TAS [4] SHANUM (END)

By cesnutboy

4.7K 371 51

THE ANGEL SERIES || SEQUEL OF SENJA [BUKU KEEMPAT DARI NOVEL THE MONSTER] Mereka dua pasang perasaan yang mas... More

Pembuka
Thankful
1| Satu Langkah
2| Apa Kabar?
3| Rehat
4 | Kejutan
5 | Dipeluk Fajar
6 | Menjauh Dari Garis Orbit
7| Runtuh & Halu
8| Hancur Dalam 360 Detik
9| Kode Etik Semesta
10| Tolong Temani!
12| Genggam Tangan
13| Senja Kembali
14| Dipeluk Oleh Kau Yang Lain
15| Rasa Terbakar Jadi Abu
16| Berpulang Atau Berpaling?
17| Kopi Dan Legenda
18| Tamu Itu Pamit
19| Sesuatu Di Jogja
20| Kita Tiba Di Seribu Candi
21| Kukorek Rindu Di Bekas Bibirmu
22| Tidak Pernah Jadi Apa-Apa
23| Peluk Untuk 360 Jam Yang Terlewat
24| Kejutan Di Alun-Alun Kota
25| Berakhir Di Jogja Dengan Istimewa
TAMAT

11| Yang Sebenarnya

106 10 0
By cesnutboy

NOW PLAYING_KAMU JAHAT_GEISHA

SELAMAT MEMBACA TAS [4] SHANUM

CHAPTER SEBELAS | YANG SEBENARNYA

Tidak semua yang nampak itu benar dan jelas adanya. Tidak semua yang tersembunyi tidak akan diketahui. Dan perihal rasa pasti akan jujur endingnya meski terpaksa

***

Untuk malam ini Ndaru dan Bagas duduk di luar, menikmati udara malam sambil mengasap. Nikotin yang membuat mereka melupakan beban juga mengungkap kebenaran. Beberapa hari ini waktu mereka sering dicuri oleh salah satu makhluk Tuhan. Kehadiran perempuan itu selama di kontrakan terasa hangat dan menarik.

"Gas, lo udah mulai suka sama cewek itu?"

Bagas melirik Ndaru. Matanya menyipit, "Cewek yang mana?"

"Kaya cewek lo banyak aja. Yang gue maksud Shanum," ujar Ndaru to the point disertai kekehan ringan.

"Oh, nggak juga!" balas Bagas menginjak putung rokoknya. Menghenbuskan sisa asap di mulutnya, "Dia itu... Wait, lo mau deketin dia?" Tanya Bagas tahu maksud Ndaru.

"Kalo lo nggak keberatan. Soalnya gue liat dia beda dari cewek lain. Bikin gue penasaran,"

"Enak aja! Apa kabar sama masa lalu lo?" Tanya Bagas, jarinya menunjuk dada teman lawannya.

Ndaru dan masa lalunya tertutup tetapi hingga saat ini belum juga dia lupakan; entah terlalu indah atau terlalu menyakitkan. Ada masa yang Ndaru ingin ulang waktu itu, tetapi waktu sudah berjalan ke depan--jauh dari masa lalu. Ndaru tidak bisa apa-apa selain melepaskan tapi hatinya belum juga mengikhlaskan.

"Apa bedanya sama lo, Cuk?" Ndaru balik menimpali Bagas. Menanyakan pertanyaan yang sama.

"Setidaknya gue lebih manusiawi. Gue cuma pengen bantu dia," ungkap Bagas menyulut lagi nikotin yang ada.

"Serah lu, Cuk!" Seru Ndaru mengendikkan bahu, menghisap lagi nikotin tersebut sesaat sebelum kembali bertanya, "Lo care karena lo ada rasa atau sejatinya itu cuma buat tugas analisa lo?"

Bagas menghela napas berat, "Awalnya buat tugas analisis gue tapi makin lama gue ngelanggar kode etik psikolog karena mungkin gue mulai peduli sama dia."

"Keadaan dia lagi depresi sampai tubuhnya melemah. Jadi, please jangan lo buat mainan tuh cewek! Kasihan!" Mata Bagas benar-benar berbinar, nada suaranya juga terlihat memohon.

Cowok itu mendengarkan sahabatnya. Mungkin Bagas juga tidak salah, mungkin waktunya yang salah. Bagas itu sebenarnya care sama orang, lebih peduli ketimbang dia sendiri. Bagas berani mengambil tindakan sedangkan dia hanya diam sambil memberikan beberapa kata penenang. Dan sepertinya dia tidak bisa memainkan gadis itu--gadis yang mudah sekali rapuh.

"Padahal menarik tapi sayang nggak bisa gue mainin. Menurut lo gue harus mainin apa biar lekas move on?" Ndaru bertanya lagi ke Bagas agar mendapat pencerahan.

"Lama lama gue pikir lu dah gila cuk, ke RSJ aja dah daripada nyampah," jawab Bagas malas. Seribu saran juga tidak mempan bikin Ndaru move on dari cewek di masa lalunya.

"Kampreet lu bocah!" Seru Ndaru hendak melemparkan topinya ke Bagas. Tapi cowok itu sudah lari lebih dulu.

Kalau diinget terus masa lalu nggak akan ngerubah apapun di masa depan. Kalau diinget luka dan penyesalan yang ada dibelakang, itu juga yang menghanbat. Masih suka stuck di masa lalu baik orang-orangnya, duka. dan bahagaianya. Padahal udah tau yang berlalu nggak bisa diulang lagi atau diperbaiki.

***

Dalam mata terpejam dia susah tidur malam itu meski lampu temaran. Dia masih kepikiran beban hidupnya. Malam saat yang kejam, dimana semua lelah membentuk cambuk tapi malam tahu itu waktunya untuk istirahat. Setelah berkelana jauh ke masa lalu atau mengingat kegagalan hari ini. Waktunya untuk rehat, meluruhkan segala beban.

Tapi gadis itu tidak bisa tidur lebih awal malam ini. Matanya menelusuri tiap jengkal ruangan kecil itu. Sebuah rak yang diisi beberapa buku menarik perhatiannya. Dia menegakkan tubuh, jarinya menyusuri setiap judul yang tertera. Dia mengambil sebuah novel dengan sampul biru, satu buku lain jatuh kala diambilnya novel itu.

"Ini kan buku gue kenapa ada di Bagas?" Shanum bingung antara tidak percaya, senang, sekaligus bertanya-tanya perihal hilangnya buku itu.

Jurnal bukunya manusia senja akhirnya dia temukan di rak Bagas. Dia mengingat-ingat lagi momen dimana dia kehilangan buku tersebut. Tapi untuk apa Bagas menyembunyikan bukunya? Otaknya menunjuk cowok itu sebagai pelaku utamanya. Shanum bangkit dan mencari keberadaan Bagas. Dan dia menemukan Bagas sedang berbincang dengan Ndaru.

Langkah gadis itu terhenti saat akan berbalik sebab mendengar mereka menyebut tentangnya. Shanum diam di sana sambil memasang telinga. Dia mendengar semua dengan jelas. Ada yang menusuk dadanya saat ini. Meski tidak ada wujudnya tapi rasanya mendadak sakit. Sakit sekali.

"Sye, lo kenapa di luar?" tanya Bagas menemukan gadis yang semula di kamar malah berada di luar.

Bagas menyisihkan helai rambut Shanum. Terlihat wajah cantik itu basah oleh air mata, "Kenapa nangis? Siapa yang bikin lo nangis, Sye?"

"Elo!" tandasnya, menunjuk muka lelaki itu. Shanum kembali mengulangi kalimatnya lebih lengkap, "Yang bikin gue nangis elo! Lo jahat, Gas!"

Tapi cowok itu merasa tidak ada yang salah. Tidak ada hal salah dan jahat yang dia perbuat ke gadis itu. Dia masih tidak mengerti. Sampai sebuah buku hitam yang coba dia sembunyikan kini ada di tangan gadis itu.

"Sye, gue bisa jelasin!" elaknya menarik tangan gadis itu saat hendak masuk.

"Apa? Jadi lo sama temen lo berdua main-main sama gue?" Nada Shanum meninggi.

lagi-lgi Bagas menahan, "Sye dengerin dulu,"

"Gue udah denger senuanya. Udah jelas. Gue pikir kalian bener-bener baik tapi ternyata ada maksudnya." Jelas gadis itu menyentak tangan Bagas.

Dia menatap tajam Bagas yang membeku terdiam seolah mengakui pembicaraan itu benar adanya. Bagas tertangkap basah dan dia tidak punya alasan untuk membela diri.

Gadis itu berhenti melangkah dan kembali berujar, "Dan satu hal lagi kenapa buku gue ada di lo? Katanya lo nggak tahu,"

Cowok itu tampak menghela napas berat dan berbalik arah menghadap gadis itu. Kepalanya tertunduk tapi perasaannya jelas kacau. Semesta seakan memang membantunya saat itu. Tugas-tugas sulit yang menyita waktu serta otak, yang selalu minta revisi setiap saat. Sampai akhirnya Shanum muncul dan menariknya lebih dekat.

"Oke, gue jujur! Gue nemuin buku lo habis kita tabrakan. Pas mau gue balikin, sempet gue baca dan gue tertarik. Jadi gue simpan sampe waktunya tepat buat balikin," ungkap Bagas panjang lebar.

Plaakk!!

Sebuah tamparan mendarat teoat di pipi cowok itu. Cowok itu memegang pipinya yang memerah panas. Dia tidak menyangka gadis itu akan berani melakukannya. Wajah gadis itu memerah marah disertai air mata.

"Lo kurang ajar. Menelisik luka dan tertarik sama orang bermasalah kaya gue buat ngisi tugas lo," ujarnya di sela-sela tangisnya.

"Syee.." panggil Bagas menghentikan langkah gadis itu yang menjauh.

Ndaru yang semula menikmati udara malam beralih pada perdebatan dua orang tersebut. Selepas Shanum pergi, cowok itu menepuk pundak Bagas

"Udaahh!"

"Tapi kasihan kalo ada apa-apa gimana?" Kekhawatiran tampak nyata dari suara dan ekspresi Bagas.

Ndaru bertanya prihatin, "Emang lo bisa apa?"

Bagas tidak bisa apa-apa, dia juga bukan siapa-siapa. Tapi dia juga berat membiarkan gadis itu pergi begitu saja dengan rasa kecewa yang dalam dan kondisi yang tidak sedang baik-baik saja. Bagas merasa menjadi tokoh penting dalam cerita ini--terutama hidup gadis itu. Meski tindakannya tidak bisa dibenarkan--membuat lakonnya terhenti menuju lembar selanjutnya.

***

Bumi itu ramai tapi terasa sepi. Banyak yang pergi silih berganti--satu per satu. Dan fase terberat itulah yang Shanum hadapi. Pertama, senja yamg pergi. Membawa rasa dan harapan yang masih menggantung tidak pasti. Kedua, dia kehilangan Gama sebagai sahabatnya. Dan yang ketiga, konflik keluarga. Keempat, dia dipermainkan oleh tamu yang semesta datangkan. 

"Tuhan, tamu yang kupikir baik ternyata brengsek," katanya di sela isakannya.

"Bumi mulai sepi termasuk hidup. Semua orang yang berharga satu per satu pergi jauh. Nggak ada siapapun yang tinggal,"

"Lalu untuk apa shanum masih hidup? Kalau hanya untuk merasa buruk dan terluka?" Tanya Shanum merasa tidak berharag lagi untuk hidup.

Sekarang dia ada di jalanan kota di malam hari. Perempuan kacau yang sendirian. Dia merasa sendiri di antara ramai. Dia merasa senyap meski dilingkupi kebisingan. Mungkin depresi bisa saja membuatnya melakukan hal buruk seperti loncat dari jembatan atau menghadang kendaraan di tengah jalan karena bosan hidup. Tapi Shanum tidak mau mati sia-sia, lalu arwahnya terjerat di bumi tersiksa.

Jika dibiarkan mungkin lama-lama dia juga bisa gila seperti orang gila yang kemarin ditemuinya.

"Gue pengen ngelukis!" Gumamnya berhenti tempat halte bus, mengambil pensil yang dia kantongi dan mulai membuka buku jurnalnya.

Sedangkan di lain sisi Bagas menelpon Qia sembari memacu motornya menyusuri setiap jengkal langkah yang dilewati gadis itu. Sampai dia menemukan gadis itu dan mengikutinya dari jarak 5 meter. Menjaganya dari kejauhan. Menunggu Qia menjemput dan mengajak Shanum pulang.

Gadis itu hanyut dalam setiap gerakan jarinya, lukanya tidak terasa perih. Mungkin sedikit kering.

Qia mendapati sepupunya dari lokasi yang Bagas kirimkan. Gadis mungil itu sampai di lokasi dan melihat sepupunya di sana dalam kondisi kacau. Qia menahan tangisnya, dia sedih melihat Shanum. Bahkan sebagai sepupu, tidak membuat Shanum terbuka untuk semua perasaan yang dia alami.

"Syee, ayo pulang? Semua khawatir nyari lo? Please, pulang sama gue."

Kalimat Qia membuat Shanum mendongak terkejut. Keduanya saling tatap dalam tangis dan saling memeluk satu sama lain. Suasana malam berubah haru. Alhasil, Qia pelan-pelan bicara dan berhasil membujuk gadis itu pulang. Qia mengode Bagas dengan matanya dan Bagas mengangguk--tugasnya sudah selesai.

"Shanum, kamu kemana saja, Nak?" Alyssa menangis histeris menyambut anak tunggal-nya pulang, begitu juga Akbar.

Gantian Eyang yang memeluk cucu kesayangannya--menatapnya penuh cinta, "Eyang mau minta maaf sempat merusak hubungan kamu dan Senja. Tidak harusnya Eyang memaksakan yang terbaik sesuai keinginan Eyang,"

Air mata dari sang Eyang membuat Shanum dengan legowo memaafkan sebab dia pun tidak mungkin bisa membenci keluarganya. Harapan dia seharusnya semua kebenaran terbongkar sedari dulu sehingga Senja tidak punya alasan untuk meninggalkannya. Tapi dia tahu semuanya sudah terlanjur ibarat nasi sudah jadi bubur.

"Papa sama Mama?" tanya Shanum melihat keduanya malah saling merangkul.

"Baik-baik aja," kata Alyssa membuat Shanum girang bukan main berhambur ke pelukan mereka.

"Dan seharusnya hubungan kamu dan senja juga baik-baik saja," tambah Akbar dibalas seulas senyum dari sang putri.

"Terima kasih Papa sama Mama udah baikan dan nggak cerai. Shanum seneng!" Seru gadis itu bahagia. Dunianya masih utuh setelah badai. Rumahnya tidak jadi porak-poranda.

"Pelaku utamanya sinta perempuan itu. Papa kamu membantu polisi menangkap perempuan itu," Eyang menceritakan kejadian yang tidak Shanum ketahui sejak kepergiannya dari rumah.

Mengusai rasa memang tidak mudah, meruntuhkan sesuatu yang dibangun sedari lama memang sangat mudah tapi memperbaikinya tidak akan semudah menghancurkannya. Itulah pondasi rumah tangga. Akan banyak yang dikorbankan dan berakhir tidak saling membahagiakan satu sama lain.

***

Welcome Gengs!

Gimana menurut kalian? Maaf gue sempet hiatus karena kesibukan kuliah.

Gue berharap kalian sudi baca, vote and comment cerita ini.
Dan jangan lupa mampir ke story TAS lainnya.

Love,

@cesnutboy


Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 75.2K 34
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
4.1M 318K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...