DEGREES ft. Jaehyun

By jaehyunable

829K 85.6K 14.3K

❝ Jangan pernah temui Ella tanpa sepengetahuan saya. ❞ ❝ Loh, memang apa salahnya? Ella anak aku. Bukan, Ella... More

meet the cast 🌃
| 1
| 2
| 3
| 4
| 5
| 6
| 7
| 8
| 9
| 10
| 11
| 12
| 13
- ramadhan edition 💫
| 14
| 15
| 16
| 18
| 19
| 20
| 21
| 22
| 23
| 24
| 25
| 26
i miss y'all ; hope you guys read this :) ♡
| 27
| 28
| 29
| 30
| 31
| 32

| 17

24.5K 2.6K 377
By jaehyunable



Aku terbangun ketika mendengar percikan air yang jatuh menyentuh lantai, kurasa seseorang tengah mandi. Mataku mengerjap, menyesuaikan cahaya matahari yang masuk menembus jendela kamar. Badanku menggeliat beberapa kali. Aku baru sadar, ini adalah pertama kalinya aku terbangun di rumah Jaehyun. Entahlah, aku tak merasakan apapun. Semuanya... terlalu campur aduk. Ada perasaan bahagia karena akhirnya aku bisa lebih dekat dengan Ella putri kecilku, namun juga ada rasa takut dan khawatir akan hari-hari ke depan. Apakah setelah Mami selesai dengan semua urusannya lalu kembali ke luar negeri, apa di saat yang sama aku juga akan kembali ke apartement dan hidup seperti semula?

Hatiku merasa sangat bersalah pada Mami. Apa sebaiknya aku menceritakan apa yang kualami selama ini? Apa mertuaku dapat membantuku untuk keluar dari segala kerumitan yang Jaehyun berikan padaku? Lantas, setelah semua itu, apa keadaannya akan menjadi baik-baik saja?

Aku kembali mengingat perkataanku tempo hari pada Jaehyun. Meminta cerai dan memilih untuk menjalani hidup masing-masing. Namun setelah dipikir lebih dalam lagi, bagaimana nasib Ella nanti? Aku tidak ingin Ella menjadi korban akan gagalnya rumah tanggaku dengan Jaehyun. Gadis itu bahkan tak tahu apa-apa. Ella masih kecil dan ia butuh kasih sayang utuh dari orangtuanya. Aku tidak ingin di masa mendatang, Ella akan menjadi gadis bebas karena semasa kecilnya ia kurang kasih sayang dan perhatian.

Jika begitu, maka jalan satu-satunya adalah berdamai dengan Jaehyun. Aku harus mengumpulkan stok kesabaranku dan mulai untuk berdamai dengannya—dan aku yakin ini tak akan mudah. Jaehyun itu keras, egois, namun di saat bersamaan pria itu ceroboh, labil, dan bodoh—karena sudah bermain dengan perasaanku, dengan rumah tangga kami. Aku harus memakai cara halus agar pria itu luluh dan akhirnya bisa berterus terang padaku tentang alasannya membuat jarak antara diriku dengan Ella.

Dengan adanya Mami di sini, akan ku manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk memperbaiki rumah tanggaku.

Aku memutar badan ketika merasakan pergerakan kecil di sebelahku. Tunggu, Ella tidur bersamaku? Ah, tentu saja Hana. Tidak mungkin Jaehyun tidur di ranjang yang sama denganku. Pria itu mungkin saja senganja memindahkan Ella kemari sedangkan ia sendiri memilih untuk pergi mencari ranjang lain. Atau jangan-jangan... Jaehyun tidur di luar? Di luar dalam artian club? Bersama wanita yang kutemui waktu itu?

Aku menghela napas. Entah mengapa ada rasa kecewa yang menghampiriku ketika menyadari bahwa aku terbangun dan Jaehyun tidak ada di sebelahku. Ini aneh, dan harusnya, perasaan ini tak datang. Apa yang kamu harapkan, Hana? Bukankah berekspetasi yang terlalu tinggi, pada akhirnya hanya akan membuatmu terluka?

Tak ingin semakin larut dalam lamunan, aku mengubah posisiku menjadi duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Tanganku terulur menyentuh wajah Ella yang tertidur pulas. Ia terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Gadis itu memang sempat kehilangan selera makan selama opname membuatku khawatir.

"Oh, sudah bangun?"

Aku menoleh ke asal suara—damn, mataku bertemu dengan mata Jaehyun. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi—and for God sake, tubuhnya hanya tertutupi oleh sebuah handuk yang melilit pinggangnya, membuatku dapat melihat abs dan tubuh tegapnya. Ini gila namun harus kuakui, he damn so hot. Bulir-bulir air yang jatuh dari rambutnya membuat Jaehyun terlihat lebih segar.

Jaehyun bermain mata denganku. "You can strip this anytime," ujarnya sambil menyentuh handuk yang dipakainya. Pria itu tersenyum menggoda. Aku mengerjapkan mata. "Sinting kamu."

Jaehyun tertawa kecil lalu berjalan masuk walk in closet. Pria itu menoleh, "bantu pilihin setelan kerjaku, tolong." Lantas begitu saja, kakiku turun dan berjalan ikut masuk dalam walk in closet itu.

Aku lebih dulu menaruh kemeja putih diatas meja lalu kembali memilih jas yang akan dipakainya. Jaehyun berdiri membelakangiku—jangan tanya apa yang sedang ia lakukan karena aku pun menahan diri untuk tidak membalik badan—sampai aku mendengar gerakan tangannya yang tengah mengambil kemeja, aku terdiam sebentar sebelum akhirnya menoleh setelah dirasa pria itu sudah berpakaian lengkap.


Sepertinya tinggal di rumah ini aku harus membuat jantungku kuat, supaya tidak lemah saat olahraga jantung dadakan seperti ini. Bagus sekali Hana, kembali melantur. T-tapi astaga, melihat pantulan badan tegap Jaehyun membuat pipiku langsung merona. Ck, seperti perawan saja.

Setelah Jaehyun mengancing kemejanya dengan sempurna, mataku tak sengaja melihat bagian belakangnya yang basah, sepertinya terkena bulir air dari rambut Jaehyun yang masih basah. Aku berinisiatif berjalan membuka koperku, mengambil hair dryer yang kubawa.

"Ganti kemejanya."

Jaehyun menoleh, "hm, kenapa?"

"Belakangnya basah, kena rambut kamu."

"Kamu nyuruh aku buat pake itu?" Ia menunjuk hair dryer yang ada di tanganku. Aku mengangguk.

"Hana, aku nggak bisa pakai begituan." Jaehyun berdecak. Aku memutar bola mataku. "Gausah manja. Tinggal di colok, pencet tombol on, terus arahin ke rambut kamu."

"Ck, ribet. Pakein kalau gitu."

"Dih, nggak mau."

"Hana...."

"Gini doang masa nggak bisa sih? Ella aja bisa."

"Ya kan dia perempuan, Sayang..." Jaehyun memelas.

Cih, Sayang katanya.

Jaehyun membuka kembali kemejanya. Kini pria itu bertelanjang dada. Jaehyun lebih dulu keluar dan duduk di depan meja rias. Dasar, padahal aku belum mengiyakan. Aku berjalan menghampirinya, berdiri di belakangnya yang sudah duduk anteng. Setelah menyambungkan kabel hair dryer dengan stop kontak, aku mengambil handuk kecil untuk mengeringkan lebih dulu rambutnya. Bulir air di rambutnya masih terlalu banyak dan akan memakan waktu bila hanya memakai hair dryer saja.

Entah aku yang terlalu ge-er atau memang sejak tadi Jaehyun memandangku lewat cermin. Sekuat tenaga aku berusaha agar tidak membalas tatapannya. Namun percuma saja karena mataku ini sepertinya sudah terlalu ngebet ingin bertemu dengan manik mata Jaehyun.

Bukannya membalas tatapan Jaehyun, mataku lebih dulu menangkap sesuatu yang aneh pada leherku—sebentar, apa ini?! Aku melepaskan handuk yang kupegang begitu saja lalu mendekatkan wajahku ke depan cermin untuk memeriksa lebih dalam lagi. Aku meraba beberapa bercak merah yang menghiasi leher jenjangku. Sebentar, b-bukankah ini.... kissmark?

Mataku langsung melotot tajam pada Jaehyun yang sedang menatapku lewat cermin. Ia masih memasang wajah datar seolah tak tahu menahu sebab asal bercakan merah di leherku. Bagus sekali, berakting menjadi bodoh, Jung Jaehyun?

Aku mencoba untuk tidak kelepasan, mengingat Ella yang masih tertidur di ranjang. "Kamu gila ya?!" geramku yang kini sudah menghadap padanya.

Alis Jaehyun terangkat sebelah, "ada yang salah?" tanyanya tenang.

Astaga... pria ini benar-benar membuatku kesal. Aku menghembuskan napas keras, "kalau Ella ngeliat ini gimana?!"

"Ya kamu tinggal bilang kalau kita lagi proses menanam sebelum panen adiknya Ella." sahutnya masih dengan nada tenang. "Lagipula, dia sudah liat lebih dulu kok." lanjutnya membuatku melotot. TUH KAN!

Aku semakin jengkel. "Terus kamu bilang apa?!" seruku tak santai. Jaehyun terlihat berpikir—tidak, ia pura-pura berpikir. "Hm, apa ya..." gantungnya. "Aku cuma bilang kalau Bundanya ngerengek minta Baby Jung baru."

"SINTING LO JEPRI!" semburku tanpa pikir panjang. MANA ADA AKU MINTA BEGITUAN?!

Jaehyun menatap tajam. "Language, Jung Hana."

"Language kamu tuh urusin!"

"Kenapa? toh Ella kelihatan excited."

"Terlepas dari respon Ella, yang paling bermasalah di sini tuh kamu! Bisa-bisanya bikin tanda merah kayak gini di saat aku tidur. Aku bisa aja ya laporin kamu ke Komnas Perempuan atas—

"Hana, kita ini suami istri." potong Jaehyun dengan suara lelah.

"Iya aku tau. Tapi bukan berarti aku nggak bisa laporin kamu!"

Jaehyun tertawa kecil. Apaan sih, aku tidak sedang melucu. "Yaudah lapor aja sana. Yang ada nanti malah kamu yang diketawain sama pegawainya, masa suami minta jatah nggak boleh." Ia tersenyum. "Kalau kamu nggak minta aku buat lepasin bra mu juga kissmarknya nggak bakal ada di sana, Hana."

"Dih, siapa juga yang minta lepasin?!" jawabku cepat.

"Jangan pura-pura nggak tahu, ya. Kamu sendiri yang minta aku buat ngelepasin." Jaehyun menatapku dalam. "Untung aku nggak lost control." lanjutnya pelan.

Ah, aku jadi ingat. Jadi yang melepas bra ku Jaehyun? Aduh, kenapa jadi malu begini sih?!

"Y-ya aku pikir Lee Gon yang lepasin," cicitku pelan.

Dahi Jaehyun mengernyit. Matanya kembali menatapku tajam. "Lee Gon siapa? apa dia selingkuhan—damn, jangan bilang kamu lagi marathon drakor?" selidiknya membuatku mengangguk samar. "Kok tau sih?" tanyaku bingung.

"Aku kan suamimu."

"Iki kin siimimi," ejekku mengulang ucapannya. Biar saja, biar dia tahu rasa! Jaehyun amnesia atau gimana, dia lupa apa sebelum-sebelumnya tak pernah terus terang seperti ini kepada orang lain?

"Gitu ya, udah bisa ngeledek sekarang." sindirnya langsung.

"Bodo amat, aku mau mandi."

Aku langsung menjauhi Jaehyun. Kakiku melangkah masuk kedalam kamar mandi, pagi ini aku harus mandi dengan ekstra, memberikan sabun lebih dan menggosok leherku lama, siapa tahu kissmark itu bisa memudar walau sedikit. Aku langsung mengguyur tubuhku, mengabaikan teriakan Jaehyun yang ku tebak masih belum beranjak dari duduknya.

"HANA, PASANGIN DASIKU DULU!"

"PASANG SENDIRI, GAUSAH MANJA!!!"

Lalu tiba-tiba ia mengedor pintu kamar mandi. "Hana please, buka pintunya sebentar terus pasangin dasiku dulu. Ada meeting habis ini!"

Tak memedulikan Jaehyun, aku terus mengusap seluruh badanku dengan gerakan pelan. "Udah sana berangkat, masa yang punya perusahaan datangnya telat." cibirku.

"Hana, buka pintunya sebentar, Sayang..." Jaehyun masih memohon di balik pintu. Biarkan saja. Siapa suruh membuat banyak kissmark di leherku?! Lagipula sehari tanpa memakai dasi juga tidak akan mengurangi kadar ketampanannya.

Aduh, keceplosan.

Aku tak mendengar suaranya lagi. Lalu tanpa rasa bersalah, aku kembali melanjutkan aktivitasku. Aku menggingit bibir, berusaha tak berfantasi bagaimana Jaehyun mengesap leherku tadi malam.

Astaga, Hana mesum!!!


▪︎ ▪︎ ▪︎

Aku keluar dari kamar setelah berpakaian rapi. Kissmark itu tak hilang sama sekali, jadi aku mengambil salah satu sweater turtle neck berwarna cokelat muda milik Jaehyun, di padukan dengan celana training panjang berwarna hitam. Ella masih belum berniat untuk bangun. Gadis itu terlihat sangat pulas dalam tidurnya, membuatku enggan untuk membangunkannya.

Mami terlihat sedang menonton acara televisi ketika aku keluar kamar. Aku berjalan mendekatinya.

"Pagi, Mami."

Mami tersenyum. "Pagi juga, Sayang."

Aku mengedarkan pandanganku, "Jaehyun udah berangkat?"

Mami mengangguk. "Keluar dari kamar mukanya udah di tekuk gitu. Katanya lagi ngambek soalnya kamu nggak mau pasangin dasinya. Terus tadi Mami tawarin buat bantu, eh nggak mau dia." Ia terkekeh. Aku menggerutu, "lagian siapa suruh pagi-pagi udah nyebelin? biarin aja dia meeting tanpa pakai dasi." dengusku kasar.

Mami melepas tawanya. "Lucu banget kalian."

"Masak yuk, Mi." ajakku mengalihkan topik. Mami langsung mengangguk. "Mami punya resep baru, Na," ia bangkit berdiri dan berjalan kearah dapur, aku mengikuti langkahnya dari belakang. "Udah lama Mami pengen eksperimen bikin resep baru sama kamu, eh untunglah sekarang ada waktunya."

Aku dan Mami memang sama-sama memiliki hobi masak. Walau hasil masakanku tak akan seenak milik peserta Masterchef, setidaknya masih layak di makan dan rasanya tak hambar. Dulu setiap hari libur, Mami selalu mengundangku datang ke rumahnya, untuk sekedar mengobrol santai dan diakhiri dengan eksperimen di dapur.

"Loh, kamu belum belanja bulanan?"

Aku meringis ketika Mami membuka kulkas dan melihat hanya ada beberapa butir telur dan dua kotak susu cair berukuran besar. Bukan aku yang belum belanja melainkan Jaehyun, Mami. Coba Mami mampir ke apartementku dan lihat isi kulkasnya, penuh dengan berbagai macam bahan makanan.

"Belum sempat, Mi. Harusnya kemarin jadwal belanja tapi kan aku sama Jaehyun nggak mungkin ninggalin Ella di rumah sakit." Maafkan menantumu ini yang terpaksa berbohong, Mami.

"Oh iya ya, Mami lupa." jawabnya. "Yaudah nanti suruh Jaehyun pulang lebih awal, biar Mami yang jaga Ella. Kamu sama suamimu belanja ya? sekalian Mami mau nitip beberapa bahan buat eksperimen kali ini, hehe." Mami menyengir.

Belanja bulanan dengan Jaehyun? Baiklah, bukan sesuatu yang buruk, kan?

▪︎ ▪︎ ▪︎

Sore hari datang dan aku sedang duduk santai di ruang keluarga bersama Mami. Beliau bercerita banyak hal, dan paling mayoritas tentang Jaehyun. Aku dengan tenang mendengarkan, padahal mulutku sejak tadi sudah ingin menyemburkan makian pada anak laki-lakinya jika saja tak mengingat ada Ella yang sedang bermain rumah Barbie di karpet bawah.

Aku dan Mami sedang tertawa bersama ketika mendengar suara sol sepatu berjalan mendekat. Ah, rupanya Jaehyun. Pria itu menepati ucapannya ketika pagi tadi aku menelponnya untuk pulang lebih awal. Tampilannya berbeda dengan pagi tadi. Jas hitamnya sudah terlepas, kemeja putihnya yang menjadi kusut dengan kedua kancing teratas yang terbuka. Benar, Jaehyun pergi ke kantor tanpa menggunakan dasi.

Ella langsung berlari kedalam pelukan Jaehyun begitu melihat Daddynya yang baru pulang. Jaehyun mengecup dahi, pipi, juga hidung mungil gadis yang berada di rengkuhannya. "Turun dulu sebentar, Sayang."

Ella mengangguk.

Jaehyun mendekati Mami dan mengulurkan tangannya untuk mengambil tangan sang Ibu, mendaratkan kecupan pada punggung tangannya dengan singkat. "Jaehyun pulang."

"Iya, Mami nggak buta kok." candanya membuatku tertawa pelan sedangkan Jaehyun langsung memasang wajah masam.

Jaehyun menatapku dan aku bisa langsung mengartikannya. Dia ingin memulai sandiwaranya? baiklah, dengan senang hati.

Pria itu mengulurkan tangannya dan langsung kusambut, melakukan hal yang sama ssperti yang ia lakukan pada Mami. Lalu tiba-tiba, tanpa persiapan apapun, Jaehyun mengambil tempat di bawahku, berjongkok dan mendaratkan bibirnya pada dahiku dan juga.... bibirku. Astaga!

"Jung..." bisikku tajam. Ia hanya tersenyum.

Jaehyun kembali berdiri. Ia meletakkan jasnya pada pangkuanku. Pria itu melepas jam tangan yang dipakainya dan merongoh kantung celana, mengeluarkan dompet dan ponselnya. Ketiga benda itu ia serahkan begitu saja padaku. "Aku mandi dulu ya."

Dan aku hanya bisa mengangguk. Gagal mencegah semburat rona merah di pipiku.

"Ugh, manis sekali anakku kepada istrinya." goda Mami pelan membuatku salah tingkah. "A-aku mau nyusul Jaehyun dulu, Mi."

Mami tersenyum nakal. "Oh, mau nyusul dia mandi?"

"Mami!"

Tawa Mami lepas. "Mami bercanda, hehe."

Astaga. Ibu dan anak sama saja. Sama-sama tukang menggoda.




tbc






😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏
😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏
😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏
😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏😁😏

KESEL BANGET ANJIR LIAT EMOT ITU SEKARANG

BISA-BISANYA YA LO JEPRI NGE REPLY KEK GITU KE MBAK MELEDAK 😭👎

aku mau panen foto dengan perasaan geram nih 😡

NGADI-NGADI LO JEP PAKE TATTO KEK BEGITU, AKHLAKLESSSSSSSSS 😭😭😭👎


GANTENG PAKE BANGET. TITIK.

dah ya, penutup nih:

kemarin jadi kang galon, sekarang jadi kang tambal ban.

gapapa aku rela kok ban motorku bocor everyday kalo tukang tambal bannya kek gini😃✋



aku bacot bnget gak sih? maaf ya huhuu 😭👎






see you in next chapter.

jangan lupa vote yaw ᴗ͈ˬᴗ͈

Continue Reading

You'll Also Like

48.9K 7.6K 44
Rahasia dibalik semuanya
42.7K 8.7K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
46.9K 3.3K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...