Kesempatan?

By MatahariSenjamuAku

468K 24.2K 1.7K

Seorang laki-laki yang berusaha memperbaiki kesalahannya kepada perempuan yang pernah ia curangi More

Prolog
Kejujuran yang Pahit
Kopimu Teramat Pahit
Keinginan
Pulang
Selamat Datang
Kebahagiaan
UPDATE: Mohon Maaf
Haruskah (?)
Alasan
Bunga Layu
Mekar
Lepas
Dear Readers
Langkah
Keputusan
Bertemu
Rencana
Bersama
Ragu
Bunga
Back With Info and Story in Sunday
Rasa
Jengah
Retak
Kamu Segalanya
Alasan Lagi
Ikhlas
Menyerah
Harapan
Kerendahan Hati
Penerima Rindu
Berhenti Merindu
Sudah
Melepas Rindu
Harapan yang Tersimpan
Mengambil Asa (Part 1)
Mengambil Asa (Part 2)
Di antara Surga dan Neraka (1)
Di antara Surga dan Neraka (2)
Di antara Surga dan Neraka (3)
Di Antara Surga dan Neraka (4)
Di Antara Surga dan Neraka (5)
Informasi UPDATE!

Awal

10.8K 764 39
By MatahariSenjamuAku

Malam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kursor Fakhri masih menari di atas lembar desain digitalnya, sesekali Fakhri menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya. Fakhri menarik nafas, menenggelamkan kepalanya ke rengkuhan lengannya yang kokoh. Pekerjaannya sudah selesai,

Sekelebat tiba-tiba Fakhri teringat Ara dan Ziyah. Wajah Fakhri berubah murung seketika. Andai Fakhri menolak dengan keras pernikahannya dengan Ziyah, andai Fakhri bisa menahan rindu pada Anaya, mungkin Ara tidak hadir dalam lingkaran masalah ini. Fakhri menengadah ke atas langit-langit, 'Ya Allah, apa yang harus aku lakukan.. Aku benar-benar sangat menyayangi Anaya, aku sangat membutuhkannya.. Aku membutuhkan anak-anakku..' pilu Fakhri.

==============================

Langkah Fakhri mendekat ke ranjang kamarnya, terilihat Anaya yang sudah tertidur dengan baju tidurnya. Fakhri merebahkan dirinya di samping Anaya, ia benar-benar rindu. Tangan besarnya merengkuh Anaya, memeluknya, kemudian mengelus perut Anaya dengan perlahan, menikmati kehadiran anaknya di dalam rahim orang yang dicintainya.

'Nak, maafkan Ayah, semoga kamu selalu bahagia' batin Fakhri.

Rengkuhan Fakhri mengerat, mengartikan bahwa ia benar-benar merindukan Anaya yang dulu, namun tak lama setelah itu tangan Anaya memaksa rengkuhannya untuk terlepas. Fakhri terkejut dan tidak percaya sikap Anaya sedemikian itu pada Fakhri.

"Nay, kok bangun?" Kata Fakhri saat melihat jam menunjukkan pukul setengah satu pagi sambil berusaha merengkuh Anaya kembali.

"Lepas" kata Anaya. Fakhri tak menuruti Anaya, bahkan mengeratkan pelukannya.

"Lepasin mas" kata Anaya lagi.

"Kenapa aku harus melepaskanmu? Kamu kenapa sih?" kata Fakhri lagi.

"Kamu itu jangan sok lupa mas, tanya sama dirimu sendiri kenapa aku begini" kata Anaya sewot sambil sedikit mengambil jarak dari Fakhri.

"Hubungan kita?" tanya Fakhri.

"Keluargamu juga" ucap Anaya.

"Aku sedang muak saat ini mas" imbuh Anaya yang malas meladeni Fakhri.

Sunyi, suara kemuadian sunyi.

"Kamu ingin bagaimana Nay?" kata Fakhri, memecahkan sunyi di antara keduanya.

"Aku tidak mau kita berpisah" imbuh Fakhri.

Anaya hanya mendengarkan.

"Lalu apa yang membuatku harus bertahan denganmu mas sedangkan cinta, kasih sayang, dan rasaku pun sudah kamu renggut dan campakkan karena perempuan itu?" kata Anaya lirih.

"Beri aku kesempatan Nay, aku yakin ini akan semakin jauh lebih baik seiring waktu" pinta Fakhri sambil mengelus lengan Anaya yang sedang memunggunginya.

Diam. Anaya tidak bersuara. Hatinya sedang menghitung keputusan yang ia harus putuskan.

"Diamku belum tentu mengiyakan maumu mas, sudah, aku istirahat. Cukup camkan dalam dirimu ya mas, jika kamu sudah muak dengan sikapku dan kehidupan kita saat ini, aku sudah sangat siap untuk pergi dari kehidupanmu" ucap Anaya tanpa berbalik.

"Maafkan aku" kata Fakhri lagi. Sunyi, mungkin Anaya sudah terlelap.

========================

Pagi mulai terlihat lebih cerah daripada hari sebelumnya, Anaya sudah siap dengan pakaian kerja dan beberapa dokumen di ruang tamu. Fakhri yang baru selesai mandi dan hanya menggunakan kaos biasa serta celana santai menghampiri Anaya.

"Kamu benar-benar jadi berangkat?" tanya Fakhri, ia melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 6 pagi.

"Sarapan sudah aku siapkan. Untuk makan siang dan camilannya juga sudah aku buatkan, bisa diangetin juga makanannya kalau mas ingin" jawab Anaya, sedikit tidak nyambung.

Fakhri menghela nafas.

"Kamu tidak mau aku antar?" tanya Fakhri lagi.

"Aku pulang malam nanti kok" ucap Anaya lagi.

"Aku antar ya?" Fakhri meraih tangan Anaya.

"Mas, kalau mas ngantar aku, mas mau antar aku ke Bandung pakai apa? Mobil? Mas yang capek dong, aku juga bisa jadi telat. Aku sama Pak Indra juga gak hanya berdua, ada Selly dan rekan yang lainnya juga. Ada 5 orang yang ke Bandung. Kami berangkat dengan pesawat pribadi milik Pak Indra, jadi mas jangan khawatir. Aku tahu diri aku ini masih berstatus istri orang." jelas Anaya sedikit emosi.

"Jadi kamu gak perlu mikir aneh-aneh" imbuh Anaya.

Tak lama dari ucapannya, ada mobil warna hitam memasuki pekarangan rumah. Beberapa orang keluar dari mobil, termasuk Indra. Fakhri dan Anaya keluar bersamaan seakan-akan menyambut kedatang 4 orang itu.

Indra yang berjalan paling akhir pada waktunya saling berhadapan dengan Fakhri. Jabatan tangan keduanya sedikit terlihat kaku dan tegang.

"Owh, udah pulang Anda ya?" sapa Indra.

"Kalau Anda tidak pulang sebenarnya saya beruntung lho, mungkin ada kesempatan lebih lama bersama Anaya di Bandung" cengir Indra.

Fakhri mengeryit, "Saya kira Anda tentu orang yang cukup pintar untuk mengetahui bahwa Anaya sudah punya suami, Anda tidak bisa memiliki istri orang" kata Fakhri dengan senyuman kemenangannya.

"Iya, mungkin Anaya harus bercerai dulu dengan Anda biar saya dapat membahagiakan Anaya" lirih Indra.

Tangan Fakhri mengepal. Andai Anaya tidak mengintrupsi obrolan keduanya, mungkin kepalan tangan Fakhri sudah mendarat pada rahang Indra.

"Aku pamit ya mas, Assalammualaikum" kata Anaya, tampak seperti biasa di depan rekan-rekan kerjanya.

"Iya, kamu hati-hati, besok kamu minta izin saja, biar bisa ke dokter besok, kalau sudah sampai Bandung jangan lupa kabari, chat aku" kata Fakhri.

"Ya,, tidak janji mas, kuusahakan." kata Anaya.

Fakhri tersenyum, kemudian melihat istrinya masuk ke dalam mobil bersama dengan rekan-rekan istrinya. Anaya duduk di samping Selly, Fakhri sedikit lega melihatnya, ia berharap Anaya masih bisa menjaga statusnya sebagai istri seorang Fakhri.

==============

Mobil terus menderu menuju bandara. Sesampainya di bandara, langkah-langkah mereka menuju ke sebuah ruangan, sudah ada beberapa makanan yang disediakan di atas meja.

"Mari, makan dulu guys" ajak Indra untuk masuk.

"Wah makasih pak" kata suara-suara pekerjanya itu.

Tak lama setelah semua orang duduk, ada dua orang yang menyusul masuk ke dalam ruangan. Sontak semua orang di dalam ruangan berdiri, termasuk Anaya.

"Papa, Ma! Kok ke sini..!" seru Indra.

"Ayo, mari duduk lagi semuanya, nikmati hidangannya" kata seorang laki-laki tua.

"Ayo mari" kata seorang perempuan tua dengan pakaian anggunnya.

Semua mengiyakan dan mulai duduk serta menikmati makanan dengan tertib. Sesekali orang tua yang dipanggil 'Papa' oleh Indra berdialog di antara mereka, termasuk kepada Anaya.

"Anaya sudah menikah?" tanya Pak Cokro.

"Sudah pak" kata Anaya sambil mengangguk sopan tanpa lupa tersenyum.

"Yah, kasihan Indra dong" celetuk Bu Cokro sambil memandang usil anak semata wayangnya dan disusul beberapa suara batuk rekan yang lain.

'Ih.. apaan sih mereka ini, batuk kok segitunya, gak sopan' pikir Anaya sambil menyembunyikan kecanggungannya.

Indra sendiri hanya tersenyum sambil merapihkan jasnya, "Semua akan indah pada waktunya kok, I believe" kata Indra sambil tersenyum percaya diri dan disusul dengan ucapan semangat dari para rekan laki-laki, kebetulan di antara 5 orang yang berangkat, hanya 2 orang yang perempuan, Selly dan Anaya. Mata Selly hanya memandang geli pada Anaya dan dibalas senyuman canggung oleh Anaya.

===================

Sarapan selesai dengan gembira, Bapak-Ibu Cokro dengan hangat membaur dengan pekerja perusahaan. Indra yang sedikit melambatkan jalannya agar dapat menyamai langkah Anaya sedikit mendekat dan berkata, "Maaf ya, papa-mamaku memang kadang usil, tapi aku cerita yang baik-baik tentang kamu kok" Kata Indra sambil tetap stay cool menatap ke arah depan, tanpa memandang Anaya.

"Tidak masalah pak" jawab Anaya.

Tiba-tiba Indra semakin mendekat dan sedikit merunduk berbisik pada Anaya, "saya yang merasa bermasalah jika kamu tidak segera berpisah dengan bajingan itu" kata Indra lirih.

Anaya sedikit tercekat dan terhenti sambil menghela nafas, sedangkan Indra tetap berjalan tanpa menoleh. Genggaman tangannya semakin erat pada dokumen yang ia bawa, seakan ada rasa perih dalam jiwanya.

================

BERSAMBUNG


Episode-episode ini juga ada di website samawaya.com

Continue Reading

You'll Also Like

579K 40K 61
Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya kekasih kemudian besok ia menikah dengan yang lain. Set...
984K 59.7K 46
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
6.2M 319K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
261K 10.7K 28
Apa yang kamu lakukan ketika suamimu masih mencintai mantan kekasihnya? khusus pembaca dewasa dan mengandung plot twist. tokoh akan tegas pada waktu...