My Key

By prmstrgt

423K 20.8K 1.9K

[COMPLETED] (Sebelum membaca cerita ini, mohon baca dulu cerita sebelumnya yang berjudul Hi, Darrel agar paha... More

Prolog
1. Terlalu Dekat
2. Pertemuan
3. Kamu Bukan Dia
4. Orang yang Salah
5. Kenangan
6. Hal Penting
7. Kembali Lagi
8. Datang
9. Kenapa Tau?
10. Bertemu Lagi
11. Coba Dulu
12. Pesan Itu
13. Siapa Dia
14. Jadian
15. Pendekatan
16. Cuma Teman
17. Pengakuan
18. Kasih Alasan
19. Baik Lagi
20. Berjodoh
21. Pertemuan Tak Terduga
22. Kekecawaan
23. Pertama Kalinya
24. Alasan Menjauh
25. Sebatas Teman
26. Perhatian
27. Kali Ini Benar
28. Janji
29. Siapa yang Suka?
30. Asal Mau Ikhlas
31. Jangan Memaksa
32. Move On
33. Simpan Air Mata
34. Cari Tau
35. Truth or Dare
36. Simulasi
37. Rapat Paripurna
39. Mau Membantu
40. Hari Kelulusan
41. Menyadarkan
42. Sial
43. Jangan Kecewa Lagi
44. Usaha Lagi
45. Hilang
46. Satu Malam Indah
47. Cemburu
48. Penyelamat
49. Coba Ingat
50. Lebih Sayang
51. Bukan Dia
52. Lebih Baik Gini
53. Kenyataan
54. Kembalikan
55. Aku Dapat
56. Hari Bahagia
57. Kejar Dia
58. Kenapa Sekarang?
Epilog
INFO!!!!

38. Sayatan Baru

4.6K 282 15
By prmstrgt

Bagian 38
Selamat Membaca

Key turun dari ojek online di depan sebuah minimarket tempat dia dan teman-temannya berjanjian. Entah kenapa Zahra menyuruhnya  menunggu disana sebelum melancarkan aksi mereka.

Key merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena helm dan terpaan angin. Beruntung hari ini tak terlalu panas, jadi Key bisa menunggu teman-temannya tanpa rasa kepanasan.

“Nih orang pada kemana sih. Tadi nyuruh cepet-cepet, malah mereka yang nggak dateng-dateng.” Gumamnya kesal.

Key berjalan masuk kedalam minimarket untuk membeli minuman. Lalu kembali lagi duduk di kursi yang tersedia tak jauh dari minimarket itu.

Key sibuk dengan ponselnya sampai tak menyadari seseorang berjalan kearahnya.

“Lagi ngapain disini sendirian?” sapa seseorang itu.

Key segera mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang itu.

“Seam?”

Seam langsung duduk di kursi yang ada di depan Key.

“Lo ngapain disini?” tanya Key.

Seam mengangkat satu alisnya. “Tadi cuma mampir buat beli minum. Terus lihat lo disini.” Jelasnya.

Key mengangguk mengerti.

“Gimana ujiannya? Lancar?” tanya Seam mencari topik baru.

Key mengangguk. “Alhamdulillah.”

Seam pun mengangguk. Ia juga sudah menyelesaikan ujian nasional di waktu yang sama seperti sekolah Key. “Rencana mau kuliah di mana?” tanya Seam.

Key jadi teringat dengan Papa nya yang memintanya untuk melanjutkan kuliah di London, jelas Key tidak mau. Dia ingin kuliah di Indonesia saja.

“Rencananya disini-sini aja sih.” Jawabnya.

“Kalau lo?” tanya Key.

“Gue dari dulu udah punya rencana mau kuliah di Singapur sih. Udah punya planning sama temen dulu.” Jawabnya. Matanya seperti menerawang kebelakang.

“Mantan lebih tepatnya.” Ucapnya remeh.

Key sedikit kaget dengan penuturan Seam itu. Sepertinya ia punya masalalu yang kurang menyenangkan dengan orang yang di sebut mantan itu.

Seam kembali menoleh pada Key yang terlihat kikuk dengan suasana saat itu. “Udah kali, biasa aja. Toh udah jadi mantan. Yang terpenting sekarang tuh, cari orang yang bisa ngisi masa depan.” Tuturnya.

Key mengulas senyumnya. Terbesit rasa nyaman saat berdialog dengan Seam yang menurutnya adalah sosok yang memang pas dengan Key. Yang bisa memahami keadaan dan situasi saat dengannya.

“Hai Key!!”

Key dan Seam langsung menoleh pada dua perempuan yang berhambur kearahnya. Jangan lupakan seorang laki-laki yang berjalan santai di belakang mereka.

Fara dan Zahra langsung diam saat sudah berdiri di antara Key dan Seam.

Zahra menunjuk Seam dengan jari telunjuknya. “Ini-”

“Gue Seam.” Seam langsung memotong ucapan Zahra lalu berdiri untuk memperkenalkan diri.

Zahra dan Fara secara bergantian menerima jabat tangan Seam dan menyebutkan nama masing-masing.

Terkecuali Farrel yang acuh tak mau tau, dan malah sibuk dengan ponselnya. Dasar batu!

“Gue duluan.” Pamit Seam.

Mereka mengangguk mengiyakan.

Saat Seam melangkahkan kakinya, Seam dan Farrel saling adu pandang untuk waktu yang singkat. Seam terlihat sedikit aneh dengan Farrel, namun ia segera menepis segala pemikirannya.

Farrel ikut duduk diantara ketiga cewek itu. Tatapannya tertuju pada Key.

“Kalau udah ada pacar ngapain masih ngarepin mantan?” celetuk Farrel. Tentu saja ditujukan pada Key.

“Tajem bener tuh mulut.” Cerca Zahra yang duduk di sebelah Farrel.

“Kalau nggak tau nggak usah sok tau!” protes Key tak terima. Enak saja ia di klaim seakan-akan ia suka bergonta-ganti pasangan.

Farrel hanya acuh. Kenapa juga ia jadi peduli dengan kelangsungan hubungan Key dan saudara kembarnya itu?

Key jadi malas jika harus berpartner dengan Farrel. Bisa-bisa ia stress berkelanjutan.

Fara melerai keduanya. “Udah-udah. Sekarang kita susun strateginya.” Ucapnya.

Akhirnya mereka mengangguk setuju. Menunda-nunda pekerjaan bukanlah suatu hal yang baik. Apalagi pekerjaan yang menyangku hati.

“Key, lo ketemu Reksa dimana?” tanya Zahra.

“Rumah Sakit Permata.” Jawabnya.

“Apa kita coba kesana aja supaya ketemu sama dia?” tanya Fara.

Farrel ikut angkat bicara. “Yakali orang sakit setiap hari.” Celetuknya.

Mereka bertiga langsung menatap kearah Farrel. Zahra dan Fara membenarkan perkataan Farrel namun tidak dengan Key.

“Nggak ada salahnya kalau di coba!” ucapnya mantap.

Farrel mengangkat satu alisnya. Heran dengan sikap gigih perempuan satu itu.

Setelah pertimbangan yang cukup, akhirnya mereka menyetujui usulan Key untuk pergi ke rumah sakit tempat ia bertemu dengan Reksa.

***

Mereka turun dari mobil Farrel. Selama perjalanan tadi mereka sudah memikirkan strategi saat bertemu Reksa.

“Oke, sekarang lo jalan sama Farrel, gue sama Fara ngikutin lo dari belakang. Tapi kita pura-pura nggak kenal.” Jelas Zahra.

Key mengangguk. “Lo nggak punya kalimat lain selain itu, apa? Lo udah bilang itu berkali-kali. Udah hafal gue!” ketus Farrel.

Zahra berdecak kesal. Kalau Farrel adalah Darrel, sudah tentu Zahra akan mengajaknya baku hantam saat itu juga.

Mereka langsung melancarkan aksinya. Key dan Farrel berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit.

“Sebenernya lo tau tempatnya nggak sih?” tanya Farrel yang mulai kesal.

Key menghela napas. “Ya sabar! Dua kali gue lihat orang itu masuk ke ruangan dokter itu.” Key menunjuk kearah sebuah ruangan.

“Terus?” tanya Farrel menoleh menghadap key.

“Ya kita tunggu di depan sana.” Jawab Key. Ia enggan mendongak hanya sekedar menatap Farrel.

Farrel hanya mengikut saja. Mereka duduk di depan ruangan itu dengan perasaan bosan karena mereka saling bungkam.

Saking lama menunggu, Key sampai sudah berkali-kali mengubah posisinya menjadi berdiri, duduk kembali, melihat kearah luar, dan mengulanginya lagi.

Sedangkan cowok yang saat itu  bersamanya, hanya duduk dan bermain game di ponselnya. Tanpa sesekalipun meruah posisi duduknya walau hanya sekedar bergeser sedikit.

Ponsel Key berdering, sebuah panggilan telepon terpampang di layar ponselnya.

“Halo, Ren? Kenapa?” tanya Key langsung.

Lagi dimana?” tanya Reno di seberang sana.

Key diam sebentar, mencari alasan agar Reno tidak curiga. “Ini lagi nemenin Mama belanja.” Jelas ia berbohong.

Reno pun terdiam, “Oh, yaudah salam buat tante. Hati-hati.” Ucapnya.

Key menghembuskan napasnya lega saat sambungan telepon itu terputus. Untung Reno tidak bertanya yang lebih bertele-tele.

Saat ingin kembali duduk, ternyata Farrel sudah berdiri di belakangnya sedari tadi.

Key berjingkat kaget melihat Farrel yang berdiri di depannya.

“Udah mau sore, gue mau pulang. Urusan gue banyak.” Ucapnya.

Key mendongak, lalu kembali menunduk lemas. “Yaudah ayo pulang aja deh. Nggak jodoh kayaknya.” Ucapnya putus asa.

Farrel dapat melihat jelas semburat kekecewaan pada raut wajah Key. Sebenarnya ia juga tidak tega. Tapi ia sudah janji dengan kekasihnya, karena Farrel adalah orang yang selalu tepat pada janjinya.

Mereka berjalan keluar rumah sakit. Diikuti Zahra dan Fara di belakangnya.

Fara menarik lengan Zahra saat matanya mendapati seseorang yang sangat taka sing baginya sedang turun dari sebuah mobil.

“Apasih Ra?” tanya Zahra kesal.

Fara menunjuk kesebuah arah. “Itu Darrel!” pekiknya. Farrel dan Key ikut menoleh.

“Nah! Buruan samperin!” Zahra mendorong punggung Farrel dan Key.

Orang itu berjalan mendekat kearah Farrel dan Key. Sebenarnya bukan kearah mereka, hanya saja mereka berdiri di depan pintu masuk rumah sakit.

Orang itu menghentikan langkahnya saat melihat laki-laki yang sangat mirip dengannya. Lalu menoleh malas pada Key yang menatapnya penuh harap.

Ck. Lo lagi. Gue bilang, gue itu Reksa bukan cowok yang lo kenal!” terangnya. Ia malas disama-samakan dengan seseorang yang jelas ia tak kenal.

Farrel sedikit terkejut dengan penuturan orang di depannya. Sungguh bukan seperti saudara kembarnya yang ia kenal. Walaupun mereka jarang sekali bertemu, tapi Farrel cukup mengenal seperti apa saudara kembarnya itu.

Farrel juga melirik tanda lahir yang ada di tangan kiri orang itu.

“Lo tau gue nggak suka becanda. Udah lo nggak usah becandain gue!” ketus Farrel. Ia berpikir kalau Darrel sedang berusaha melawak di depannya.

“Nih satu lagi orag. Nggak jelas semua!” Reksa berdecih lalu segera meninggalkan kedua orang asing itu. Jangan lupakan, lengannya yang tak sengaja menabrak pundak Key cukup keras.

Sayatan baru, terukir lagi. Tentu saja, tidak dianggap jauh lebih sakit dari pada menjadi pelarian.

Bersambung....

Selamat malam minggu gais!!
Selamat ambyar bareng-bareng wkwk

Ayo vote sama commentnya yang banyak biar makin semangat!

Follow instagramku
_pramestiregitaa

See u!

Continue Reading

You'll Also Like

116K 10.6K 37
By. Saltedcakes_ NOTE : Aku gak menyarankan kalian buat baca story yang ini dulu ya. Karena bener bener masih berantakan banget, belum aku revisi. Ja...
226 64 11
Tentunya kita pasti pernah punya dan merasakan kehadiran sahabat. Suka duka dilewati bersama, tapi setelah beberapa bulan atau tahun, hubungan jadi b...
842K 69.6K 49
"Nah kalo misalnya kita lagi jalan, dan kita ketemu tai, lo mau bagi dua gak sama gue?" tanya Geri "Pertanyaan bodoh macam apa itu Ger?" "Udah jawab...
11.8M 737K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...