Jangan lupa tinggalkan jejak👌
KETUA SOLDPAS👽
MANTAN GEBETAN KETUA SOLDPAS😚
HAPPY READING💙
"Aldi."
"ALDI."
"ALDDIIIII." Mita menerjapkan matanya berberapa kali. dia memperhatikan sekitarnya, lalu menghela napasnya lega cuman mimpi pikirnya.
Ruangan inap bernusana putih disertai dengan suara jarum jam ini sekarang terlihat sangat sepi, jam menunjukan sudah jam delapan pagi wajar saja Bundannya tidak terlihat.
Mita turun dari Brankar lalu berjalan kearah jendela, memperlihatkan orang-orang berlalu lalang di jalanan.
Hingga usapan dibahu Mita membuat Mita menoleh. "lagi ngapain?" ucapnya.
"Aku bosen bun." Mila menarik kedua tangan Mita, "siang kamu pulang ko, sabar ya."
"Bun, apa aku bisa sembuh?"
Mila menatap Mita lekat. "pasti," ucapnya, yang sebenarnya dia pun tidak tahu itu benar atau tidak. "ke sofa ayo."
***
"Muka lo lesu banget Ji."
Sekarang, di kantin SMA MUTIARA sangat lah Ramai. Dan dibalik keramaian itu terdapat tiga sahabat Mita yang sedang duduk di kursi yang dekat dengan meja SOLDPAS.
Jihan menoleh kepada Zahra, "gue gabut sialan, di kelas sepi gak ada Mita."
"Btw, kita kemarin lupa nanya ya? Mita sakit apa," ucap Nazwa.
Jihan Melirik ke arah Nazwa. "Oh, iya gue lupa," balasnya, seraya menepuk jidat.
"Itu cowok lo kenapa sih natap ke sini mulu?" Nazwa menatap seseorang yang Zahra tunjuk, lalu memutar bola matanya jengah. "Biarin ajah, nanti juga cape."
Andra terus menatap Nazwa yang duduknya tidak jauh darinya, mata biru Andra bertemu dengan manik mata milik Nazwa yang coklat. Andra menghela napas, lalu beranjak dari duduknya berjalan ke tempat Nazwa duduk.
Andra duduk di sebelah Nazwa, tepat di hadapan Jihan. "masih marah?" Nazwa hanya diam, tidak menyahuti.
Jihan dan Zahra yang paham dengan situasi, lalu beranjak dan pamit untuk ke kelas terlebih dahulu.
Tetapi ketika di pintu kantin, mata Jihan terkunci dengan mata salah satu siswa kelas sebelas IPS 1, yang tidak lain adalah laki- laki yang sejak kelas sepuluh dia sukai.
"Hmm."
Zahra berdehem, yang membuat kedua orang tersebut saling mengalihkan pandangannya.
"Gue duluan," ucap laki-laki itu, suaranya sangat dia kagumi.
Suaranya sangat enak didengar.
Suaranya sangat lembut selembut sutra.
"Iya," balas Jihan, lalu mengalihkan tatapanya ke arah Zahra yang tersenyum jahil.
***
WARNANG sekarang sangat lah ramai, dipenuhi oleh anggota SOLDPAS.
Renaldi masuk ke dalam warnang, dia dapat melihat ke enam temannya sedang mengobrol dengan Reder. Reder adalah salah satu anggota SOLDPAS yang sekolah di SMA BANGSA.
"Apa kabar lo bos, udah lama ga kelihatan!" seru Reder, Renaldi tidak menyahutinya hanya saja dia langsung mendudukan bokongnya.
"Lo serius ada murid baru yang masuk di SMA BANGSA, yang langsung dijadiin tangan kanan Agra?" Renaldi yang mendengar ucapan Rendi, langsung menoleh kearah Reder seakan-akan meminta penjelasan.
"Iya, gue sih denger-denger, dia dulunya juga anak geng Motor di Bandung."
Alvian yang awalnya acuh, langsung menatap Reder. "Namanya siapa?"
"WOIIII LAGI GOSIPIN APA LO." Teriakan itu membuat ke delapan laki-laki itu menoleh ke arah suara. "SETAN JAKA!" Rendi lalu memukul perut Lelaki yang bernama Jaka itu.
"GUE MANUSIA NYET," ujar Jaka.
Renaldi menatap Jaka tajam. "berisik lo datang-datang." Jaka yang mendapatkan tatapan itu, hanya cengengesan.
"Namanya siapa?" ulang Alvian, semua menatap Reder termasuk Jaka yang sudah mendekat ke arah mereka berdelapan.
Ke delapan laki-laki itu menatap Reder serius, Reder yang ditatap seperti itu menatap teman-temannya satu persatu.
1 detik
2 detik
3 detik
"Nungguin ya?" Ucap Reder tanpa dosa, yang langung mendapatkan lemparan botol pelastik dari Arsen yang sudah gereget.
"SETAN."
"TAI."
"SIALAN LO."
"REDER MONYET."
Begitulah umpatan-umpatan ke delapan laki-laki itu pada Reder, yang diumpat malahan tertawa terbahak-bahak. "HAHAHAHA... Namanya itu..... " Reder menjeda ucapanya.
Sendi yang memandang Reder dengan kesel, dia langusng melempar kacang yang sedang dia makan. "Lama lo, kaya perawan."
"Sabar napa." Reder meneguk meinumannya. "Namanya Gevin," Ucap Reder.
"Gevin," gumam Renaldi.
"Gevin? Tangan kanan Kenzo? Yang mau di jadiin ketua VAGOS?" Ucap Andra, yang membuat semuanya terkejut.
"VAGOS, geng motor yang suka menjadi bahan perbincangan di Bandung?" Tanya Rendi.
Reder menatap semuanya. "iya."
"Dia ko bisa di sini." Renaldi angkat suara. "kayanya dia pindah ke Jakarta ada hal yang di cari."
"Pikir gue juga begitu," ujar Alvian, Alvian langsung menatap kearah Renaldi. "lo ada Rencana, buat bongkar ini semua?"
"Ada," Ucap Renaldi. Lalu menatap Reder dan Jaka secara bergantian, "gue ada tugas buat lo berdua."
***
"AKHIRNYAAAAA." Mita menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, Mila yang melihat itu hanya tersenyum di ambang pintu.
Mila berjalan kearah Mita. "Sayang, kamu langsung istirahat ajah. jangan cape-cape," ucap Mila, seraya mengulus kepala Mita lembut.
Mita beranjak dari duduknya. "iya bun," ucapnya. Seraya mencari sesuatu, "Bun, Bunda lihat Diary aku gak?" Mita menoleh ke arah bundanya, dilihatnya Mila mengelengkan kepalanya.
Mila yang melihat Mita menghela napasnya, beranjak mendekati Mita. "emangnya kamu taruh mana sebelumnya?"
"Di sini." Mita menunjukan tempat terakhir dia menaruh Diarynya, di atas meja belajar.
Mila melihat kearah yang Mita tunjuk, lalu kembali menatap Mita. "besok lagi carinya iya, sekarang kamu istirahat. Sudah malam," ucap Mila.
Iya benar sekali sekarang sudah malam.
Mau tahu kenapa Mita tidak jadi pulang tadi siang?
Mila berjalan ke ruangan Bima, yang tidak lain adalah Papah dari Sahsa. Ketika sudah sampai tepat di depan Ruangan Mila tidak lupa untuk mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Masuk." Suara dari dalam Ruangan membuat Mila langsung masuk ke dalam Ruangan.
Mila duduk tepat di depan Bima. "Ada apa Mil?" tanya Bima.
"Mita ingin pulang," lirihnya, terdengar helaan napas dari lawan bicaranya membuat Mila menatap Bima. "Apa dia sudah diperbolehkan pulang?"
"Mita masih perlu diperawatan intensif." Bima melepas kecematanya, "karena penyakit Mita sudah termasuk parah, Mil."
Butiran bening lolos mengalir membuat dua aliran air di pipi Mila. "Tapi Mita bisa sembuh kan Bim?" ucapnya, bersamaan dengan isakan.
"Gue bakalan ushain, Mil."
Cklek.
Ruangan terbuka menampilkan sosok Rifal diambang pintu, Rifal yang melihat Mila menangis langsung menghamprinya. "Kamu kenapa?"
"Mmm---Mi...ta mas, Mita Sa...kit...nya, sem...akin.. Par...ahh," Ucap Mila, sambil terisak.
Jleb!
Rifal menatap ke arah Bima. "Bim, lo gak bercandakan?"
Bima yang mendengar itu langung melotot ke arah Rifal, apa dia kata? BERCANDA? Gila mana mungkin!
Bima mengeleng kepalanya lemah. "Mita minta pulang," ucap Bima.
Rifal memijit kepalanya yang terasa sangat berat. "apa Mita udah dibolehin pulang?" tanya Rifal, yang mendapatkan gelengan dari Bima.
"Tapi lo taukan anak lo kaya gimana?" ucap Bima, yang dibenarkan oleh Rifal. "yaudah mau gimana lagi? Tapi dengan syarat dia gak boleh terlalu kecapean dan jangan lupa buat minum obat."
"kapan dia diperbolehin pulang?" sekarang Mila yang angkat bersuara.
"Malam, nanti sore biar gue bikin resep obatnya yang harus dibeli dulu, setelah gue periksa dia nanti."
"Iya bun," ucap Mita.
"Bunda keluar dulu ya, selamat malam Putri Bunda."
Cup
Mila mencium pundak kepala Mita, lalu pergi keluar dari kamar Mita.
Mita mengambil ponselnya di meja, yang berada di samping tempat tidur. Lalu menaik ke atas kasur, baru saja Mita ingin membuka aplikasi berwarna hijau, seseorang sudah menelponya terlebih dahulu.
Drtttt Drttttt
Jihan calling....
Mita menekan tombol berwarna hijau.
"Mitaaaa, lo ko pulang gak bilang-bilang?" oceh Jihan, yang membuat Mita terkekeh.
"Maaf, Tadi gimana di sekolah?" tanya Mita.
"sepi gak ada lo."
"Cie kangen ya?"
"Au ah. emmm---eh iya Mit, lo kapan masuk sekolah?"
"Besok gue udah masuk."
Jihan yang mendengar itu sedikit tercengang, apa katanya besok? Bukanya Mita baru saja pulang? Dasar cewek gak waras umpatnya dalam hati.
"Lo gila?"
"Alhamdulilah waras," balas Mita acuh.
"Tau lah gue pusing ngomong sama lo, mana ada orang yang baru keluar dari rumah sakit langsung sekolah? Yang ada lama-lama gue yang gila, punya teman kaya lo!" seru jihan, yang membuat Mita terkekeh. "udah ya gue matiin, bye bye Mita."
Tut tut
Jihan mematikan teleponnya secara sepihak, Mita yang awalnnya ingin membuka aplikasi berwarna hijau dia urungkan, karena Mita sudah merasa ngantuk. Tetapi sebelum Mita menaruh ponselnya, satu pesan masuk, yang membuat Mita kembali melihat ponselnya.
Ting!
Mita membuka pesan dari nomor yang tidak terdapat namanya.
Unknow
Hai Dwi, masih ingat gue?
THANK YOU FOR READING💙
DON'T FORGET VOMENT+FOLLOW
SEE U NEXT CHAPTER💙
Ig : Veraasy