wajah sedih mertuaku yang menginginkan cucu baru, namun sepertinya Mami terlihat mengerti. Beliau meraih tanganku dan mengelusnya lembut. "Nggak papa, Hana. Jangan dijadikan beban. Mami bisa nunggu Baby Jung baru. Tapi suamimu..." jawabnya menggantung. "Walaupun kamu menolak untuk punya anak lagi, bukan berarti kamu berhenti melayani suamimu juga, kan?"

Aku tersentak. "Mami..." gerutuku.

"Loh, Mami benar, kan?" jawabnya seperti meledek.

"Ish,"

Aku kembali menata barang-barang. Mami menyolek pinggangku genit. "Malam ini bagus, Na."

"Hm?"

"Bagus buat tabur benih,"

"MAMI!"

Mami tertawa. "Nanti lampunya jangan dimatiin, biar anaknya lahir nggak hitam,"

"Studi dari mana?"

"Tetangga sebelah." Mami tertawa garing. "Dah ya, Mami tinggal. Jangan lupa pintunya di kunci. Tau-tau Ella masuk kan jadi nanggung,"

"Nggak usah. Pintunya nanti aku buka lebar-lebar aja."

"Jadi Mami bisa streaming dong?!"

"MAMI ASTAGA!!!!"

Mami tertawa lalu berjalan naik ke lantai atas. Mertuaku itu... benar-benar luar biasa. Mami memang paling jago menghidupkan suasana. Walau terkadang membuatku kesal karena aku yang selalu menjadi sasarannya. Namun terlepas dari itu semua, aku sangat bersyukur memiliki mertua seperti Mami Jung. Tak jarang kulihat banyak menantu yang tak memiliki hubungan yang baik dengan mertuanya.

Jaehyun tak lama datang dan mengambil tempat berdiri di sebelahku. Tangannya terulur ikut membereskan sisa barang di kantung plastik dan menaruhnya sesuai tempat. Tanganku terhenti ketika mencekal kemasan susu ibu hamil yang Jaehyun ambil tadi. Kenapa jadi canggung begini?

Sebuah tangan mengambil alih benda yang kupegang sebelum aku menaruhnya lebih dulu. Astaga, Jaehyun melihatku yang terdiam sambil memegang kemasan susu itu.

"Nanti ini di minum, Hana."

Aku menggeleng.

"Kapan lagi kamu bisa minum susu rasa pisang?"

"Gausah persuasif kamu, ya!"

Jaehyun tersenyum. "Jangan mandi, udah malam. Ganti baju dulu sana, nanti aku nyusul." ujarnya mengalihkan topik. "Nanti aku bikinin susu."

"Dih kamu aja yang minum!" seruku menolak.

"Iya nanti aku minum punyamu, lebih alami."

"JAEHYUN!!!!"


▪︎ ▪︎ ▪︎

Aku sedang menonton drama Korea yang ku setel di televisi ketika pintu terbuka dan Jaehyun masuk. Pria itu masih menggunakan kaos hitamnya. Aku memilih untuk fokus menonton dan Jaehyun pun diam. Pria itu masuk ke kamar mandi dan tak lama aku mendengar percikan air yang jatuh ke lantai.

Badanku terasa jauh lebih segar setelah mandi. Letihku rasanya hilang. Saat ini aku hanya memakai daster rumahan, seperti biasa. Tidak ada acara memakai lingerie atau pakaian minim semacamnya. Semakin lama umur pernikahan, rasanya aku terlalu malas untuk tampil seksi di hadapan suami sebelun tidur. Toh, kembali lagi, aku belum berniat untuk memberikan Ella seorang adik.

Jaehyun keluar dari kamar mandi tak lama kemudian. Aku bisa mencium aroma segar dari tubuhnya. Tubuhnya hanya terlilit handuk di pinggangnya. Aku mencoba untuk fokus pada layar dan tak melirik Jaehyun. Namun tak disangka pria itu malah bersender pada rak yang berada di sebelah televisi. Dengan tenang Jaehyun melipat tangannya di depan dada. Aku sadar bahwa ia tengah menatapku dengan tatapan.... menggoda?

Pada akhirnya aku kalah. Lagi-lagi kedua mataku lemah melihat tubuh Jaehyun. "Awas, ganggu pemandangan!"

Jaehyun menatapku dalam. "Aku nggak ngehalangin kamu nonton, kok."

"Ya terus ngapain kamu berdiri di situ?"

"Ngetes aja. Siapa tau kamu khilaf."

"Sinting."

Jaehyun tertawa ringan. Pria itu pergi dan masuk walk in closet untuk berpakaian. Aku bersender pada kepala ranjang sambil menetralkan detak jantungku. Hana, ini normal. Kalau kamu khilaf langsung saja tarik lengannya dan jatuhkan dia keatas ranjang.

Sial, lagi-lagi pikiran kotorku.

Jaehyun kembali dengan memakai celana tidur kotak-kotak—motifnya seperti sarung, juga baju hitam yang ada di tangannya. Iya, pria itu topless. Berjalan kearah ranjang sambil memamerkan dada bidang juga abs nya. Dasar. Dia miskin apa gimana sih? perasaan bajunya warna hitam terus.

Yeuh. Gitu-gitu dia suamimu, Hana.

"Tolong pijetin aku, Han." pintanya sambil memberikan botol kaca kecil dengan tutup biru. Pria itu kemudian naik keatas ranjang dan mengambil posisi tengkurap di sebelahku.

"Emang kamu tuh udah tua ya," cibirku sambil membuka tutup botol. Aku mencari posisi ternyaman untuk memijatnya.

"Aku masih kekar, loh." belanya kepada diri sendiri. "Kamu tinggal bilang pengen kembar berapa, besoknya aku jamin langsung dua garis."

"Ngaco." Jaehyun tertawa.

Pria itu memejamkan matanya ketika aku memijatnya dengan gerakan teratur. Kedua jempolku turun dari atas punggung sampai pinggang, kemudian naik lagi. Aku meremas kedua bahunya sambil menekan agar lebih terasa.

"Mau sekalian dikerok nggak?"

Jaehyun menjawab dengan matanya yang masih terpejam. "He em."

Aku turun sebentar dari ranjang dan mengambil sebuah koin lama di dompetku. Setelah itu aku kembali menghadap punggung Jaehyun. Mengeroknya searah dengan tulang rusuknya. Apa dia masuk angin? Hasil kerokanku berwarna merah. Sesekali pria itu merintih kesakitan menahan rasa sakit dari kerokan.

Hampir setengah jam kuhabiskan hanya untuk mengerok punggung Jaehyun. Setelah ku cek, ternyata ia tertidur. Aku memutuskan untuk menyudahi dan turun untuk mencuci tangan namun sebelum itu tangan Jaehyun lebih dulu mencegahku.

"Sini, aku kerokin balik."

Aku menggeleng. "Aku nggak kuat."

Jaehyun tersenyum. "Yaudah, aku pijetin aja. Nggak ada penolakan."

Aku menghela napas kemudian berbalik badan. Kurasakan Jaehyun mengubah posisinya menjadi duduk di belakangku. Pria itu mulai menggerakkan tangannya memijit punggungku dengan tempo pelan, namun terasa. Tangannya kemudian turun sambil tetap memijat hingga diatas bokong.

Tangan Jaehyun terhenti tepat di belakang pengait braku. "Jangan lupa branya dilepas sebelum tidur." bisiknya pelan.

"Iya."

Tubuhku meremang ketika Jaehyun memasukkan tangannya dari atas bajuku dan melepas kaitan bra yang kupakai. "Aku bantu lepas."

"Hm." Aku tak begitu menghiraukannya karena pijatan Jaehyun membuatku mengantuk. Mataku terpejam menikmati sensasi tangan kekarnya yang berada di belakangku, memijatnya dengan gerakan lembut.

Pijatan Jaehyun yang awalnya terasa lembut berubah menjadi gerakan sensual membuatku mendesah secara tak sadar. Jaehyun meniup belakang telingaku. "Jangan pancing aku buat nerkam kamu, Hana."

Aku segera sadar, hampir saja tubuhku khilaf padanya. "Kamu mijetnya nggak bener!" aku memukul lengan Jaehyun.

Pria itu merintih. "Kasar banget, Istriku."

"Kisir bingit istriki." aku meniru ucapannya."Pake bajunya!" ujarku melanjutkan.

"Nanti aja. Gerah."

Aku membuang bra yang kupakai kebawah bantal kemudian membaringkan tubuhku menghadap jendela, membelakangi Jaehyun. "Jangan lupa matiin lampunya."

"Loh, kita nggak nyicil Baby Jung dulu?"

"Bodo amat, gue mau tidur."

"Istriku..." Jaehyun mengguncang pelan badanku. Aku tetap diam. Apaan sih, kalau berdua gini saja baru dia memanggilku sebagai istrinya.

"Hana, serius nggak mau nyicil?"

Aku tetap diam.

"Yaudah kalau nggak mau. Aku buatin susu, ya?"

"Iya, terus kamu yang minum." sahutku datar, mulai mengantuk.

Aku mendegar Jaehyun berdecak. Kemudian kurasakan pergerakan di sebelahku. Pria itu ikut membaringkan tubuhnya lalu tanpa aba-aba, tangannya menarikku mendekat, menubrukkan punggungku dengan dadanya. Kaki Jaehyun menimpa kakiku dibawah selimut sana. Ia memelukku masih dengan badannya yang tak berbalut pakaian.

"Kalau nggak mau nyicil Baby Jung, juga nggak mau minum susu, hukumannya aku peluk sampai pagi."




tbc



hai

aku kangen kalian😭

ngerasa nggak sih kalau aku tuh updatenya lama? iya, soalnya aku ngerasa begitu. maaf, ya?

untuk itu mulai sekarang, aku bakal ngepush diriku supaya bisa sering up chapter terbaru💁‍♀️💖💖

oh ya, terima kasih atas 50K readers nya♡
tanpa kalian, Degrees bukan apa-apa 😔💚

segini dulu, aku mao begadangg bcs nyicil tugas heuh 😡



mari kita panen foto (aw)

kenalin, ini preman yang suka keliling di Tanah Abang 💁‍♀️

gosah milih. kalau bisa tiga kenapa harus satu?!



BLUSHING ANJIR DI CIUM JAEHYUN😭👎🏼




"Hana... kamu biasa pake yang mana?" - bapak jung yang bingung ketika disuruh beli pembalut.



see you in next chapter.

jangan lupa vote yaw ᴗ͈ˬᴗ͈

Continue Reading

You'll Also Like

321K 26.6K 38
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
169K 14.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
97.8K 16.7K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
59.3K 5.3K 46
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...