My Bastard CEO [S1 Geofrey] R...

By skyredevil

1M 27K 433

The First Series Of Geofrey ••• ALICE AMALIA ALISON, dia tidak mengira bahwa kejadian yang menurutnya sial me... More

°Introduce The Character°
Bab 01
Bab 02
Bab 03
Bab 04
Bab 05
Bab 06
Bab 07
Bab 08
Bab 09
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50

Bab 45

10.2K 359 11
By skyredevil

Happy Reading...

°°°

"Alice."

"Albert?" Alice melihat Albert yang menuju ke arahnya, dia tidak mau bertemu dengannya. Tetapi kenapa dia harus di pertemukan dengannya?

Yang ada di pikirannya sekarang adalah lari! Dia harus menghindarinya sebisa mungkin. Karena dia tidak mau berurusan dengannya lagi, itu membuatnya mengingat bahwa orang tuanya yang telah membunuh ibunya. Dia tidak bisa memaafkannya.

"Ah, sial. Kenapa aku harus bertemu dengannya?!" Alice segera bangkit dari kursinya dan berlari keluar, dia tidak memedulikan Rebecca yang mungkin masih memesan minumannya. Dia memegang tangan kirinya agar tidak bergerak saat berlari karena dia merasakan rasa sakit di bahunya akibat dirinya berlari.

Dia tahu Albert mengejarnya dari belakang, dia tidak menghiraukan teriakannya yang menyuruhnya untuk berhenti. Karena dia memang tidak mau berhenti, apalagi jika menghadapinya. Dia mungkin tidak bisa membencinya. Meskipun banyak orang yang melihatnya, dia tidak peduli. Karena dia harus berlari menghindarinya. Dia tidak mau bertemu dengannya!

"Alice! Aku mohon berhenti." Albert terus mengejar Alice yang tak kunjung berhenti, dia terus mengikutinya sehingga mereka telah keluar dari Mall.

Alice menatap bingung sekitar, dia tidak tahu harus pergi kemana. Karena ini sudah malam, dan dia tidak tahu harus berlari kemana lagi. Jika dirinya berlari ke arah parkiran, dia akan langsung tertangkap oleh Albert. Dan dia tidak bisa membuka mobil Rebecca, karena kuncinya ada pada Rebecca. Dia juga meninggalkannya, mungkin ia telah mencarinya yang hilang tiba-tiba.

"Alice!" Albert memanggilnya dan berhasil menarik tangan Alice, setelah dia mengejarnya.

Alice menggigit bibirnya menahan rasa sakit pada bahunya, tangan kirinya di tarik olehnya. Sehingga bahunya terasa sakit karena tarikannya, dia menduga jahitannya mungkin terlepas karena dirinya telah berlari. Padahal dia sudah di jahit 8 kali dan sekarang dia akan mendapatkan berapa jahitan lagi?!

Alice mengambil napas panjang dan menghembuskannya sebelum berbalik menatap Albert,"Kenapa?" Tanyanya dengan suaranya yang sedikit parau karena dia menahan rasa sakitnya.

Albert sedikit tertegun mendengar suara paraunya, dia tidak tahu kenapa Alice seperti itu. Tapi dia jelas merasakan rasa sakit di hatinya saat mendengarnya,"Alice..."

Alice menatap Albert penuh dengan kebencian,"Kenapa kau seperti ini?! Kau tahu bukan? Bahwa keluargamu yang telah membunuh ibuku! Tapi sepertinya sebelum aku membalasnya, mereka sudah mati. Sayang sekali." Dia tertawa hambar dengan suara paraunya, seakan itu adalah sebuah lelucon.

Albert melepas tangannya, dia menatap Alice yang menertawakan kematian kedua orang tuanya. Meskipun dia tidak menyukai mereka, tetap saja mereka berdua adalah orang tuanya. Dia tidak suka melihat kedua orang tuanya yang sudah meninggal sebagai lelucon, bahkan menertawakan kematiannya. Matanya menatap dingin pada Alice, tatapan kemarahan terlihat jelas di kedua matanya. Dia mendorong Alice pada dinding di belakangnya, dengan kedua tangannya yang mencengkeram erat kedua bahunya.

Tubuh Alice membentur dinding di belakangnya dengan keras, dia merasakan sakit di punggungnya dan kepalanya. Dia mencoba untuk tidak memedulikan rasa sakit di punggunya dan kepalanya akibat benturan itu, dia hanya memedulikan rasa sakit di bahu kirinya akibat luka tembaknya yang belum sembuh. Karena Albert mencengkeramnya kedua bahunya dengan erat. Sudah di pastikan lukanya akan semakin parah dan mungkin dia akan mendapatkan banyak jahitan di bahunya.

Alice menutup matanya agar tidak mengeluarkan air matanya, dia ingin menangis karena rasa sakit di bahunya. Dia hanya bisa menggigit bibirnya erat, agar tidak mengeluarkan ringisan. Dia tidak mau Albert mengetahuinya, karena luka itu tidak ada hubungannya dengannya.

"Apa yang kau bicarakan?!" Albert menggertakan giginya, dia menatap Alice yang menutup matanya.

Alice membuka matanya dan menatapnya dengan sengit, matanya bahkan sudah memerah karena menahan tangisnya."Orang tuamu pantas mendapatkannya, mati dengan tubuh yang tidak di temukan!" Jeritnya.

Dia menatap mata Albert yang penuh dengan kemarahan saat menatap kerahanya dan yang membuatnya heran dengannya. Kenapa ia yang marah padanya? Seharusnya dialah yang marah karena kedua orang tuanya yang telah membunuh ibunya!  Dia hanya mengejek kematian kedua orang tuanya, apakah ia akan semarah ini?

"Diam!" Murka Albert.

Albert mencengkeram bahunya lebih erat, dia jelas sangat marah dengan perkataannya. Apalagi Alice mengungkit dan mengejek kematian kedua orang tuanya, yang membuatnya semakin marah adalah karena perkataannya yang seakan bahwa kedua orang tuanya pantas mati dengan tubuh yang tidak di temukan.

"Lepaskan!" Alice tidak bisa menahan rasa sakitnya, dia menangis merasakan cengkeraman tangannya lebih erat di kedua bahunya. Dia mencoba melepaskan tangannya pada bahunya, tetapi Albert semakin mencengkeramnya lebih erat.

"Ah, lepaskan! Sialan!" Pekiknya.

Albert tertegun saat melihatnya yang menangis, dia mencoba menahan amarahnya dan bertanya,"Kenapa?" Dia tidak pernah melihat Alice yang menangis seperti ini dan ini pertama kalinya dia melihat Alice menangis. Tetapi dia tidak melepaskan cengkeraman dan mencengkeramnya dengan erat.

Alice berteriak,"Let go of the jerk!you hurt me!" Dia jelas merasakan jahitan pada lukanya terlepas dan itu membuat darahnya merembes pada pakaiannya.

Albert terkejut saat matanya melihat pakaiannya yang basah oleh darah segar, itu tepat di mana dia mencengkeramnya. Dia segera melepaskannya dan melihat bahwa tangannya terkena noda darahnya.

"Alice..." Panggilnya dengan lirih.

"Diam berengsek!" Desis Alice.

Tubuh Alice merosot kebawah, bahunya terasa sangat sakit. Dia memegang bahunya dengan erat, menahannya agar darahnya tidak keluar. Air matanya terus menetes dan isak tangisnya keluar saat merasakan rasa sakit di bahunya, mungkin dia akan mendapatkan lebih banyak luka jahitan di bahunya.

Dia sangat menyesal bertemu dengannya, jika dia tidak mengajak Rebecca untuk membeli minum mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi. Mungkin dia bisa pulang dan luka di bahunya akan cepat sembuh. Kenapa dia harus bertemu dengannya?! Karenanya, dia harus berlari dan membuat jahitan di lukanya terlepas! Dia sangat membencinya!

Albert menatap nanar darah yang menempel pada telapak tangannya dan itu adalah darah milik Alice. Dia menyadari bahwa yang dia lakukan membuat Alice terluka."A-Alice... A-Aku tidak bermaksud..." Dia berucap dengan gugup karena rasa panik dan khawatirnya saat melihat Alice.

"Pergi!" Alice berteriak meminta Albert untuk pergi dari hadapannya, dia tahu bahwa Albert ingin mendekatinya. Dia tidak mau Albert mendekatinya, itu membuatnya semakin membencinya.

"Alice, ma-maafkan aku..."

"Jangan sentuh aku, sialan!" Raung Alice, saat melihat Albert yang ingin memegang lengannya.

Rebecca akhirnya menemukan keduanya, sebelumnya dia telah memesan minumannya. Dan saat itu dia tidak melihat keberadaan Alice dimanapun, dia pikir mungkin ia pergi ke toilet. Tetapi dia mengetahui bahwa seseorang melihat Alice yang sedang berlari menjauh dari seseorang yang mengejarnya, dia tidak akan tahu jika orang-orang itu tidak membicarakannya. Dan itu membuatnya berlari untuk menyusulnya, siapa yang menyangka bahwa Albert yang telah mengejar Alice dan berakhir di sini.

"Alice!" Rebecca segera berlari menghampiri Alice, dia jelas melihat noda darah pada luka tembak di bahunya itu. Sudah di pastikan jahitannya terlepas dan ia harus menjahit lukanya kembali.

"Kau baik-baik saja? Luka mu terbuka, sepertinya jahitannya terlepas." Dia berucap seraya menarik kerah bajunya untuk melihat perban yang telah bernoda darahnya. Sedangkan Alice hanya diam-diam menangis tanpa melihat Rebecca, karena dia menunduk.

Rebecca akhirnya sadar bahwa ia juga menangis dan membuatnya menjadi khawatir."Apakah ini sakit? Kenapa luka mu bisa terbuka?" Dia bertanya dengan menarik dagu Alice, untuk melihatnya yang menangis hingga matanya memerah.

Dia menoleh dan menatap Albert dengan menuduh,"Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau selalu menyakitinya, hah?! Sekarang kau membuatnya menangis dan lukanya terbuka. Kau pria sialan! Sudah ku bilang jangan pernah menemuinya lagi, kau tetap melakukannya! Jangan harap bisa bertemu dengannya lagi, sialan!" Murkanya.

Deg.

Albert merasa jantungnya akan terhenti saat mendengar ucapannya yang terakhir, hal yang tidak ingin di dengarnya. Seseorang yang bisa membuatnya tidak bisa melihat orang yang di cintainya. Sebelumnya dia juga telah mendengarnya dan sejak itu dia tidak pernah melihat Alice lagi, tapi sekarang dia melihatnya dan tidak ingin membiarkannya pergi darinya. Maka dari itu dia mengejarnya, tapi kenapa dia melukainya dan membuatnya menangis?

Dia... Dia telah melukainya berkali-kali.

Rebecca memeluk tubuh Alice membantunya untuk berdiri dan tentunya dia menghindari luka pada bahunya, dia menyadari bahwa Alice sudah lemah dan tidak memiliki banyak kekuatan untuk berdiri. Jadi dia membantunya memapahnya. Pakaiannya itu sudah basah oleh darah segar, dia berpikir ia akan kehilangan banyak darah jika terus berada di sini. Jadi dia harus segera membawanya ke rumah sakit.

Albert akhirnya sadar dan melihat Rebecca yang akan membawa Alice pergi, jika dia membiarkannya maka kedepannya dia tidak bisa melihatnya lagi. Dia harus mencegahnya,"Tunggu!"

Rebecca menjadi geram saat melihatnya yang memegang tangan Alice,"Sialan! Kau tuli atau tidak mengerti kata manusia?!" Dia ingin menghempaskan tangannya tapi kedua tangannya sedang memeluk tubuh Alice, jika dia melepaskannya dia khawatir Alice bisa jatuh.

"Lepaskan tangan sialanmu itu darinya!" Raungnya.

Albert mengabaikan kemarahan Rebecca, dia menatap Alice dengan memohon."Alice, maafkan aku. Aku--"

"Sial! Kau tuli atau bodoh?! Sudah ku bilang jangan menyentuhku sialan!" Alice menyelanya dan menghempaskannya, dia sudah tidak tahan dan muak dengannya. Napasnya sudah melemah, tetapi dia harus menjadi emosional karenanya.

Dia sudah kehilangan banyak darah dan tubuhnya juga lemah, jika dia masih di sini kemungkinan dia akan kehilangan kesadarannya. Sebelum itu terjadi, dia harus segera ke mobil Rebecca. Karena jika dia pingsan di sini, Rebecca tidak bisa membawa tubuhnya. Dia takut Albert yang akan membawanya dan dia tidak ingin itu terjadi.

Alice melirik Rebecca dan berucap dengan lirih,"Ayo kita pergi."

Sedangkan Albert berdiri mematung melihatnya, dia tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Kali ini dia tidak bisa mencegahnya untuk tidak pergi pergi darinya. Dia telah kehilangannya untuk kedua kalinya dan mungkin setelah ini dia tidak bisa melihatnya lagi. Dia ingin membantunya membawanya ke rumah sakit, tapi dia khawatir Alice akan menolaknya dan semakin membencinya. Jika dia tidak melakukan apa-apa maka dirinya seorang pecundang yang hanya berdiam diri saat melihat orang yang di cintainya terluka karena dirinya sendiri.

Sebelum dia membawa Alice menuju mobilnya, Rebecca menatap Albert dengan tajam."Kenapa kau mengejarnya? Sudah puas melihatnya seperti ini? Jika kau tidak mengejarnya mungkin Alice tidak akan seperti ini. Tidak! Seharusnya dari awal Alice tidak perlu bertemu denganmu, dasar sialan! Dan semua yang terjadi pada Alice adalah salah mu, kau yang telah melukainya."

"Satu lagi, ini peringatan keduaku. Jangan harap untuk bisa melihatnya lagi! Dasar pria sialan! Fuck!"

°•°•°•°•°•

Jangan lupa tinggalkan jejak!!!

See you in the next chapter...

Continue Reading

You'll Also Like

146K 3.7K 9
"Pertemuan antara james dan chloe adalah sebuah takdir yg ditentukan oleh Tuhan. James yang jatuh cinta pada padangan pertama pada chloe langsung men...
180K 5.7K 38
Christoff Alexander Thompson (27) CEO sekaligus Pewaris tunggal Thompson Company perusahaan terkenal didunia. Siapa yang tidak mengenalnya? Pria tamp...
383K 5.9K 19
(Tersedia di aplikasi 'dreame' untuk membaca lengkap.) "Kau itu hanya anak kecil, darling" "Memangnya kenapa jika aku anak kecil?" "Kau tak akan bisa...
798 107 25
Wednesday tidak menyangka bahwa tragedi kolam renang di sekolah lamanya itu menyimpan suatu tanda tanya. Siapa sebenarnya yang selama ini foto diriny...