Sayang

Da sirhayani

6.8M 346K 29.3K

TERBIT đź“– - "Siapa yang bernama Sayang di sini?" teriak panitia itu, membuat sebagian orang di sana menahan t... Altro

BAB - 1
BAB - 2
BAB - 3
BAB - 4
BAB - 5
BAB - 6
BAB - 7
BAB - 8
BAB - 9
BAB - 10
BAB - 11
BAB - 12
BAB -13
BAB - 14
BAB - 15
BAB - 17
BAB - 18
BAB - 19
BAB - 20
BAB - 21
BAB - 22
BAB - 23
BAB - 24
BAB - 25
QnA, pertanyaan
QnA, jawaban
available
Ekstra Part: Let It Hurt, Then Let It Go

BAB - 16

105K 11.2K 692
Da sirhayani

AAA DITINGGAL TIDUR LAGI.

maap baru bangun sejam lalu, jadi upnya baru jam segini. ehm

____

Alya masih bergelung di balik selimut. Tak ada gairah untuk bangun. Dia pun sengaja mengunci kamarnya agar tak ada yang masuk, termasuk mamanya yang biasa rutin membangunkan di waktu subuh.

Saat melihat ada pesan baru dari Arya, Alya langsung menghela napas gusar. "Lagi dan lagi," gumamnya, lalu membuka ruang percakapan itu. Dia mengernyit melihat display name Arya yang berbeda lagi.

Arya Amanda

Sayang?

Bangun gih

Sholat

Ayolah. Gue lagi berusaha jadi imam buat keluarga kita nanti nih...

Ayang?

Ayang pala lo

Wkwkwkwkwk

Ayang... gi ngapain nich?

Dasar alay

Ganteng-ganteng kok alay

Eh? Tumben?

GUE DIBILANG GANTENG SAMA SAYANG

Kebalikannya, Mas.

Gnetnag maksud lo?

Itu nama lo kenapa ada Amanda nya?

Mengalihkan pembicaraan hem?

Cewek lo ya?

Enggak ngapain boong

Jangan boong sayang

Jangan booingin abang

Dasar gila

Sekali kali kek bilang "dasar ganteng"

Stres

Alya gila, arya amanda ganteng

Terserah

Asli. Nggak diragukan lagi lo bener-bener cewek!

Yang, entar kalau istirahat, ke UKS yuk? Pijitin yah

Ingat rahasia di antara kita?

Amit-amit seruangan sama lo

Kalau lo gak ke UKS, gue bakalan jemput lo di kelas

Terus kalau gue udah dapetin lo, gue bakalan gendong lo ke uks

Stres ni org satu

Jemarinya sibuk menekan-nekan layar. Alya berprinsip yang penting meladeni Arya walau sebentar. Daripada Arya membocorkan rahasia terbesarnya ke Rifal. Kondisinya sedang tidak baik. Akan sangat menjadi masalah besar jika Arya melakukan hal itu. Setelah mengenal Arya, Alya pikir Arya adalah manusia yang tidak punya beban hidup. Pasti tak ada beban baginya untuk melapor kepada Rifal tentang perasaannya kepada cowok itu.

Alya masih di kasur. Gedoran pintu membuat Alya berdecak sebal.

"BANGUN! BANGUN! SAHUR! SAHUR!" teriak Rully sambil terus menggedor pintu. Alya mendelik. Dia heran pada kakaknya yang tak tahu situasi. Padahal Papa sedang di rumah.

"ADUDUH. ADUH!" teriak Rully kesakitan. "PAH! PAH! JANGAN TARIK RAMBUT DEKET TELINGA! ADUH!"

"Kamu ngapain ribut pagi-pagi, hah? Bangunin tetangga!" bentak Papa yang membuat Alya menahan tawa. "MAU LARI KE MANA KAMU? MA! ANAK KAMU TUH LARI KELUAR RUMAH CUMA PAKE SEMPAK! EH, TUYUL GONDRONG MAU KE MANA KAMU!"

"Dasar." Alya tak bisa menahan tawanya. "Papa anak sama aja. Hah." Alya bangkit dari kasur. Dia menuju jendela dan membukanya. Pandangannya tertuju ke bawah. Ada sesuatu di balik pohon yang menghalangi penglihatannya.

"Motor?" gumamnya melihat motor hitam yang ada di luar pagar rumah, parkir di tepi jalan, dekat dengan pohon. Pohon itu tertanam di halaman rumah Alya.

"Pagi, Sayang."

"HUAA!" Alya mundur dan jatuh ke lantai. Shock. Napasnya pendek-pendek karena kaget. Dia belum kembali melihat ke pohon itu. Yang jelas, dia baru saja mendengar suara seseorang yang memanggilnya Sayang dari arah pohon itu.

Suara khas. Intonasi khas. Nadanya khas. Hanya satu orang. Arya.

Tapi, mustahil bukan cowok itu ada di pohon depan rumahnya?

Alya menggeleng-geleng sambil memejamkan mata. "Pasti halusinasi. Ha. Lu. Halu. Halu. Gue lagi halu."

DUG

Jantung Alya berdebar kencang. Suara itu membuat jantungnya lari marathon.

"Ngapain, Yang?"

Alya membuka sebelah matanya dan melihat sosok berseragam SMA sedang berjongkok di atas jendela. Alya membelalak. Dia bangkit secepat mungkin dan menarik tangan Arya hingga cowok itu turun ke lantai.

"Apa yang barusan lo lakuin?" bisik Alya setelah menutup jendelanya. "Lo kenapa bisa ada di sini, sih? Ngapain!"

"Bukannya lo yang narik gue ke dalam sini?"

"Pelangin suara lo!" Alya menatap pintu untuk memastikannya terkunci. Dia menatap Arya lagi. "Ngapain lo senyum-senyum? Pergi sekarang dan jangan sampai ada yang lihat!"

"Mau jemput ayam bebeb, lah," balas Arya santai. Arya menatap sekeliling kamar itu. "Buset. Ini kamar cewek atau cow—" Ucapan Arya terpotong karena Alya membekap mulutnya.

"DIEM!" bentak Alya.

"ALYA! BANGUN! KAMU NGGAK KE SEKOLAH APA?" Teriakan disertai gedoran pintu dari Papa membuat Alya panik setengah mati. Arya hanya sibuk menertawai tingkahnya.

"Lo ngapain senyum-senyum, hah? Lo pikir ini lucu?" bisik Alya kesal. "Aduh, bisa mampus gue."

"ALYA!" teriak Papa lagi.

"Iya, Pa! Ini udah bangun, kok!" Alya meninju keras dada Arya, membuat Arya meringis kesakitan. Alya membuka jendelanya dan memberi ruang untuk Arya keluar. "Cepetan keluar sebelum Bokap gue turun ke bawah!"

"Hobi banget ya mukul dada gue?" Arya naik ke jendela dan sempat berjongkok di sana. "Jangan sampai hobi nyakitin hati gu—"

"Bacot."

Balasan Alya membuat Arya tak bisa menahan tawa. Alya semakin panik. Seandainya mendorong Arya dari jendela ini tidak akan memperparah situasi, dia sudah melakukannya sejak tadi.

"Buruan!" bentak Alya pelan.

Arya lompat ke pohon dengan gerakan halus sampai Alya tak sadar cowok itu sudah duduk manis di atas motornya. Alya terkejut saat ponselnya berdering. Sementara di bawah sana, Arya sedang mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Apa lagi!" bentak Alya.

"Cepetan mandi. Pakai seragam. Gue tungguin lo di bawah."

"Gue nggak ke sekolah."

"Kenapa?"

"Harus gue jawab, ya?" balas Alya ketus.

"Harus, dong. Kan lo sayangnya gue."

Alya ke jendela dan mengangkat tinjunya. "Harusnya tadi gue dorong lo dari jendela!"

Arya terbahak-bahak. "Pokoknya turun! Lo harus ke sekolah."

"Gue nggak ke sekolah."

"Kenapa?" Arya memberi pertanyaan yang sama. Alya hanya bisa berdecak. "Oh, lagi galau, ya? Karena cowok itu? Emangnya seistimewa apa, sih, dia? Sampai lo kayak gini? Jangan-jangan lo sakit hati nggak bisa menerima kenyataan kalau dia udah punya pacar?"

Alya menjauhkan ponselnya dari telinga. Tanpa kata. Dia menarik jendela, menutupnya dengan keras. Lalu dia kembali bergelung di balik selimut dan mengalihkan pikiran dengan chatting di grup Curhatan Cewek Labil. Dia memberitahukan kepada yang lain bahwa dia masih di kasur.

***

Arya terpaku, lalu dia bergumam. "Tadi itu salah, ya?"

Arya turun dari motor. Mondar-mandir di dekat motornya. Sesekali matanya mengarah ke jendela Alya yang masih tertutup. Baru kali ini dia merasa sangat bersalah setelah melakukan sesuatu hal.

"Ya, salah, lah. Bego," racau Arya. Dia tidak tahu lagi bagaimana memancing Alya keluar. Saat tak sengaja memandang teras rumah Alya dan melihat papanya Alya ada di sana, sebuah ide terlintas di benaknya hingga membuat senyumannya terbit lagi.

SAYANG

Bokap lo lagi ngopi ya di teras?

Gue tunggu 5 menit.

Kalau nggak, gue datengin bokap lo sambil bilang gini

"Selamat pagi calon mertua. Alya ada? Saya pacarnya. Mau jemput."

Arya menatap jendela kamar Alya. Beberapa detik setelah pesan itu terkirim, jendela itu terbuka. Alya muncul di sana dengan rambut yang berantakan habis diacak-acak. Arya tertawa. Dia benar-benar tak bisa menahan tawanya jika melihat Alya sudah kesal seperti itu. Alya kembali menutup jendela, kemudian terdengar bunyi yang gaduh. Dari sini, terdengar suara teriakan Alya meski samar-samar dan cewek itu menyebut-nyebut nama Rully.

Hanya beberapa menit, Alya sudah muncul di halaman rumahnya. Wajahnya kusut. Rambutnya bahkan belum disisir meski sedikit lebih rapi dari sebelumnya. Arya senyum-senyum sendiri melihat bagaimana ekspresi Alya saat melangkah ke arahnya dengan tatapan ingin membunuh.

Tiba di depan Arya, cewek itu langsung melayangkan tas ke lengan Arya dengan ganas. "Cepetan!" seru Alya galak.

Arya masih tersenyum. "Ini jam berapa?" tanya Arya sambil melirik jam tangannya.

"Nggak tahu." Alya melirik Arya dengan sinis. "Nggak usah senyum-senyum gitu. Nyebelin."

Arya tertawa. Tawanya berhenti saat sadar sesuatu. Kenapa dia menikmati semua ini? Dan kenapa dia bisa sesenang itu hanya dengan melihat Alya menatapnya dengan tatapan ketus? Dia naik ke atas motornya dan mulai menjalankan mesin, lalu bergumam pelan setelah perkataan Harry tempo hari terngiang-ngiang, "bisa gila gue."

Alya naik dan menepuk helmnya dari belakang. "Ayo jalan cepet! Sebelum Bokap gue lihat!"

"Oke, pegangan yang kenceng. Helikopter mulai berangkat."

"Bodo," kata Alya pelan yang masih terdengar jelas di telinga Arya.

Arya membawa motornya dengan laju tinggi untuk mengejar waktu tiba di sekolah sebelum bel. Bahu, lengan, tas, dan helmnya menjadi sasaran tangan Alya di sepanjang perjalanan menuju sekolah. Alya terus bicara di sepanjang perjalanan, menyuruhnya untuk tidak ngebut. Namun, bukan Arya namanya jika harus menuruti kemauan orang lain. Semakin Alya berteriak menyuruhnya hati-hati, semakin membuat Arya menjadi-jadi.

Hingga akhirnya sekolah mulai terlihat dan Alya tidak mengatakan apa-apa lagi karena lelah. Gerbang sekolah masih terbuka lebar. Siswa-siswi juga kendaraan bermotor milik para siswa masih padat di gerbang masuk.

"Turunin gue di sini!" bentak Alya setelah melewati gerbang. Arya menahan senyum saat menghentikan motornya di tepi jalan masuk.

Alya turun dan segera membuka helm. Marahnya sudah di ubun-ubun. Cewek itu menaruh helm di spion motor Arya, lalu berdecak sebal saat ditatapnya Arya yang sedang tersenyum.

"APA?"

"Aw, galak ih, Mbaknya." Arya tertawa di atas motornya.

"Lo nyebelin nyebelin nyebelin."

"Kalau nggak ngebut kan bisa telat?"

"Kalau kita kecelakaan gimana? Gue kasihan sama lo. Nanti makin geger otak!" kata Alya penuh penekanan, lalu cewek itu pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Arya mengambil ponselnya, menghubungi seseorang.

"Kayaknya kecurigaan gue bener, Vin." Raut wajah Arya berubah dingin saat melihat seseorang yang berjalan di belakang Alya. "Soal anak itu. Bawa dia ke gudang sekolah istirahat nanti. Iya. Gue nyusul."

***


thanks for reading!

love,

sirhayani

Continua a leggere

Ti piacerĂ  anche

2.2M 164K 51
Sequel Bad Boy Behind The Glasses Ini bukan lagi tentang aku dan kamu saja, tapi ini juga tentang mereka. Ini bukan lagi tentang siapa pemeran utama...
1.7M 122K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
6.3M 413K 57
[Sequel INTO YOU] Akan ada saat dimana orang berhenti berjuang. Berhenti berharap. Meski sulit, tapi itu yang terbaik. Sama hal-nya dengan Bintang Ar...
3.2M 251K 63
#VERNANDOSERIES 1 🤴🏻 Hanya satu keinginan Renata saat ini. Menjadi 'satu' dari 'semua' alasan Elfan untuk tersenyum. Copyright. 2016 oleh nafiaaw ㅡ...