Hei, nona absurd!

De Anitbee

108K 7K 849

ini hanya cerita tentang Marsha, si gadis mungil dengan 'bapak' posesifnya. Marsha tidak peduli apapun asal... Mai multe

Hello, this is MaRsha NOT Masha
Aku Gavin
Marsha takut bear
Sayang Gavin
Marsha fine, Vin
Don't take my papa bear, Anna!
Abang Nathan
Si Pengacau Marsha
Go Away Anna!!!
it's papa bear jealous time
Tetangga Baru
Anna vs Keripik kentang
Anna vs Keripik Kentang pt.2
A Day with keripik kentang
What Happen
Teletubbies
School Again
Si Mungil dengan Perut Ajaibnya
Meet the twins' family
Mau Tidak??
Morning Papa Bear!!
Sweet Chocolate Cakes for Leo
Marsha lagi Belajar!!
"Gavin jangan cemburu begitu.."
Marsha juara!!
Marsha Hilang!!
The Way Back Home..
Normal but not Normal
Your King!
Not Double Date!!
Want to be...
Abang Nathan pt.2
Si Genit Marsha
Marsha Juga Perempuan...
Marsha sayang Gaby juga kok...
Devil's Gavin
The Return of Superman
Night Talks
Marsha's New Story is Begins!!
Absurd Feast by Marsha!
Gavin Kok Gitu??!
Gavin! Marsha Nangis nih?!!
Marsha, Danny dan Bubbletea
Gavin itu Punya Marsha!!!
Again
Selfish
Sorry
My Queen
Liburan Marsha...
Mine
Married Absurd Girl
Hari Pertama
Gagal Honeymoon
Serasa Honeymoon
Semua Gara-gara Nathan
Jadi Honeymoon!
Honeymoon ala Marsha
Honeymoon ala Marsha pt.2

Without You

1.7K 91 10
De Anitbee

"Bunda, Gavin kapan datangnya?"

Nun jauh di sana pun ternyata keadaanya tidak jauh berbeda. Marsha sedari bangun dari tidur panjang akibat obat tidur yang diminumkan sang ayah agar aman saat dipesawat selalu melontarkan pertanyaan yang sama. Mencari keberadaan Gavin.

Serena jadi merasa bersalah telah membawa Marsha kabur dari pawang posesifnya itu. Apalagi dengan membohongi gadis itu dengan mengatakan jika Gavin akan menyusul mereka. Padahal nyatanya Gavin sendiri tak tau kepergian mereka.

"Hem, mungkin sampai besok atau lusa. Marsha kangen Gavin?"

Marsha mengangguk lalu kembali mendusel kepelukan bunda. 2 hari tak melihat wajah datar Gavin membuatnya rindu berat. Gadis itu bahkan tak bersemangat ketika di ajak jalan-jalan menikmati liburan mereka di negeri sakura itu.

Ya, di negri sakura. Pada akhirnya, Garendra memutuskan membawa Marsha liburan ke Jepang. Mengingat keadaan Marsha yang tak mungkin berlama-lama berada di pesawat dan sedikit banyak khawatir jika diberikan obat tidur dengan dosis tinggi. Garendra tak akan setega itu.

Lagipula, niat memisahkan Marsha dari putra bungsunya sejauh ke benua Eropa sana membuat Garendra berpikir ulang. Bukan karena takut amukan si pawang posesif itu, ia hanya tak tega melihat Marsha menangisi Gavin terus-menerus. Lihat saja, bahkan belum penuh 48 jam mereka berpisah, Marsha hanya mencari Gavin sedari tadi.

"Selamat pagi Princess ayah.." sapa Garendra membuat Marsha segera mengangkat kepalanya dari pundak sang bunda.

"Ayah?"

"Hem? Rindu ayah cantik?"tanya Garendra dengan percaya dirinya melihat betapa antusiasnya Marsha melihat kedatangannya. Dengan mata yang masih berkaca-kaca namun berbinar melihat kedatangannya serta senyum lebar Marsha membuat Garendra terkadang lupa diri.

"Ayah datang sama Gavin?"

Marsha memilih mengabaikan pertanyaan sang ayah dan mencari sosok yang ia tunggu kedatangannya.

"Marsha cari Gavin? Gavin masih kerja sayang, besok atau lusa mungkin baru sampai ke sini. Kita jalan-jalan dulu ya hari ini. Sama ayah dan bunda, mau?"

Marsha menunduk sedih. Airmata yang ia tahan tadi kini sudah merembes keluar membasahi kedua pipinya. Baru kali ini ajakan jalan-jalan terdengar menyedihkan untuknya.

"Ayah ajak Marsha jalan-jalan tapi nanti gak dijual kan?"

Nah kan, otak dramanya mulai bekerja. Entah bagaimana caranya, tetapi cerita-cerita tentang gadis-gadis yang diculik lalu dijual mengalir begitu saja di otaknya.

"Ya Tuhan, apa sih yang otak cantik kamu ini pikirkan sayang?"

Garendra mengekeh kecil sambil mengelus puncak kepala Marsha. Ia selalu dibuat terkagum dengan cara kerja otak Marsha yang selalu di luar biasa itu.

"Kita mau jalan-jalan keliling Jepang, mau sayang?"

"Woaahh, keliling Jepang Yah? Kita lagi di Jepang? Mau ketemu Doraemon, boleh?"

"Boleh dong, emang Marsha mau ngapain ketemu doraemon?"

"Hemm, Marsha mau minta stroberri yang banyak, terus minta pintu ajaib biar Gavin bisa cepat sampai sini. Terus-terus nanti Marsha minta ketemu Nobita, Marsha mau ajarin Nobita biar pintar. Atau Marsha ketemu adek Nobita aja? Kan lucu, imut-imut gitu..."

"Atau ketemu Sinchan aja kali Yah? Sinchan orang Jepang kan Yah? Marsha mau cukurin alis Sinchan kalau ketemu nanti, hihi..."

Garendra menahan tawa, ia hanya terkekeh pelan. Beliau sudah lelah tertawa.

Jam menunjukkan angka 10, Marsha keluar dari kamarnya dengan senyuman lebar di bibirnya. Dengan cepat kakinya melangkah ke kamar kedua orangtua yang sudah membawanya kemari. Tangannya mengetuk pintu dengan tak sabaran.

"Ayaaah, Bundaaa.."

"Ayo pergi, Marsha udah siap loh. Sudah syantikk.." teriak Marsha didepan pintu yang masih tertutup dengan nada centilnya.

"Ayo cepat Ayah, nanti jalan-jalannya jalan terus lari terus kita gak bisa ngejar terus kita gak pergi teruhmmpph..."

Sebuah telapak tangan menutup mulut Marsha, Garendra dengan senyuman teduhnya muncul di depan pintu.

"Gak usah teriak ya sayangnya ayah, nanti gak cantik lagi. Nah, ayo kita berangkat.."

"Oke Ayah.."

"Nanti jadi anak baik untuk ayah yaa. Marsha boleh minta apapun, tapi jangan pernah lepas pegangan ayah atau bunda. Mengerti sayang?"

"Siap Captain, Marsha akan jadi anak baik, yang selalu cantik dan mempesona setiap saat biar Gavin nanti makin sayang sama Marsha, hihi.." celetuk Marsha sambil menutup mulutnya terkikik.

"Bunda, Gavin belum datang?"

Entah mengapa setelah menyebut nama Gavin membuat perasaan Marsha terenyuh. Ekspresi cerianya berubah menjadi sendu, matanya sudah berkaca-kaca. Marsha sudah sangat merindukan Gavin. Bahkan rasanya begitu menyesakkan. Jika mengingat Gavin seperti ini, Marsha rasanya tak dapat lagi menahan rindunya. Rindunya sudah tertimbun banyak bahkan sudah tertumpah-tumpah.

Dan setelah drama singkat menyedihkan Marsha selesai, akhirnya ketiga manusia beda umur itu pergi meninggalkan hotl tempat mereka menginap. Garendra mengajak istri dan putri cantiknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang berada di negeri sakura itu.

Mengajak kedua kesayangannya itu menikmati liburan mereka dengan berkeliling Jepang dan berbelanja semau mereka dan berkeliling hingga keduanya menyerah nanti.

"WAAAUUUUUOOOOO..."

Adalah ekspresi pertama Marsha saat mereka tiba di gerbang tempat wisata yang pertama kunjungi. Tokyo Disneyland adalah tujuan wisata pertama mereka. Dan tentu saja si mungil Marsha begitu antusias otak dan mulut absurdnya tak bisa bekerja.

"Ayaahh.."

Hanya kata itu yang baru bisa keluar dari mulut Marsha sejak mereka masuk ke area Tokyo Disneyland.

"Ayo sayang, kamu mau lihat yang mana dulu?" Serena bertanya sembari menunggu sang suami mengambil tiket masuk untuk mereka.

"Sebentar Bunda, Marsha mau bernafas dulu..."

"Hooaaahhh bundaaaa, Marsha senang pokoknyaa. Ayah dan bunda memnag terbaik, mau ajakin Marsha jalan-jalan kesini. Kenapa gak dari kemarin aja kita kesininya bunda? Besok-besok Marsha bakal ajak Gavin ke sini setiap hari. Atau bagaimana kalau kita tinggal disini saja bunda? Kita buat rumah di sebelah rumah menara tinggi itu, atau kita tinggal di dalam menara itu saja bunda. Ayah pasti bisa beli itu untuk Marsha kan? Bisa kan bunda? Pasti bisa, ayah kan keren.."

"Atau kalau gak, nanti aku minta Gavin saja yang beli. Uang Gavin kan banyak, hihi...." Gadis itu cekikikan menampilkan giginya.

"tapi bunda? Gavin kapan sampainya?"

Pertanyaan Marsha membuat Serena ikut menatap sendu Marsha yang tiba-tiba menunduk sedih itu. Serena pikir Marsha akan lupa keberadaan Gavin jika mereka sibuk menikmati berbagai hiburan ditempat itu.

Serena memberi senyuman menenangkan sambil mengeratkan pegangannya di pergelangan tangan gadis itu. Takut-takut jika terlepas sebentar saja, anak itu akan menghilang.

Tidak lama kemudian, Garendra datang dengan tiga tiket fastpass di tangannya. Ketiganya langsung saja mencoba semua wahana hiburan disana.

Hampir seharian mereka mengelilingi tempat hiburan itu, mencoba berbagai wahana, atau berfoto ria dengan berbagai tokoh Disney yang mereka temui. Dan tentu saja kedua orang tua itu menyerah dan tak sanggup mengikuti gerak Marsha yang bahkan seperti tupai kecil yang melompat kesana kemari atau gadis ajaib yang memiliki kekuatan teleportasi.

Serena bahkan menyerah di saat mereka makan siang. Ibu dua anak itu memutuskan untuk berhenti dan memaksa suaminya pergi menjaga Marsha bermain lagi.

Namun, dari semua kebahagiaan dan keseruan mereka hari ini. Marsha tak sepenuhnya menikmati. Karena gadis itu terlalu sibuk menanyakan keberadaan Gavin. Selalu menanyakan kapan Gavin akan sampai? Apa Gavin sudah datang? Gavin jadi datang apa tidak? Atau mengatakan akan ke tempat ini dengan Gavin nanti, akan makan ini itu dengan Gavin nanti, berfoto dengan Gavin nanti, dan bahkan berencana membuat film dengan semua tokoh Disney dengan Marsha dan Gavin yang menjadi putri dan pangerannya.

Garendra dan sang istri hanya bisa berusaha mengalihkan fokus Marsha setiap gadis itu membicarakan Gavin.

Sedikit banyak mereka merasa bersalah telah membawa Marsha liburan tanpa papa bearnya bahkan tidak berpamitan. Terlebih Garendra, karena dirinya lah yang mengusulkan ide membawa kabur Marsha untuk liburan. Sepertinya dirinya harus menyiapkan diri akan kemarahan putra bungsunya nanti.

Lain di negeri seberang, lain pula di tanah air. Gavin, si bapak posesif Marsha tak bisa tenang menjalani aktivitasnya. Harinya berjalan dengan sangat kacau.

Terlambat bangun, berdebat dengan sang abang karena berebut roti buat sarapan yang entah mengapa pagi tadi hanya tertinggal dua lembar saja. Hingga terlambat sampai di kantornya dan membatalkan pertemuan dengan kliennya. Untung saja bukan proyek besar, jika tidak habis sudah Gavin.

Kekacauan tidak hanya berlangsung di pagi hari saja. Saat istirahat makan siang, Gavin menyuruh Erik si sekretaris memesan nasi padang dari restoran di depan kantor mereka. Entah mengapa Gavin sangat ingin makan makanan penuh bumbu itu.

Hingga kesialannya berlanjut saat membuka bungkus makanannya, entah bagaimana kejadiannya sebagian makanan terlempar dan berserak di mejanya menimpa berkas-berkas yang sebelumnya ia kerjakan.

"Aaarrgghh, sialan.." kesal Gavin sambil mengusak rambutnya acak.

Emosi Gavin sudah mencapai tahap puncak sekarang. Kekacauan yang terjadi sepanjang hari ini bukan lain karena keberadaan si gadis mungil kesayangannya yang belum jelas berada di mana. Meski Marsha di pastikan aman karena bersama kedua orangtuanya, tapi tetap saja Gavin tidak bisa tenang dan fokus bekerja. Pikiran selalu lari mencari keberadaan si mungil.

"Bos, apa saya pesan lagi makanannya?"

Erik datang setelah mendengar teriakan frustasi bos nya. Ia meringis melihat keadaan atasannya yang begitu mengerikan. Meja kerja yang berantakan dan terlihat menjijikan karena ketumpahan bumbu makanannya tadi.

Belum lagi ekspresi sang atasan yang sama sekali tak enak dipandang itu dan baju dan rambut yang berantakan. Gavin memang masih terlihat tampan dengan keadaan berantakan seperti itu. tapi tetap saja, kekacauan yang ia alami hari ini benar-benar di luar dugaan. Erik bahkan berencana bersujud di kaki Marsha karena salut atas pengaruh gadis absurd itu di hidup Gavin.

"Minum dulu bos.."

Erik menyerahkan segelas air putih dingin kepada Gavin yang terlihat menyerah dengan keadaan dan duduk tak berdaya di sofa tempat Marsha biasa bersantai.

"Thanks rik.." ucapnya sebelum meneguk habis isi gelas itu.

"Aku kacau banget hari ini ya? Sorry rik, kamu harus beresin ini semua..." lanjut Gavin dengan nada menyesalnya.

"It's okay pak, santai aja.."

"Rik? Aku mau nyusul Marsha, tolong pesan tiket ke Jerman yaa. Untuk malam ini.."

"Boss..?"

"Aku pulang dulu. Sampai di rumah nanti, tiketnya harus sudah ada. Ekonomi atau bisnis terserah apa aja, yang penting aku bisa sampai di Jerman malam ini. Bisa rik?"

"Tapi bos, Bapak direktur bilang...."

"Ahh, tidak usah melapor ke ayah. Pasti nanti aku dilarang datang, jadi diam-diam aja oke? Pastikan kantor beres dan terkendali selama aku pergi. Dan tolong bereskan kebarangkatan ku.."

"Tapi boss..."

"Oke, thank you rik. Aku duluan yaa.."

Dan Gavin dengan cepat berlalu meninggalkan Erik yang malah melamun di tinggal atasannya.

"Pak direktur kan perginya ke Jepang bukan ke Jerman? Aku salah info atau salah dengar omongan pak Gavin yaa?"

"Ahh, pak Gavin benaran bilang ke Jerman kok. Mungkin saja pak direktur ganti lokasi liburan kan? Oke, mari kita pesan tiket ke Jerman malam ini.."

Gavin, kamu belum bisa ketemu Marsha sayang.



Mohon maaf, aku lama banget update nyaaa...

mungkin cerita ini bakal sering telat update yaa, maaf banget...

tapi janji bakal di selesaikan..

terimakasih sudah mau membaca..

tekan bintangnya jangan lupa yaaa..

ketik komenannya jugaaa

buat semangat, hehehe...

thank yuuuu

Continuă lectura

O să-ți placă și

TWINS BOY (TERBIT) Sedang Revisi De

Ficțiune adolescenți

1.3M 74.9K 63
Laki laki kejam yang menemukan sepasang bayi di balik pohon, membuatnya terpaksa mengurus ke 2 bayi itu. Alaska Falerian ketua xavir geng terbesar, m...
AGASKAR 2 [[ ASKARAZEY ]] De bunoyy

Ficțiune adolescenți

3.6M 289K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
2.7M 155K 39
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
BROTHER (REVISI & END) De del

Ficțiune adolescenți

181K 7.1K 60
RANK: #1 brother (11/05/2022) #1 penulisbaru (06/04/2024) #1 complete (17/06/2023) #2 duda (22/06/2023) #4 singleparent (04/03/2024) #2 acak (03...