DEGREES ft. Jaehyun

By jaehyunable

829K 85.6K 14.3K

❝ Jangan pernah temui Ella tanpa sepengetahuan saya. ❞ ❝ Loh, memang apa salahnya? Ella anak aku. Bukan, Ella... More

meet the cast 🌃
| 1
| 2
| 3
| 4
| 5
| 6
| 7
| 9
| 10
| 11
| 12
| 13
- ramadhan edition 💫
| 14
| 15
| 16
| 17
| 18
| 19
| 20
| 21
| 22
| 23
| 24
| 25
| 26
i miss y'all ; hope you guys read this :) ♡
| 27
| 28
| 29
| 30
| 31
| 32

| 8

22.8K 2.5K 344
By jaehyunable





Senin pagi berjalan seperti biasa. Kembali bekerja dan berhadapan dengan semua pekerjaan kantor. Kedua tanganku sudah penuh ketika masuk gedung perusahaan. Sebelah tangan kananku menjinjing tas sedangkan tangan kiri memegang sebuah cup berisi teh hangat. Joy berjalan di sampingku, hanya saja ia tak membeli minuman apapun.

Well, setelah apa yang terjadi kemarin, sudah seharusnya aku kembali fokus pada pekerjaanku, menepis pikiran-pikiran di luar jam kerja. Setidaknya itu terjadi sampai mataku menangkap sang bos perusahaan datang bersama sekretarisnya. Huft, melihat wajah Mbak Irene membuatku sedikit kesal. Apakah tempo hari lalu Mbak Irene membohongiku perihal Jo yang melakukan perjalanan bisnis?

"Selamat pagi Pak Johnny," Joy pertama kali menyapa dan membungkuk formal, kemudian matanya beralih pada wanita disebelah Jo, "Pagi Mbak," lanjutnya.

Jo tak membalas, hanya mengangguk. Berbeda dengan Mbak Irene yang melemparkan senyumnya kepada kami. Aku melakukan hal yang sama seperti Joy, membungkuk dan mengucapkan salan formal kepada atasanku. Namun tentu saja dengusan tak suka ini tidak bisa disembunyikan ketika aku melihat Jo. Jika saja Jo bukan atasanku dan saat ini kami tidak sedang berada di kantor, aku tak bisa menjamin jika pria itu pulang dengan selamat.

"Aura Hana seperti akan mencekik saya," Jo membuka suara. Heh, dia mancing aku untuk ribut apa gimana?! Wajah sangarnya terkesan sedang mengejekku. "Ini masih pagi, Hana. Jangan ajak saya perang mulut." ucapnya sambil terkekeh.

Aku mendengus. Memilih untuk mengabaikan omong kosongnya. Mbak Irene tertawa kecil, sedangkan Joy hanya tersenyum masam. Jo berdeham sebentar sebelum kembali bersua. "Jam sepuluh ada rapat, materinya nanti dikirim lewat email sama Irene. Kalian—" Jo menunjukku dan Joy secara bergantian. "—dan Chanyeol bakal ikut. So, persiapin dengan mateng semuanya."

"Baik, Pak." Joy sumringah, sementara aku berdecak. Jo dan Mbak Irene berlalu dan menaiki lift khusus dan langsung menuju lantai tertinggi, lantai 35. Sebenarnya aku dan Joy bisa saja memakai lift itu—toh ruang divisi kami hanya berbeda empat lantai dibawahnya, Jo juga tidak keberatan lift nya dipakai pegawai lain. Namun tentu saja kami masih memiliki rasa hormat pada atasan.

"Mas Chanyeol nanti kita bertiga rapat!"

Baru saja menginjakkan kaki masuk ke ruangan, Joy sudah berteriak heboh. Untung saja kami—pegawai yang satu ruangan dengannya—sudah terbiasa dengan sikap bar bar Joy.

Mas Chanyeol tengah menyesap kopinya dengan nikmat, "Lo kenapa excited banget sih tiap kali ikut rapat? heran gue," tanyanya.

Sambil berjalan ke kubikel, Joy tertawa ringan. "Siapa tau salah satu rekan kerja pak Johnny adalah jodoh gue."

Mas Chanyeol berdecih.

Memasuki jam efektif kerja, kami mulai sibuk pada pekerjaan masing-masing. Hanya terdengar suara ketikan, playlist yang diputar Yeri—ia tak memakai earphone, juga kecapan mulut Lucas yang sedang memakan keripik kentang. Mendengar suara renyahnya keripik kentang yang beradu dengan giginya, membuat perutku berbunyi. Tadi pagi aku memang tak sempat untuk membuat sarapan.

Tidak tahan menahan perutku yang terus demo ingin segera diisi, aku berjalan keluar ruangan menuju dapur kantor. Sebenarnya ada banyak makanan yang tersedia di pantry, hanya saja letaknya berada di lantai dasar. Aku memilih pergi ke dapur karena letaknya hanya berjarak dua lantai dengan ruanganku.


Dapur terlihat sepi saat aku masuk. Cahaya matahari yang terik masuk melewati jendela membuat ruangan ini terlihat lebih terang. Aku melirik jam tangan sebentar, sepertinya aku masih memiliki banyak waktu sebelum rapat. Dengan segera ku keluarkan panci, mengisinya dengan air, dan menyalakan kompor. Jo selalu menyetok segala macam mie instan, jadi kupikir sarapan dengan dua bungkus mie instan sepertinya cukup untuk mengganjal perut sebelum jam makan siang.

Aku menoleh ketika mendegar suara handle pintu dibuka. Jantungku berhenti seketika. Sedang apa Jaehyun berada di kantorku? Maksudnya—kantornya Jo? atau mungkin... perusahaannya yang akan rapat dengan kami nanti?

Aku membisu dan tak melakukan apapun ketika langkahnya masuk. Aku sibuk mengatur detak jantungku agar kembali normal. Ingatanku kembali pada malam itu. Bentakannya, air mataku, hingga diakhiri dengan ciuman Jaehyun yang sudah lama tak kurasakan. Tidak benar-benar berakhir di sana, sebenarnya. Aku masih ingat dengan jelas saat Jaehyun membawaku ku kamar dan menjatuhkanku ke ranjang. Ciuman itu tak terlepas, Jaehyun mengulum bibirku dengan handal sampai aku lupa diri. Setelah itu sudah. Yang kuingat samar hanya sebuah kecupan terakhir yang ia daratkan pada dahiku, sebelum akhirnya berlirih, "Don't ever say divorce to me, Hana. because I will not let that happen."

Tidak, tidak mungkin Jaehyun mengucapkan hal seperti itu. Mungkin itu hanyalah satu dari sekian bunga tidurku. Malam itu aku lelah, jadi wajar saja jika aku memimpikan hal-hal yang mustahil.

Bulu kudukku meremang ketika Jaehyun berdiri tepat di belakangku yang sedang membuka kemasan bumbu. Pria itu mengulurkan tangannya, mematikan api kompor yang sedang merebus mie. Tak terima, aku kembali menyalakan kompor itu dan Jaehyun lagi-lagi mematikan kompornya.

Aku barbalik, hendak mengeluarkan semua caci makiku terhadapnya ketika Jaehyun dengan cepat merengkuhku dari belakang. Wajahnya tenggelam dalam ceruk leherku membuatku bisa merasakan deru napasnya seperi orang lelah.

Tidak Hana, jangan biarkan ia berulah lagi.

"Lepas." titahku sambil menarik kedua lengannya yang melingkari pingganggku. Bukannya melepas, Jaehyun malah mempererat pelukannya.

Jangan jadi Hana yang lemah.

"Lepas, Jung Jaehyun."

"Aku cuma mau peluk kamu, Jung Hana."

Apa-apaan dia. Ingatannya hilang hingga ia lupa pertengkaran kami di apartemenku kemarin? Dia pikir dia siapa bisa dengan mudahnya tarik ulur diriku seperti ini?

Berusaha tenaga menguraikan pelukannya dan berhasil, bahkan Jaehyun sampai mundur. Aku berbalik, menatapnya murka, lalu tanpa kusangka, tanganku melayang kearah pipinya.

Aku menampar Jaehyun.

Pria terlihat terkejut, namun aku tak peduli. Melangkahkan kaki keluar, aku meninggalkan dapur, juga mie yang sedang kumasak. Ah, aku juga meninggalkan Jaehyun dengan pipi merahnya.

Tunggu, aku tidak keterlaluan, kan?






•••



Selama rapat berlangsung, aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak melirik Jaehyun. Aku sangat bisa merasakan bahwa ada sepasang mata yang mengawasiku sejak tadi, namun aku mencoba untuk tak menggubrisnya. Biarkan saja.

Dia maunya apa sih?

Rapat berakhir lima menit kemudian. Kami mendahulukan para pegawai perusahaan Jaehyun untuk meninggalkan ruangan terlebih dahulu. Aku dan Joy merenggangkan otot kami yang rasanya pegal. Duduk selama hampir tiga jam membuat bokongku rasanya mati rasa. Mas Chanyeol lebih parah, ia menarik kursi kosong disebelahnya, lalu dengan santai melonjorkan kakinya di atas sana. Untunglah Jo dan Mbak Irene sudah keluar. Jadi kami bertiga bisa bebas duduk dengan gaya apapun.

"Makan yuk." Karena kehadiran Jaehyun di dapur tadi, aku jadi batal untuk mengganjal perutku dengan mie instan. Untung saja Yeri membawa dua bungkus roti sisir. Ia memberikan kepadaku satu beserta minum sebagai permintaan maaf karena aku harus mengerjakan pekerjaan dua kali lipat saat Yeri tak masuk kemarin.

Sambil memejamkan mata, Mas Chanyeol menjawab, "Makan noh sama suami lo."

Aku melotot, langsung menendang kursinya sehingga membuat ia terdorong. "Mulut lo mulut dajjal ya Mas,"

"Loh, suami lo ikut rapat? berarti dia kerja di Jung Corp? Yang mana, Han?" Joy bertanya bertubi-tubi membuatku mendengus kesal. Dasar duda brengsek. Padahal kemarin aku sudah menghubungi Mas Chanyeol untuk tidak membahas kejadian di basement saat di kantor, juga tentang fakta Jaehyun adalah suamiku.

"Ngibul tuh si duda,"

"HEH MULUT LO HAN NGATAIN GUE DUDA MULU!"

Aku beranjak dari kursi, merapikan setelanku dan berjalan mendekati pintu. "Kalo masih mau gibahin gue di sana, kalian nggak gue traktir makan siang."

"ENGGAK HAN ASTAGA GUE GAK NIAT GIBAHIN ELO!" Joy langsung tergopoh berlari menyusulku, dibelakangnya Mas Chanyeol juga ikut membuntuti.

Dompet masih tebal, jadi kupikir tak masalah jika mentraktir mereka makan siang. Joy masih cukup tahu diri untuk memesan makanan, walau Mas Chanyeol terkadang suka lupa diri. Asal ada label gratis, maka ia selalu maju paling depan.

Kami berjalan beriringan keluar gedung, dan untungnya aku tidak pas-pasan dengan rombongan pegawai perusahaan Jaehyun. Apalagi ada Mas Chanyeol di sini dengan mulut embernya. Ngeselin banget.

Hanya butuh berjalan sepuluh menit, kami sudah tiba di salah satu tempat makan yang sering aku kunjungi. Tempatnya nyaman, tersadat saung yang mengelilingi ruangan. Saung itu diberi pemisah setiap tiga meternya, biasanya tempat ini dijadikan sebagai tempat makan keluarga.

Setelah memesan makanan, kami mulai berbincang mengenai isi rapat tadi—dibumbui dengan cerita Joy yang tertarik pada sekretaris Jaehyun, Sungjae namanya. Wanita itu dengan senang bercerita bahwa beberapa kali ia dan Sungjae melakukan kontak mata. Aku meladeni cerita Joy dengan santai, sementara Mas Chanyeol seperti biasa mengeluarkan semua cibiran salty-nya.

"Tapi daripada ngeliat pak Sungjae, gue lebih tertarik sama satu hal," Joy menjeda ucapannya, membuatku dan Mas Chanyeol mulai memberikan respon serius.

"Di jari manis pak Jaehyun ada cincinnya. Jadi dia udah nikah, ya?"

Aku menegakkan punggungku.

Joy... tak salah lihat, 'kan?









tbc




sebelum tidur enaknya ngehaluin siapa ya?




bonus:

gantengnya maruk sekali bapak ini



kubikel di divisinya Hana:

cr: pinterest

tiap liat foto nyai irene selalu langsung ngerasa gagal gue sebagai cewek 😩

















see you in next chapter.

jangan lupa vote yaw ᴗ͈ˬᴗ͈

Continue Reading

You'll Also Like

127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
169K 14.3K 25
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
456K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
310K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...