Feels [Not] Alone | END ✔✅

By army_bts13928

236K 17.9K 3.7K

Kisah seorang namja yang menginginkan kasih sayang dari keluarganya yang sudah tak pernah menganggapnya ada d... More

PROLOGUE
CHAPTER I
CHAPTER II : FAR AWAY
CHAPTER III : LIE
CHAPTER IV : FAKE
CHAPTER V : CRISTMASH (Part 1)
CHAPTER VI : CRISTMASH (Part II)
CHAPTER VII : Am i Alone?
Bukan Up : Attention Please!
CHAPTER VIII : I'm Sick
CHAPTER IX : THE SUNRISE 1
CHAPTER X : THE SUNRISE 2
CHAPTER XI : AWAKE (PART I)
CHAPTER XII : AWAKE (PART II)
CHAPTER XIII : PAIN (PART I)
CHAPTER XIV : PAIN (PART II)
CHAPTER XV : PAIN (PART III)
CHAPTER XVI : FORGIVEN 1
CHAPTER XVII : FORGIVEN 2
CHAPTER XVIII : FORGIVEN 3
CHAPTER XIX : Is it True?
CHAPTER XX : Breaking Down (Part I)
CHAPTER XXI : Breaking Down (Part II)
CHAPTER XXII : Breaking Down (Part III)
Bukan Up
CHAPTER XXIII : Depression (Part I)
CHAPTER XXIV : Depression (Part II)
CHAPTER XXV : The Truth Feelings
CHAPTER XXVI : Begin (pt. 01)
CHAPTER XXVII : Begin (pt.02)
CHAPTER XXVIII : Misunderstand and Happines
CHAPTER XXIX : Heartbeat (pt. 01)
Chapter XXX : Heartbeat (pt. 02)
Chapter XXXI : Whalien S2
Chapter XXXIII : I'll Call your name, again. (01)
Chapter XXXIV : I'll Call your name, again. (02)
Chapter XXXV : Clouds
Last ; Epilogue
Special ; QnA

Chapter XXXII : Whalien S3

2.5K 197 65
By army_bts13928

***___***

Chapter XXXII : Whalien S3

***___***

Summary :

'Ketika diri belum mampu memantaskan, maka mendo'akan adalah cara terbaik untuk berjuang tanpa harus kehilangan.'

-
-
-
-
-
-
"Hah, aku butuh istirahat." Hoseok yang kebetulan berada di samping Namjoon menyahut, "Ya sudah, istirahat sana." Sarannya datar. Saat ini mereka sedang berada di rumah, beberapa hari ini keadaan sudah mulai membaik. Semakin hari kondisi Taehyung juga menunjukkan perubahan yang positif, hal itu sudah cukup untuk membuat Keluarga Kim merasa lega.

"Yoongi Hyeong kemana?" Tanya Namjoon kemudian seraya membaringkan diri di sofa dan memejamkan mata. Hoseok mengangguk, "Ia pergi bersama Seokjin Hyeong ke supermarket untuk membeli isi kulkas, sudah beberapa lama ini kita jarang makan bersama di rumah." Tutur Hoseok sembari memandang lurus kedepan.

"Heol, begitu ya..." balas Namjoon malas. Seketika suasana mulai hening, tidak ada lagi pembicaraan antara mereka.

"Lalu, dua anak itu juga kemana?" Tanya Namjoon kembali. "Ah, kalau Jungkook dan Jimin bersama Eomma di rumah sakit menjenguk Taehyung. Kondisi Taehyung mulai membaik katanya, syukurlah." Ujar Hoseok tersenyum tipis.

"Hey, Hoseok-a..."

"Hmmm..."

"Menurutmu, apakah semuanya akan segera seperti sedia kala?" Tanya Namjoon termenung, Hoseok terdiam sejenak dengan Namjoon yang ternyata menanti sangat jawaban darinya.

"Semuanya akan normal Namjoon-a." Hoseok menjawab dengan ringan tanpa keraguan, Namjoon termangu dan Hoseok kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku yakin Taehyung akan sembuh, mulai menjalani rutinitasnya seperti biasa, berangkat kuliah tentu saja kali ini bersama Jimin juga Jungkook, kuharap aku juga bisa menyempatkan diri mengantar mereka bertiga. Seokjin Hyeong juga Yoongi Hyeong akan kembali menguliti dunia pekerjaan mereka, begitu juga dengan kita berdua, Namjoon-a. Aku membayangkan sesekali kita sekeluarga berkumpul dan melakukan piknik bersama, walaupun tanpa Appa. Tapi, apa kau tahu satu hal yang paling penting bagiku saat ini Namjoon-a?" Ujar Hoseok panjang lebar seraya menyelipkan pertanyaan di akhir kalimatnya tadi, Namjoon terdiam dalam posisinya.

"Hal penting saat ini bagiku adalah bersama-sama kita membuka lembaran baru tanpa adanya salah satu dari kita yang tersakiti. Tentu saja setelah semua ini telah berhasil kita lewati, bukan begitu?" Celoteh Hoseok dan tersenyum ke arah Namjoon.

Namjoon terkesima mendengarnya, lantas tersenyum tipis. "Heh, aku tak menyangka kau mampu berpikir dewasa juga ternyata." Ejeknya, Hoseok tersinggung dan wajahnya berubah masam. "Yak! Kau pikir umurku berapa, ha?" Ringis Hoseok. "Tidak tahu, bukan urusanku." Sahut Namjoon tak berminat.

"Kami pulang, Namjoon-a, Hoseok-a!"

"Seokjin Hyeong, Yoongi Hyeong! Selamat datang kembali!" Cerca Hoseok bernada ceria dan bersemangat. "Kami pulang." Datar Yoongi seraya menguap hingga matanya berair.

"Setelah selesai masak, kita segera ke rumah sakit." Ucap Seokjin semangat sembari mulai memotong-motong bahan yang dibawanya tadi. "Siap!" Sahut Hoseok dengan semangat bergelora.

***___***

"Taetae Hyeong, kapan siuman ya?" Lesu Jungkook menggenggam tangan kirinya Taehyung. Saat ini Taehyung sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa, sudah tidak di ruang ICU. "Kau benar, sudah berapa hari? 5 hari ya? Mungkin, tidak tahu juga." Timpal Jimin sama lesunya.

"Sudah sudah, jangan terlalu lemah lunglai seperti itu. Bagaimana jika Taehyung terbangun dan melihat kalian berdua seperti ini, menurut kalian bagaimana reaksinya?" Tanya Nyonya Kim terkekeh halus.

Dahi Jimin mengerut dan mulai membayangkan reaksi Taehyung.

'Heh, Jimin-a. Kau sekhawatir itu padaku ya, padahal sebelumnya kau selalu cuek padaku.' Dengan raut wajah mengejek 👉 bayangan di kepalanya Jimin.

'Benar juga kata Eomma, bagaimana kalau reaksinya seperti itu? Aku akan merasa bodoh nanti.' Pikirnya lagi dengan menampilkan tampang bodohnya itu. Beda halnya dengan Jungkook, tentunya ia akan membayangkan bahwa sosok Taehyung akan mengatakan hal uang tentunya membahagiakan hatinya hingga berbunga-bunga, maklum sayang mati pada Hyeong satunya ini.

'Maafkan Hyeong, Jungkookie. Kau pasti merasa bersalah karena aku, jangan khawatir, aku baik-baik saja.' Seraya memeluknya dan mengelus kepalanya lembut 👉 bayangan di kepala Jungkook.

"Surga dunia kalau itu reaksinya." Jungkook bahagia.

"Neraka dunia bagiku jika ia bereaksi seperti itu." Jimin merasa berat membayangkannya.

'Mereka baik-baik saja' kan?' Batin Nyonya Kim seraya terkekeh ragu.

"Oh ya, aku lupa. Eomma!" Ucap Jungkook tiba-tiba. "Hmmm..." gumam Nyonya Kim seraya merapikan pakaian Taehyung. "Seokjin Hyeong bilang, ia akan masak yang banyak dan kita makan-makan bersama di kantin rumah sakit nanti. Bersama yang lain juga, Chanyeol Hyeong dan istri juga anaknya, Malika, Baekhyun Sunbae, Jong dae Sunbae, Sehun pula." Cerca Jungkook polos. "Hah, kenapa si kulit albino itu juga ikut-ikutan sih!" Gerutu Jimin kesal dan berdecih.

"Si Malika itu juga, kenapa juga harus ikut segala. Urus saja perusahaannya Taetae Hyeong, itu lebih baik." Sewot Jungkook bersilang tangan. "Hoo, kalau begitu, kenapa bukan kau saja yang melakukannya, Kim Jungkook-ssi?" Jungkook tersentak lantas berbalik dengan raut wajah terkejut.

"Eeeehhhhhh, sejak kapan kau di belakangku?!" Kagetnya, hampir saja ia terjungkal dan menimpa tubuh Taehyung, untungnya ia berpegangan pada sisi Bed Pasien. "Sejak tadi." Cuek Malika.

'Tumben dia tidak marah.' Batin Jungkook waspada.

"Jadi, maksudmu apa tadi, Ha?!" Sentak Mingyu menahan teriakannya, takut mengganggu istirahatnya Taehyung. "Yak!---"

"Tidak usah urus mereka Eomma, biarkan dua orang gila itu. Kita selesaikan saja ini, melipat baju Taehyung, agar hidup ini lebih berfaedah." Ucap Jimin tenang dan mulai melipat baju satu persatu, diluar mungkin ia tersenyum, tapi dihatinya ia mengumpat. 'Mati saja sana kalian berdua, serangga tak berguna! Berisik! Bangke!' Kokoro Jimin mengamuk.

"Permisi..." Jimin menoleh ke arah suara, begitu pun Nyonya Kim, tapi tidak dengan dua cecurut tadi. "Ah, kalian sudah datang." Sambut Nyonya Kim hangat. Baekhyun balas tersenyum hangat, Jong dae tetap dengan wajah malasnya. "Hey itik, Ada apa dengan mereka berdua?" Tanya Sehun polos. Kokoro Jimin retak mendengarnya.

"Oh Sehun-ssi, kau tahu, aku baru saja berpikir untuk kembali ke rumah sebentar dan mengambil beberapa alat kedokteran milik Seokjin Hyeong dan ingin sekali mengaplikasikannya padamu. Bagaimana rasanya ya jika aku memberimu sedikit suntikan?" Ujar Jimin meremat baju yang dilipatnya kuat-kuat seraya dengan mada bicara amarah tertahan. Seolah mengerti, Sehun menjadi ngeri sendiri. Membayangkan akan disuntik Jimin, pasti brutal dan membawa keburukan.

"Bagaimana kondisi Taehyung, Eommo-nim?" Tanya Baekhyun.

"Keadaannya mulai stabil, walau sempat kehilangan detak jantung. Tapi sekarang sudah baik-baik saja jadi aku merasa lega." Balas Nyonya Kim hangat.

"Woah, semuanya sudah berkumpul ya." Itu Hoseok dengan semangat 45-nya. Untungnya, ruangan rawat milik Taehyung bukan ruang rawat yang biasa-biasa amat, tapi ruang rawat yang memang sih biasa-biasa namun luarbiasa. Istilahnya ruang rawat VIP jadi lumayan besar, bukan kelas ekonomi. Jadi holang kaya memang bebas ya.

***___***

"Appa!"

"Bomi-a, kau sudah sampai ternyata."

"Jadi ini yang namanya Bomi, kiyowo. Pantas saja Taehyung suka padamu, yeppo ne." Kekeh Nyonya Kim lembut seraya mengelus lembut pucuk rambut Bomi. "Tentu saja, Taehyungie Oppa orang yang baik. Tidak pernah jahat pada Bomi, dan selalu mengajak Bomi jalan-jalan ke luar rumah." Seru Bomi semangat tanpa sadar telah membuka luka bagi sekelompok orang. Nyonya Kim sempat terdiam. "Eo-eoh, begitu ya. Taehyungie memang Namja yang baik." Balas Nyonya Kim canggung.

"Sudah Bomi-a, joseonghamnida Eommo-nim. Dia memang begini, terlalu jujur." Ujar Taein. "Ah, tidak apa-apa, Anak-anak memang seperti itu. Namamu?" Tanya Nyonya Kim kemudian. " Taein, Park Taein Imnida, istrinya Dokter Park." Sahut Taein tenang.

"Baiklah, ayo duduk semua. Kita mulai makan bersamanya!" Seru Nyonya Kim lantang. Semuanya mengambil kursi duduk masing-masing dan mulai mempersiapkan diri. "Oh ya, Tata Hyeong bagaimana?" Tanya Mingyu tiba-tiba. "Aku sudah menyuruh perawat untuk menjaganya, jadi tenanglah." Sahut Chanyeol mulai mengambil sumpit.

"Woah, bulgogi. Aku paling suka daging." Seru Baekhyun, "Ah, ada omelet giling juga. Enaknya, semuanya Seokjin-ssi yang buat?" Cerca Sehun berbinar-binar. "Tentu saja, siapa lagi. Tidak mungkin Namjoon, yang ada dapur akan terbakar karenanya." Ejek Seokjin, Namjoon mah santai-santai saja.

Kegiatan hari ini berjalan dengan lancar, sebelum panggilan darurat itu datang.

"Dokter Park, pasien ruangan no. 225 mengalami kejang-kejang!" Seorang perawat yang bertugas menjaga di ruang rawat Taehyung berteriak panik seraya berucap tergesa-gesa. Mata Chanyeol membelalak, sebelum Chanyeol bangkit dari tempat duduknya Seokjin sudah terlebih dahulu berlalu menuju ruang rawat Taehyung secepat mungkin. "Seokjin Hyeong!" Teriak Jimin.

'Tidak, jangan sampai itu terjadi. Bertahanlah, Taehyung-a.' Seokjin bergegas terburu-buru dengan diselimuti perasaan resah bercampur aduk rasa takut tak karuan. "Pantau defibrilator, berikan aku stetoskop secepatnya!" Teriak Seokjin kesetanan.

"Dokter Kim, detak jantungnya mulai melemah!" Seokjin semakin panik dan berkeringat panas dingin, raut wajahnya menunjukkan ketakutan yang luar biasa. 'Tidak, kumohon Taehyung-a. Jangan begini, jangan begini...' batin Seokjin kalut. Wajah damai Taehyung terpampang dihadapannya, pucat pasi. Senyuman Taehyung, ia merindukannya. Tangannya bergetar hebat, stetoskop yang dipegangnya jatuh.

"Dokter Kim!" Chanyeol tiba dan segera memasuki namun yang didapatinya Seokjin yang bergetar seraya menampakkan wajah penuh ketakutan dan rasa bersalah.

"Arggghhhhh!!!!!" Teriak Seokjin, akal sehatnya menghilang. Ia mencengkram kepalanya seraya menggeleng keras. "Tidak, bukan salahku. Taehyung-ku baik-baik saja, Taehyung-ku masih bernapas!" Teriaknya tak karuan. Membuat yang mendengar di luar sana membekap mulut menahan tangis. Mulai berpikir, apakah ini akhir dari kisah mereka?

TBC

#STAYHEALTH
#BEGOODTOLEARN
#CHPTRGAJEYGPRNAHADA
#AKHIRNYAKNSGRATMAT
#PAIPAI
#SENIN, 15:44

Continue Reading

You'll Also Like

474K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
56.3K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.
48.2K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
75.4K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...