Horror Vlogger (Completed)

By tirani_kukuh

71.8K 7.9K 359

Hanya kisah seorang Horror Vlogger. Antara hidup dan mati seseorang, tiada yang tahu. More

1. Laptop Rusak
2. Lomba Patrol dan Karnaval
3. Perempuan Bergaun Putih
4. Mbak Yayuk
5. Konten
6. Pekerjaan
7. Go to Studio
8. Studio
9. Kisah Mistis dan Pageblug
10. Horor
11. Pageblug
12. Rencana Lihat Keranda
13. Rumpi No Secret
14. Sesuatu di Balik Tenda
15. Putih, Panjang
16. Mbak Sarah
17. Bersepeda dengan Reno
18. Pertunjukan
19. Teror
20. Penemuan Mayat
22. Listrik Padam
23. Kejadian Kemarin
24. Pembunuhan Mbah Sarni
25. Darah
Uneg-uneg
26. Diah
27. Keturunan Wangsana
28. Ke Ngadimoro
29. Kemamang.
30. Melihat Langsung
31. Permintaan
32. Identitas
Gabut, Banyak Pikiran
33. Agra
34. Kapan Hari
35. Gagal Membunuh
36. Kehilangan
37. Ke Rumah Sakit
38. Periksa
39. Upload
40. Pemilik Gelang
41. Takut
42. Bertaruh Mental Reno
43. Ersa Jatuh
44. Video
45. Tamat
Extra Chapter

21. Siapa Itu?

1.1K 134 1
By tirani_kukuh

'Mbah Sarni'. Nama itu selalu mengganggu pikiran Rani. Siapa sebenarnya orang itu, ia pun tidak tahu. Ia kembali berpikir, mungkinkah orang yang membangunkannya kemarin, saat jatuh?

Rani memilih untuk memejamkan mata.

Tok, tok, tok!
Suara ketukan terdengar dari arah pintu kamar Rani. Lagi, ia mengetuk pintunya sekali lagi. Namun sedikit pun, Rani tak menggubrisnya.

Ceklek!
Pintu berderit memunculkan sosok tinggi dibalut dengan hodie abu-abu. "Ran ... tidur, ya?"

Rani yang sedari tadi menahan napas, perlahan mengembuskan napas lega. "Syukurlah, manusia," ucapnya sembari memasang senyuman terindahnya yang membuat Ersa terdiam sejenak.

"Kamu pikir, aku setan?" Ersa mendengkus. Ia menghampiri Rani dan duduk di sebelahnya. Mengacak rambut Rani yang sudah teracak sebelumnya. "Cepet sembuh, eh." Rani mengangguk.

***

Truuut ... truuut ....
"Halo!"

"Oy, Rani! Dikau nggak siaran kah? Ini jadwalmu loh, njer." Suara melambai menyapa telinga Ira. Cempreng. Membuat Ira sedikit bergidik.

"Hey, Tyo! Ini ibunya Rani, lah. Raninya lagi sakit." Sebelum menutup telepon Ira menambahkan, "Bilang ke bosmu, Rani nggak boleh siaran lagi!"

Dibantingnya kesal gagang telepon rumah itu. Ira langsung pergi meninggalkan ruang tamu. Ia berencana akan bertakziah ke rumah Nenek Sarni. Agak sedikit telat, memang. Namun tidak menjadi halangan untuk menjalin silaturrahmi dengan keluarganya.

***

Rani merasa haus. Stok air di kamarnya habis. Untuk mengambil air, Rani harus pergi ke dapur, sedang jarak dapur dan kamar agak jauh, kemungkinan ia tidak kuat untuk saat ini. Jika dipaksakan ia akan jatuh pingsan.

"Bu Miraaah ... Bu Miraaah!" Tidak ada jawaban dari Bu Mirah. "Ibuuu! Renooo!" Nihil. Bahkan mereka pun tidak menyahut.

Rani menurunkan kakinya dari ranjang. Memakai sandal rumah bulunya dan berusaha berdiri sekuat tenaga. Untuk berjalan, ia menggapai-gapai apa pun untuk pegangan tangannya.

Ia berhasil keluar. Perlahan-lahan ia menyusuri rumah dengan bertumpu pada dinding. Berhenti sebentar. Ia merasakan sesuatu seperti mengikutinya. "Ibu? Reno?" Tidak ada jawaban.

Slap!
Bayangan melesat jauh di depan mata Rani. "Apa itu?" Dapur sangat gelap. Jendelanya belum dibuka sedari tadi, rupanya. Rani melanjutkan jalannya. Sepasang bola mata merah mengawasinya saat ini. Rani sedikit rabun, tetapi tidak menggunakan kacamata. Dirinya pun bukan anak indigo yang dapat melihat hal tak kasat mata.

"AAA!!" Kini jubah hitam itu berada di depannya dan membuat Rani jatuh pingsan dengan posisi tengkurap.

Continue Reading

You'll Also Like

14.2K 3.3K 177
Title: I Became a God in a Horror Game Status: 589 Chapters (Complete) Author: Pot Fish Chili Genre: Action, Adventure, Horror, Mature, Psychological...
4.3K 275 14
[15+] (Cerita ini mengandung adegan sadis) Memakan daging ular di Desa Sanca dianggap sebagai perbuatan yang keji, siapa saja yang melakukannya akan...
2.3K 59 1
(Cerita ini sebagian terinspirasi dari kisah kelompok pendaki pulau Jawa beberapa tahun silam ) Jika saja mereka setuju untuk tidak mendaki Gunung Is...
136K 8.8K 21
"KAMU tidAK seharusnya baca ceritA iNi, aku pasti meneMani di sAmpingmu saaT membaca, karena inI kisahku!" -Jingga-