The Devil Prince [ENDING!]✔️

Par Mellyeye1154

7.1K 701 99

Park Yoo Ra gadis polos yang bermimpi ingin bertemu dengan seorang pangeran tampan dambaan hatinya. Tapi baga... Plus

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20

Chapter 21 [Ending]

292 24 1
Par Mellyeye1154


The Devil Prince!


.


Alunan musik menggema syahdu di dalam sebuah ruangan yang nampak begitu luas bernuasa serba putih. Tirai-tirai putih beterbangan tertiup angin melalui jendela yang terbuka disekeliling ruangan tersebut. Dengan kaki-kaki jenjangnya Yoo Ra berjalan perlahan menuju bagian tengah ruangan, membiarkan gaun putihnya yang panjang terseret diatas lantai keramik,  sementara kedua mata gadis itu tertuju lurus menatap satu-satunya pria tampan mengenakan toxedo putih senada dengan kemeja didalamnya, sedang menunggu kedatangan Yoo Ra disana.

Mimpi ini lagi? Pikir Yoo Ra, yang bahkan sudah bisa menebak jika yang ada dihadapannya sekarang ini hanyalah mimpi. Ia tidak tahu kenapa, tapi sepertinya ia sudah terlalu sering bermimpi hal yang sama seperti ini.

"Maukah kau berdansa denganku? Tuan putri?" Ujar seorang pria yang tengah berlutut dihadapan Yoo Ra.

Yoo Ra mengangguk menatap sosok pria yang ada dihadapannya tersebut. Yesung, pangeran tampan yang selalu ada didalam mimpinya itu. Yoo Ra mengulurkan tangannya menyambut Yesung yang sudah menunggunya sejak tadi.

Yesung tersenyum menatap Yoo Ra yang menyambut tangannya kemudian berdiri, dengan lembut ia meraih kedua tangan gadis itu menuntunnya untuk memeluk belakang lehernya, sementara kedua tangannya sendiri ia lingkarkan dipinggang Yoo Ra. Mereka berdansa mengiringi musik yang diputar sambil menatap satu sama lain, tanpa berpaling sedikitpun dari orang dihadapan mereka.

Ting tong Tiingg TONGGG!

Suara jam besar yang ada pada bagian sudut ruangan mendadak berbunyi nyaring. Yoo Ra mengalihkan pandangannya menatap jarum jam yang menunjukkan tepat pukul tengah malam, Yoo Ra hanya tersenyum sesaat lalu kembali menatap Yesung yang tengah berdansa dengannya. Persetan dengan jam itu. Yoo Ra bukanlah seorang Cinderella yang akan pergi saat jam itu berbunyi, ini adalah mimpinya dan Yoo Ra masih ingin terus bersama Yesung bahkan jika itu hanya didalam mimpinya sekalipun.

 "Yoo Ra?" Ucap Yesung, mendadak menghentikan dansanya.

Yoo Ra mengeryit menatapi Yesung.

 "Terimakasih... Tapi aku harus pergi sekarang..." Lanjut Yesung.

 "Apa?" Tanya Yoo Ra tak mengerti.

Tanpa berkata apapun lagi Yesung lalu melepaskan tangan Yoo Ra yang memeluknya dan tepat setelahnya pria itu pun berbalik badan, lalu pergi meninggalkan Yoo Ra yang terlihat sangat shock.

***

.

Yoo Ra meletakkan gelas kopi diatas meja, sebelum ia akhirnya memilih duduk diruang makan apartemennya. Raut gadis itu tampak terlihat kesal, menyeruput kopi yang baru saja ia seduh untuk sarapan paginya.

 "Kenapa aku bermimpi aneh tentang dansa bodoh itu terus-menerus?" Gumam Yoo Ra meletakan kembali gelas kopi ke atas meja.

 "Dan kenapa juga aku harus memimpikan Yesung??"

"Kenapa dia meninggalkanku ditengah-tengah dansa, disaat aku ingin tetap bersamanya??"

 "Aish! Kenapa aku merasa sangat kesal??" Rutuk Yoo Ra untuk kesekian kalinya tampak frustasi.

Ting tong!

Semua pikiran Yoo Ra tentang mimpi mendadak buyar saat suara bel terdengar dari arah pintu depan. Yoo Ra beranjak dari kursinya, beralih mengambil tas yang sudah ia letakkan pada kursi disebelahnya, lalu berjalan menuju pintu.

 "Good morning?" Sapa Yesung begitu Yoo Ra membuka pintu.

 "Ayo pergi" Ucap Yoo Ra singkat, lalu menutup kembali pintu apartemennya.

 "Ah? Baiklah!" Kata Yesung menatap aneh pada Yoo Ra yang sudah berjalan lebih dulu.

Sembari mensejajarkan langkahnya dengan Yoo Ra, Yesung diam-diam mengamati raut gadis itu. Mencoba menerka apa yang sedang Yoo Ra pikirkan dengan raut kesal seperti sekarang.

 "Ada apa? Sepertinya kau terlihat kesal?" Tanya Yesung saat mereka berada didalam lift yang akan membawa mereka kelantai dasar.

 "Tidak ada apa-apa" Sahut Yoo Ra, menatap sekilas pada Yesung.

Yesung berdecak. "Sepertinya kau tidak terlihat baik seperti katamu. Katakan padaku, ada apa?" Yesung masih mencoba mencari tahu.

Yoo Ra menghela nafas panjang mengamati raut penasaran Yesung saat itu. Yoo Ra tahu tidak semestinya ia memperlakukan Yesung seperti sekarang hanya karna sebuah mimpi, ia sungguh merasa sangat kekanakan, sungguh ia sadar akan hal itu.

"Aku sungguh tidak apa-apa" Ucap Yoo Ra sekali lagi, mencoba meyakinkan Yesung.

"Bagaimana denganmu? Apa kau sungguh sudah siap untuk bekerja? Apa kau sudah benar-benar sehat?" Raut Yoo Ra tampak khawatir.

Yesung tidak bergeming, diam mengamati Yoo Ra seksama. "Tentu saja, aku sudah sangat sehat" Jawab Yesung akhirnya.

"Syukurlah" Yoo Ra tersenyum simpul saat salah satu tangan Yesung menggenggam jemarinya. "Kau tidak perlu repot mengantarku bekerja seperti ini, kau harus banyak istirahat"

"Tidak mau!" Tolak Yesung.

Yoo Ra mengeryit.

"Kau tahu" Sambung Yesung beberapa saat kemudian. "Aku bahkan tidak bisa tidur dengan tenang... Setiap kali aku teringat padamu aku merasa sangat takut. Aku takut jika semuanya hanya mimpi, jadi aku ingin cepat-cepat bertemu denganmu dan memastikannya"

"Aku tidak percaya bisa berada disisimu seperti sekarang" Kali ini ganti Yesung yang tersenyum. Kata-katanya barusan terdengar sangat tulus.

"Terimakasih sudah menerimaku"

Yoo Ra tidak bicara apapun, kedua matanya memandang Yesung lekat. Sedang rona merah tampak menghias diraut gadis cantik itu.

~*¥*~

.

Angin bertiup cukup kencang sore itu, membuat daun-daun maple yang sudah tampak kering berguguran disekitar taman. Musim dingin sepertinya akan segera tiba menginggat sekarang sudah hampir memasuki akhir tahun.

Yoo Ra duduk disalah satu bangku taman, memandang kearah langit yang masih tampak cerah, meski angin yang bertiup cukup membuatnya kedinginan. Mendadak sebuah bola memantul kearah Yoo Ra duduk,  gadis itu mengambil bola yang ada dibawah kakinya lalu beralih memandang kesekitar. Menangkap sosok anak laki-laki yang tengah berlari mendekatinya.

"Apa ini bolamu?" Tanya Yoo Ra pada anak laki-laki yang menghampirinya.

Anak kecil berusia sekitar 4 tahunan itu mengangguk dan terseyum lucu. Sungguh Yoo Ra ingin sekali memeluk makhluk lucu dihadapannya itu.

"Siapa namamu adik kecil?" Tanya Yoo Ra lagi, duduk berjongkok demi menyamai tingginya dengan anak itu.

"Min suk" Sahut anak itu malu-malu.

"Aigoo, kau manis sekali dan juga pintar" Gemas Yoo Ra.

"Yoo Ra-ya" Panggil sebuah suara.

Gadis itu menoleh kesumber suara, menatap Yesung yang sepertinya sudah kembali dengan dua cup kopi ditangannya. Yoo Ra sampai lupa jika ia datang kesana bersama Yesung.

"Kau menunggu lama?" Tanya Yesung, lalu beralih menatap anak kecil didekat Yoo Ra. "Siapa anak ini? Apa kau menculiknya?" Gurau Yesung sembari memberikan cup kopi kepada Yoo Ra.

Yoo Ra berdecak. "Anak ini sedang bermain bola, lihatlah dia lucu sekali" Ujarnya, beralih menatap anak yang baru menyebutkan namanya sebagai Min suk itu.

"Nah, Min suk-ah dimana ibu dan ayahmu? Kau tidak boleh bekeliaran lebih lama lagi, meskipun aku sangat menyukaimu"

"Ibuku ada disana, aku tidak kemana-mana" Sahut Min suk tegas. Ia mengangkat tangan kanannya menunjuk pada seorang wanita yang duduk dibangku taman tidak jauh dari mereka.

Yoo Ra dan Yesung mengikuti arah yang ditunjukan oleh Min suk, menatap wanita muda yang tengah duduk disana dan sepertinya baru menyadari keberadaan Min suk, lalu beranjak menghampiri mereka.

"Aigoo! Min suk-ah... Sudah ibu bilang jangan jauh-jauh dari ibu..." Omel wanita muda itu pada anaknya, lalu tersenyum.

"Dia hanya mengambil bolanya" Jelas Yoo Ra lalu berdiri dihadapan wanita itu.

Wanita itu menoleh menatap Yoo Ra. "Nde, terimakasih. Maaf sudah merepotkan kalian..."

"Min suk anak yang pintar dan lucu" Yoo Ra mengusap kepala Min suk gemas, sambil terus tersenyum. Sementara Yesung hanya terdiam tanpa berucap apapun.

"Sekali lagi terimakasih nona dan tu..." Kata-kata wanita itu mendadak terhenti begitu ia menatap pada Yesung. Rautnya terlihat shock.

Yoo Ra yang menyadari itu tampak kebingungan melihat ekspresi yang terpatri diwajah wanita muda itu, sebelum pandangannya beralih pada Yesung yang juga menunjukkan ekspresi yang sama.

"Y-yesung?" Ujar wanita itu terbata.

Yesung segera mengalihkan perhatiannya dari wanita itu, seolah ia tidak mau melihatnya. Yoo Ra bisa melihat raut marah Yesung saat itu, entah apa sebabnya.

"Ayo kita pergi" Ucap Yesung, menyambar pergelangan tangan Yoo Ra kuat dan membawa gadisnya pergi begitu saja meninggalkan wanita itu.

~*¥*~

.

Hening!

Itulah yang Yoo Ra rasakan setelah mereka pergi dari taman sebelumnya, meninggalkan sepasang ibu dan anak disana. Yesung tampak sangat diam dan sama sekali tidak bicara meski sudah cukup lama mengendarai mobilnya.

Ada begitu banyak pertanyaan yang berputar-putar dipikiran Yoo Ra, tapi ia takut akan membuat Yesung marah. Sosok Yesung yang sekarang seperti bukan Yesung yang ia kenal, dia berubah menjadi sosok yang dingin persis seperti saat pertama Yoo Ra bertemu dengan pria bermata sipit itu, atau mungkin lebih parah. Yoo Ra rasa ia bahkan takut hanya untuk melihat matanya.

Cciiiitttttttt!

Mendadak Yesung menginjak pedal rem mobil ditengah-tengah perjalanan, membuat Yoo Ra sangat kaget atas apa yang dilakukan Yesung itu. Untunglah jalanan malam itu sedang cukup sepi, kalau tidak, mungkin sudah terjadi kecelakan disana sekarang.

"Yesung!!" Pekik Yoo Ra. 

"Apa yang kau lakukan?" Tanyanya, sebenarnya Yoo Ra sedikit marah karna Yesung hampir saja membuatnya terkena serangan jantung setelah menghentikan mobilnya dengan tiba-tiba.

"Kau mengenali wanita itu?"

Yesung masih belum bergeming, tatapan matanya terlihat kosong, memandang lurus jalanan didepannya.

"Yesung, jawab aku?" Tuntut Yoo Ra mulai kesal.

"Nanti" Sela Yesung tiba-tiba. Mengentikan semua kata-kata yang sudah siap Yoo Ra lontarkan saat itu juga jika Yesung masih tetap mengabaikannya.

"Nanti akan kujelaskan, jadi kumohon biarkan aku sekarang..." Lirih yesung kemudian.

Kali ini Yoo Ra terdiam. Entah kenapa Yesung terlihat sangat menyedihkan sekarang, membuatnya ikut merasakan kekacauan pria itu yang Yoo Ra tidak tahu disebabkan oleh apa.

Yesung menyandarkan tubuhnya pada kursi kemudi, lalu memejamkan matanya. Terdengar helaan nafas panjang darinya. Yoo Ra mengamati Yesung dalam diam, sedang tangannya berusaha meraih salah satu tangan Yesung, mengenggamnya erat.

~*¥*~

.


"Masuklah" Perintah Yoo Ra pada Yesung yang masih berdiri didepan pintu apartemennya.

"Menginap saja disini. Aku tidak bisa membiarkanmu mengemudi dengan kacau seperti tadi, kau sungguh membuatku cemas" Rutuk Yoo Ra, tanpa bisa menutupi raut khawatirnya.

Yesung tersenyum menangkap dengan jelas kekhawatiran Yoo Ra terhadapnya, walau nada bicaranya terdengar ketus. "Baiklah" Ujarnya lalu masuk kedalam apartemen.

"Duduk disana! Aku akan buatkan teh hangat untukmu..." Lagi-lagi Yoo Ra memberi perintah, mendorong Yesung duduk pada sofa diruang tamu.

"Mianhae" Kata Yesung membuat langkah Yoo Ra terhenti. "Aku sudah mengacaukan kencan pertama kita, seharusnya kita pergi makan malam dulu... Kau pasti lapar..." Yesung tampak bersalah.

"Gwencahana, aku juga tidak terlalu lapar" Sahut Yoo Ra, melanjutkan kembali langkahnya menuju dapur.

"Apa kau lapar? Aku akan masakan ramyeon untukmu jika mau... Aku belum belanja jadi tidak bisa masak macam-macam..." Seru Yoo Ra dari arah dapur yang tidak ada dinding pembatas itu, hingga ia bisa melihat jelas kearah Yesung.

"Tidak perlu, aku juga tidak lapar" Tolak Yesung.

"Baiklah" Yoo Ra kembali keruang tamu dengan segelas teh hangat untuk Yesung. "Minumlah, aku sengaja membuatnya tidak terlalu panas agar bisa segera diminum"

"Gomawo" Yesung menerima teh pemberian Yoo Ra dan segera meminumnya.

Yoo Ra memilih duduk disamping Yesung, melihat Yesung meneguk habis teh buatannya lalu meninggalkan gelas kosong diatas meja.

"Sudah lebih baik?"

"Mungkin" Yesung tersenyum. "Kurasa aku mengantuk sekarang" Lirih Yesung lalu menyandarkan kepalanya dibahu Yoo Ra.

"Kenapa kau jadi manja begini?" Yoo Ra berdecak.

"Kenapa? Aku pacarmu!" Seru Yesung, terdengar nada kesal dari kalimatnya. "Apa tidak boleh?" Tanya Yesung kemudian.

"Terserah kau saja" Ketus Yoo Ra.

Kedua orang itu kembali diam. Baik Yoo Ra ataupun Yesung sudah mencoba untuk bercanda sebelumnya untuk memperbaiki suasana, tapi nyatanya tetap tidak bisa mengusir atmosfir buruk disekitar mereka. Untuk beberapa saat Yesung memilih memejamkan kedua matanya sebelum kembali terbuka beberapa menit kemudian.

"Yoo Ra?" Panggil Yesung lembut.

"Nde?"

"Apa kau sungguh mencintaiku?"

Yoo Ra mendadak menjauhkan tubuhnya dari Yesung, membuat pria itu mau tidak mau harus mengangkat kepalanya yang bersandar pada Yoo Ra sebelumnya. Menatap raut bingung gadis didekatnya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Yoo Ra balik bertanya, masih dengan raut bingung diwajahnya.

"Hanya ingin memastikan" Sahut Yesung enteng. "Jika di ingat-ingat, kau belum pernah berkata sekalipun jika kau mencintaiku?"

Raut Yoo Ra tampak marah kali ini.

"Katakan jika kau mencintaiku?" Tuntut Yesung.

"Kau meragukanku?" Lagi-lagi yang keluar dari mulut Yoo Ra hanya sebuah pertanyaan.

"Bukan begitu... Aku..."

"Aku mau tidur, aku akan pergi kekamarku!" Ucap Yoo Ra tidak berniat mendengar kelanjutan kata-kata Yesung dan bangkit dari sofa.

"Tunggu!" Tahan Yesung segera meraih tangan Yoo Ra, sebelum gadis itu sempat pergi. "Jangan marah dulu..." mohon Yesung, menarik kembali Yoo Ra duduk disisinya.

"Aku... Aku hanya takut kau berubah pikiran... Aku takut kau menolakku lagi setelah aku memberikan semua hatiku untukmu... Aku hanya merasa takut..."

"Jangan pernah meninggalkan aku, karna aku sangat mencintaimu!" Tegas Yesung menatap lekat pada Yoo Ra, menunggu.

Yoo Ra menghela nafas. Menangkap dengan sangat jelas raut putus asa dihadapannya. Sebenarnya sebesar apa pengaruh wanita itu bagi Yesung? Apa hubungan mereka? Yesung merupakan sosok yang angkuh saat pertama kali Yoo Ra mengenalnya, tapi sekarang dia berubah menjadi sangat rapuh hanya karna melihat wanita itu.

"Aku mencintaimu Kim Yesung!" Ucap Yoo Ra tegas. Meski butuh beberapa menit baginya untuk mengatakan itu.

Yesung tersenyum mendengar jawaban Yoo Ra, menarik gadis itu kedalam rengkuhannya dan memeluknya erat. Yoo Ra membalas pelukan Yesung, mengusap pelan pungung lebar pria itu.

"Gomawo" Ucap Yesung setelah melepaskan pelukan mereka.

Masih dengan jarak yang sangat dekat, Yesung memandang wajah Yoo Ra yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Yesung tersenyum, perlahan memutuskan jarak diantara mereka. Salah satu tangan Yesung bergerak menekan tengkuk Yoo Ra, menyentuh bibir lembut milik Yoo Ra dengan bibirnya. Mengecup dan melumatnya perlahan.

~*¥*~

.


Yoo Ra tampak begitu tenang saat ini, berbaring diatas ranjang didalam kamarnya. Kedua matanya tertuju lurus menatap Yesung yang juga berbaring tepat disebelahnya, masih tertidur lelap bergelut dalam dunianya sendiri.

Sebenarnya Yoo Ra merasa sangat nyaman berada disisi Yesung seperti sekarang. Melihat raut polos Yesung yang mungkin hanya bisa ia lihat saat pria itu sedang tertidur seperti sekarang, dia bahkan terlihat tampan. Tapi apa yang terjadi kemarin ditaman masih mengganggu pikiran Yoo Ra. Ia sungguh ingin tahu dan Yoo Ra harap Yesung akan menjelaskan padanya nanti.

Yoo Ra bangkit dari tidurnya dan hendak pergi sebelum tangan Yesung mendadak menahannya.

"Kau sudah bangun?" Yoo Ra mengeryit melihat Yesung yang menggenggam lengan kirinya dengan mata terpejam.

Tanpa berucap, Yesung menarik kembali Yoo Ra berbaring disebelahnya dan tanpa membuka mata, ia memeluk Yoo Ra kedalam rengkuhannya.

"Apa yang kau lakukan?" Rutuk Yoo Ra, cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Yesung. Meski ia juga menyukainya.

"Hanya ingin memelukmu" Sahut Yesung dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur.

Yoo Ra mendongak mencoba menatap wajah Yesung saat pria itu juga membuka matanya, tersenyum lembut. Hingga beberapa detik kemudian Yoo Ra lagi-lagi dibuat terkejut ketika Yesung tiba-tiba mengecup bibirnya sekilas.

"Morning kiss" Ucap Yesung masih tersenyum. Lalu mempererat pelukannya.

Yoo Ra tidak bisa berkata apa-apa, selain hanya tersenyum melihat sikap manis Yesung pagi itu. Kenapa sikapnya bisa berubah-ubah seperti ini? Kadang dia dingin, kadang dia pemarah, kadang lembut dan manis seperti sekarang atau bahkan rapuh seperti semalam.

"Yesung" Panggil Yoo Ra pelan.

"Iya?" Sahut Yesung.

"Apa... Tidak ada yang ingin kau ceritakan padaku...?" Kata Yoo Ra meski awalnya sedikit ragu.

Senyum diwajah Yesung sebelumnya mendandak lenyap, berubah menjadi lebih serius, menatap lekat kedalam mata Yoo Ra.

"Akan kuceritakan" Putusnya kemudian. Yesung melepaskan pelukannya perlahan. "Tapi bisa kita sarapan dulu sebelumnya? Kau belum makan sejak semalam" Lanjutnya.

Yoo Ra belum bereaksi, sungguh ia ingin mendengar semuanya dari Yesung sekarang, ia sangat pernasaran tentang wanita itu. Tapi Yesung tetap diam.

"Baiklah" Ucap Yoo Ra akhirnya, tahu jika Yesung tidak akan bicara apapun setelah sarapan, seperti yang dikatakannya sebelumnya.

~*¥*~

.


Aroma kopi yang manis menguar disekitar indera penciuman Yesung, saat pria itu meniup uap panas dari kopi digelasnya sebelum menghirupnya sedikit demi sedikit. Yesung menatap Yoo Ra yang duduk pada kursi diseberang meja makan didepannya, memastikan Yoo Ra menghabiskan sandwichnya.

"Kau tidak makan?" Tanya Yoo Ra, melihat Yesung yang hanya meminum kopi tanpa menyentuh sandwich dipiringnya.

"Aku hanya ingin minum kopi, atau... apa kau punya bir? Soju juga boleh??"

"Yak! Apa kau ingin mabuk sekarang?" Yoo Ra mendengus, melotot menatap Yesung.

"Aku bercanda" Yesung terkekeh dan itu membuat Yoo Ra semakin marah. 

Yoo Ra menyelesaikan sarapannya, menyingkirkan piring sandwich menjauh dari hadapannya. Beralih menatap Yesung.

"Ceritakan padaku sekarang" Pintanya membuat Yesung terdiam setelahnya.

"Baiklah" Tanggap Yesung, berdeham pelan menatap Yoo Ra. Tampak lebih serius sekarang.

"Dia... Lee Hyejin..." Kata Yesung masih ragu-ragu. Yesung masih menimbang-nimbang apakah ia memang harus melanjutkan kata-katanya atau tidak, tapi jika melihat ekspresi serius diwajah Yoo Ra sekarang Yesung tahu mau tidak mau dia tetap harus terus bicara.

"Dia mantan istriku"

"MWO??" Yoo Ra membelalak, shock sekaligus bingung disaat bersamaan. Yesung mengalihkan pandangannya kearah lain menyesali perkataannya barusan, membuatnya ragu harus melanjutkan penjelasannya atau tidak.

"K-kau sudah pernah menikah sebelumnya??" Ujar Yoo Ra terbata.

Yesung mengangguk lemah, tanpa menatap Yoo Ra.

"Kapan?" Yoo Ra meminta penjelasan lebih. 

Ini sungguh diluar pikirannya, sejak semalam otak Yoo Ra sudah membayangkan segala kemungkinan tentang hubungan Yesung dan wanita itu tapi apa yang dikatakan Yesung sekarang adalah yang paling tidak bisa ia pikirkan sebelumnya.

Yesung masih tetap diam, tidak berniat untuk melanjutkan kata-katanya. Atau mungkin memang seharusnya ia tidak pernah mengatakannya pada Yoo Ra. Pikir Yesung.

"Apa kau akan meninggalkanku setelah ini?" Tanya Yesung, memberanikan dirinya untuk menatap Yoo Ra. Raut Yesung yang putus asa kembali terlihat saat itu.

"Aku hanya ingin mendengar semuanya darimu" Tutur Yoo Ra lembut. "Aku ingin tahu semua tentang dirimu, masa lalumu, keluargamu... Dan tidak peduli apapun itu aku tetap menyukaimu..."

Seulas senyum perlahan melengkung dibibir Yesung. "Gomawo"

"Aku menikah sekitar 4 tahun lalu" Sambung Yesung, menjawab pertanyaan Yoo Ra sebelumnya. "Aku dijodohkan oleh ayahku. Aku tidak mencintai wanita itu tapi ayah memaksaku menikahinya karna dia adalah putri dari teman baik ayah. Mereka sudah merencanakannya sejak lama, awalnya aku menolaknya tapi pada akhirnya aku tetap melakukannya"

"Tapi aku tidak tahu jika menuruti permintaan itu akan menghacurkan semuanya. Lee Hyejin menikah denganku dan kami menjadi sepasang suami istri untuk beberapa bulan meski dengan kecanggungan diantara kami karna kami tidak saling mengenal sebelumnya, tapi aku berusaha bersikap baik sebagai suami dan belajar untuk mencintainya. Sebelum aku menemukannya berselingkuh dengan mantan kekasihnya"

Kedua mata Yoo Ra membulat, terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Yesung. Tapi Yoo Ra tidak berniat memberi komentar, hanya diam menunggu penjelasan Yesung selanjutnya.

"Sejak itu kami sering bertengkar, setiap hari yang kami lakukan hanya bertengkar dan bertengkar. Dia memintaku untuk menceraikannya tapi aku menolak karna kesehatan ibuku sedang buruk waktu itu dan aku tidak mau membuatnya semakin buruk jika mendengar tentang aku yang akan bercerai. Aku hanya ingin menundanya beberapa waktu..."

"Setelah beberapa bulan akhirnya kami bercerai. Tapi masalahnya tidak selesai sampai disitu..."

"Aku bertengkar hebat dengan ayahku, aku keluar dari perusahaan dan pergi meninggalkan rumah. Disaat aku sangat terpuruk, disanalah aku bertemu dengan Hyun Ji. Aku sedang berusaha mengalihkan pikiranku dari semua masalah saat aku melihatnya juga sedang frustasi setelah Tae Joon mencampahkannya. Aku membantunya membalas dendam pada Tae Joon dengan cara menjebak penjahat itu dan menjebloskannya kepenjara, sedang Hyun Ji membantuku melupakan semua masalahku"

Yesung menarik nafas dalam setelah penjelasannya yang panjang, kembali mengalihkan pandangannya. Entah mengapa Yoo Ra merasa sedikit bersalah saat ini, karna mungkin ia sudah membuat Yesung mengingat semua luka yang sudah berusaha Yesung kubur jauh dibelakangnya.

"Sebenarnya aku hanya memanfaatkan Hyun ji selama ini..." Raut Yesung tampak merasa bersalah.

"Kau harus meminta maaf padanya" Komentar Yoo Ra, pandangannya menyorot kedalam mata sendu milik Yesung. Untuk pertama kalinya Yoo Ra bisa melihat luka yang cukup besar disana.

Yesung mengangguk pelan lalu menundukkan kepalanya. Pikirannya sangat-sangat kacau sekarang. Sungguh tidak pernah terbayangkan olehnya jika ia akan menceritakan semua masalahnya pada orang lain selain dirinya, tapi Yesung tahu jika Yoo Ra memang harus tahu dan ia merasa lega karna Yoo Ra bisa menanggapinya dengan tenang. Meski diawal Yesung sempat merasa cemas jika Yoo Ra mungkin akan kecewa padanya dan meninggalkannya.

"Terimakasih"

Yesung mendongak saat mendapati Yoo Ra yang sudah berdiri disisinya, menatap bingung pada gadis itu.

Yoo Ra tersenyum mengamati Yesung, kedua tangannya terulur menyentuh kedua bahu Yesung. "Temikasih karna sudah jujur padaku, terimakasih karna sudah mempercayaiku untuk mencerikannya padaku"

Yesung menarik Yoo Ra agar berdiri lebih mendekat padanya, memeluk Yoo Ra erat dari kursinya, menghirup aroma khas dari tubuh gadis itu yang membuatnya merasa nyaman.

"Terimakasih karna tetap berada disisiku" Tutur Yesung tulus.

Yoo Ra mengelus lembut puncak kepala Yesung yang ada dipinggangnya, membiarkan posisinya yang tetap berdiri dihadapan Yesung yang duduk sambil memeluknya.

~*¥*~

.

Suasana didalam sebuah kedai ditepi jalan myeongdong tampak tidak begitu ramai sore itu, Yesung menatap keseluruh penjuru kedai mengamati kesibukan orang-orang disekitarnya. Hingga saat rentinanya menangkap sosok gadis yang baru saja muncul dari pintu dapur, gadis dengan apron hitam yang membalut pinggang rampingnya.

Yesung tersenyum saat pandangan gadis itu beradu dengan matanya dan tampak terkejut beberapa saat.

"Annyeong" Sapa Yesung pada Hyun Ji yang perlahan mendekat padanya setelah keterkejutannya sebelumnya.

"Kau datang?" Hyun Ji melirik kesekitar Yesung tampak mencari sesuatu. "Kau sendiri? Dimana Yoo Ra?" Tanyanya dengan alis bertaut.

"Kau ingin aku datang bersamanya?" Yesung balik bertanya, memasang senyum lebar.

Hyun Ji berdecak. "Kau menggodaku?"

"Kupikir kau datang untuk memamerkan kekasih barumu padaku. Tapi baguslah jika kau sendiri... Karna kurasa aku belum siap untuk melihat kalian berdua..." Kata Hyun Ji sebelum akhirnya melangkah melewati Yesung dan duduk pada meja kosong tidak jauh dari mereka. "Duduklah..."

Menurut, Yesung pun menarik kursi didekat Hyun Ji dan duduk berhadapan dengan gadis itu, dengan meja yang membatasi ditengah-tengah mereka.

"Jadi kau tinggal bersama ibumu sekarang?" Yesung tampak lebih serius sekarang.

Hyun Ji mengangguk. "Ya, aku hanya ingin menjalani hidup yang lebih baik mulai sekarang"

"Syukurlah" Panjat Yesung. Hyun Ji belum bereaksi, menatap lekat pada Yesung.

"Aku tidak percaya bisa berbicara denganmu lagi seperti ini, rasanya sangat aneh bertemu denganmu setelah kejadian waktu itu" Hyun Ji menghela nafas, sesaat mengalihkan pandangannya kearah pelanggan disekitar untuk menutupi sesuatu yang terasa nyeri didalam dadanya. Tidak dapat ia pungkiri jika hatinya masih terasa sakit saat bertemu dengan Yesung meski awalnya ia berusaha bersikap biasa.

Mengetahui itu, Yesung benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Selain hanya bungkam, mengamati raut sendu gadis dihadapannya.

"Jadi kau sudah pulih sekarang?" Lanjut Hyun Ji setelah beberapa saat terdiam. "Kau harus lebih menjaga kesehatanmu mulai sekarang dan jangan lagi berurusan dengan penjahat manapun seperti Tae Joon... Aku bersyukur dia sudah mati sekarang..."

"Terimakasih karna sudah melindungiku selama ini" Ujar Hyun Ji tulus.

"Maafkan aku" Yesung bersuara setelah kediamannya yang cukup lama sebelumnya. "Aku juga berterimakasih karna kau sudah menemaniku selama ini... Kau tahu aku hanya memanfaatkanmu selama ini dan kau tetap ingin bersamaku. Aku pasti sangat brengsek selama ini tapi bagaimanapun aku bersyukur sempat bertemu denganmu..."

"Kau sudah banyak berubah" Sungut Hyun Ji mengamati Yesung. "Ah, bukan. Mungkin kau sudah kembali menjadi dirimu yang dulu sebelum aku mengenalmu. Yang aku tahu kau adalah tipe pria dingin dan angkuh tapi sepertinya Yoo Ra sudah banyak membantumu..."

"Bagaimana rasanya?" Tanya Hyun Ji. Yesung menautkan alisnya dalam tidak mengerti dengan arah pembicaraan Hyun Ji. "Kau seperti sudah terlepas dari semua beban yang selama ini mengurungmu, aku sangat iri pada Yoo Ra... "

~*¥*~

.

Langit sudah tampak berwarna jingga saat Yoo Ra menjejakkan kakinya disebuah taman yang berada tidak jauh dari kantor tempatnya bekerja, tidak sampai 10 menit berjalan kaki untuk sampai kesana karna jaraknya memang cukup dekat. Hari ini Yoo Ra harus sedikit berbohong pada Yesung dengan mengatakan ia harus kerja lembur hingga malam dan menolak menemani Yesung untuk bertemu dengan Hyun Ji.

Tidak ada alasan lain dibalik kebohongannya, Yoo Ra hanya ingin memberi ruang bebas untuk Yesung dan Hyun Ji agar bisa berbicara dengan nyaman untuk menyelesaikan masalah mereka. Selain itu Yoo Ra juga memiliki hal lainnya dan itulah kenapa ia berada disana sekarang.

Yoo Ra mengedarkan pandangannya keseluruh bagian taman pada sederet bangku dan kolam pasir, ayunan bahkan semua permainan anak-anak ditaman itu, meneliti satu persatu orang yang berada disana. Suasana ditaman sedang tidak begitu ramai dan itu mempermudah Yoo Ra untuk menemukan seseorang yang ia cari. Hanya beberapa menit mengitari taman dan Yoo Ra sudah bisa melihat sosok wanita muda yang tengah duduk bersama anak laki-laki disalah satu bangku.

"Jogiyo" Ucap Yoo Ra pelan setelah lebih dekat dengan wanita itu. "Nona Lee Hyejin?" Panggil Yoo Ra mengamati raut wanita itu, memastikan jika ia tidak salah menyebut namanya.

"Iya, itu aku" Ungkap wanita itu memandang Yoo Ra lembut, sembari mengamati sekitar untuk beberapa saat sebelum pandangannya tertuju pada anak laki-laki dipangkuannya. "Min Suk-ah... Kau boleh bermain dulu tapi jangan jauh-jauh, ibu ingin berbicara dengan teman ibu sebentar... Arra..." Setelah mendapat anggukan lucu dari Min Suk, Hyejin lalu menurunkan anaknya dari pangkuannya.

"Dia anak yang pintar" Yoo Ra mengamati Min Suk yang berlari kearah kolam pasir tidak jauh dari mereka. Yoo Ra tersenyum tipis lalu memilih duduk pada ruang kosong disebelah Hyejin.

"Aku sudah beberapa hari menunggu agar bisa bertemu dengan Yesung" Kata Hyejin menarik perhatian Yoo Ra. "Aku tahu dia tidak akan sudi untuk bertemu denganku lagi"

"Apa kau mencariku?" Tanya wanita itu. "Mendengar kau mengetahui namaku, kurasa Yesung sudah bercerita cukup banyak padamu. Kau kekasihnya?"

Yoo Ra mengangguk. "Jadi kau menunggu untuk bertemu dengan Yesung?"

"Iya, aku hanya ingin meminta maaf padanya. Melihatnya yang sepertinya masih sangat membenciku, membuatku merasa bersalah. Aku sungguh tidak sengaja melakukannya, aku hanya masih mencintai kekasihku yang kini sudah menjadi suamiku, ayah kandung Min Suk..."

Yoo Ra mengeryit. "Jadi Min Suk bukan anak Yesung?"

"Bukan, kami bahkan tidak pernah berhubungan sama sekali setelah menikah. Aku sudah hamil sejak sebelum bertemu dengan Yesung, aku tidak menyadari kehamilanku saat itu dan setelah tahu aku memilih kembali pada kekasihku dan meninggalkan Yesung"

"Kami tidak saling mencintai dan kami menikah hanya karna perjodohan orang tua. Aku sangat menentang pernikahan itu tapi pada akhirnya aku kalah untuk melawan permintaan ayah. Aku tahu Yesung adalah pria yang baik, dia selalu bersikap ramah padaku meski aku memperlakukannya dengan buruk. Tapi cinta tidak bisa dipaksakan"

"Aku tahu dan aku bisa mengerti keputusanmu" Kata Yoo Ra tulus.

"Aku tidak pantas mendapatkan pengertianmu" Sela Hyejin, tersenyum samar. "Sepertinya Yesung masih menjaga nama baikku didepanmu, dia sungguh pria yang baik. Tapi sebenarnya aku adalah orang yang kejam..."

Yoo Ra mengamati raut Hyejin lekat, mencoba mencerna maksud perkataan wanita itu sesungguhnya.

"Aku tahu aku tidak pantas untuk dimaafkan, tapi aku tetap ingin kau menyampaikan permintaan maafku kepada Yesung. Katakan padanya bahwa aku sangat menyesal dan dia boleh membenciku sebanyak yang ia mau"

"Apa maksudmu? Kenapa Yesung tidak bisa memaafkanmu?" Tuntut Yoo Ra dengan raut bingung terpatri diwajahnya.

"Yesung punya alasan untuk itu" Hyejin bangkit dari duduknya dan tetap menatap Yoo Ra yang masih tampak kebingungan. "Sepertinya kau gadis yang baik dan Yesung juga sama baiknya, semoga kalian bisa hidup bahagia... Aku akan mendoakan kalian..." Hyejin menutup pembicaraan lebih dulu sebelum pandangannya beralih pada Min Suk yang berada pada kolam pasir dan pergi meninggalkan Yoo Ra.

~*¥*~

.

"Kenapa lama sekali baru pulang?"

"Nde?" Yoo Ra mendongak saat mendengar suara barithon Yesung. Gadis itu awalnya tengah melamun memikirkan pembicaraannya dengan Hyejin beberapa saat lalu.

"Kau menungguku?" Tanya Yoo Ra, mencoba untuk tersenyum. Menampik semua pemikiran bodoh yang sempat memenuhi otaknya. Menatap Yesung yang berdiri bersandar pada dinding didepan pintu apartemennya. "Kenapa tidak menunggu didalam?"

"Kau dari mana saja?" Tanya Yesung tidak mengindahkan perkataan Yoo Ra barusan.

"Aku bekerja dan baru saja pulang" Sahut Yoo Ra, ia beralih pada panel didepan pintu dan menekan tombol kombinasi untuk membukanya.

"Kenapa kau tidak mengangkat telponku? Aku menghubungi Haneul tadi dan dia bilang kau sudah pulang sejak sore"

Yoo Ra hendak menekan kenop pintu saat mendengar perkataan Yesung, dan sukses membuatnya terhenti saat itu juga.

"Kenapa kau berbohong?" Yesung mendekat pada Yoo Ra, memilih berdiri disisi gadisnya. Mengamati Yoo Ra yang tetap tidak melihat kearahnya.

"Mianhae, aku bisa jelaskan" Ucap Yoo Ra akhirnya. Ia membuka pintu dan membiarkan Yesung masuk lebih dulu.

Yesung duduk pada sofa diruang tengah memperhatikan Yoo Ra yang tengah menutup pintu apartemen, hingga akhirnya Yoo Ra ikut duduk disebelahnya. Yoo Ra belum bersuara meskipun ia sudah menatap Yesung yang tengah menunggunya untuk bicara.

"Aku bertemu dengan Hyejin"

Yesung membelalak. Yesung sudah berusaha untuk tidak menujukkan kekesalannya sejak ia tahu jika Yoo Ra berbohong padanya tapi mendengar perkataan Yoo Ra barusan membuatnya tidak sadar dan raut marah seketika terpatri diwajahnya.

"Untuk apa kau menemuinya?" Kata Yesung datar mencoba menekan emosinya.

"Aku juga tidak tahu kenapa, tapi aku merasa harus menemuinya" Yoo Ra menundukkan wajahnya menyadari kemarahan Yesung, meski ia tahu Yesung sudah berusaha untuk tetap tenang saat itu. "Aku sudah mendengar semuanya darimu tapi aku merasa juga harus mendengar sesuatu darinya, aku tidak mengerti kenapa kau sangat membencinya padahal itu sudah sangat lama"

"Aku tidak bermaksud untuk lancang. Aku hanya ingin mencari cara agar bisa membantumu melupakan kebencianmu padanya dan bisa menjalani semuanya dengan lebih tenang"

"Yoo Ra-ya" Panggil Yesung lembut, tangan kanannya bergerak menyentuh dagu Yoo Ra, mengarahkan gadis itu untuk menatapnya. Yoo Ra bisa melihat raut tenang Yesung saat itu, tidak tampak lagi kemarahan diwajah tampannya. "Terimakasih karna sudah memikirkanku sejauh itu, seharusnya aku memberitahumu labih banyak lagi"

"Masih ada yang belum kau beritahu padaku?"

"Besok aku akan memberitahumu semuanya" Yesung mengangguk untuk meyakinkan Yoo Ra. Ia menurunkan tangannya dari dagu Yoo Ra, lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya.

Yoo Ra tidak mengerti kenapa Yesung selalu menunda untuk menjelaskan masalahnya dengan Hyejin, kenapa tidak sekarang. Dan meskipun ingin protes, Yoo Ra akhirnya memilih untuk menunggu Yesung mengatakannya sendiri nanti. Ia sudah cukup paham jika Yesung tidak akan mau membuka suaranya sekarang meskipun Yoo Ra memaksanya sekalipun.

"Jadi bangaimana pembicaraanmu dengan Hyun Ji?" Tanya Yoo Ra masih berada dalam pelukan Yesung, ia melingkarkan kedua tangannya ditubuh Yesung, mempererat pelukan mereka.

"Berjalan lancar, aku bersyukur dia tidak membenciku"

"Aku tahu Hyun Ji gadis yang baik"

"Kau tidak cemburu?" Tanya Yesung melonggarkan pelukannya agar bisa menatap wajah Yoo Ra. Menunggu reaksi gadis itu atas perkataannya.

"Untuk apa aku cemburu?" Yoo Ra balik bartanya dan sukses membuat Yesung terlihat kesal setelahnya.

"Apa benar kau mencintaiku? Kau tidak keberatan jika aku dekat dengan gadis lain??" Geram Yesung menatap Yoo Ra tajam.

Yoo Ra berusaha untuk tidak tertawa saat melihat Yesung saat itu. Ia tahu Yesung pasti sangat kesal sekarang. Yoo Ra kembali mengeratkan pelukannya, bersandar pada dada bidang Yesung. "Aku sangat mencintaimu, justru karna itu aku memilih untuk tidak menemanimu. Aku takut aku akan menjadi cemburu dan mengacaukan pembicaraan kalian..." Ucap Yoo Ra pelan, tapi masih bisa Yesung dengar dengan sangat jelas dengan jarak mereka yang sangat dekat.

Yesung tersenyum mendengar kalimat Yoo Ra yang terbilang sangat jarang keluar dari mulut gadisnya itu atau mungkin ini baru pertama kalinya, mengingat sebelumnya Yesung merasa hanya mencintainya seorang diri sementara Yoo Ra selalu bersikap acuh padanya.

"Saranghae" Bisik Yesung ditelinga Yoo Ra. Ia membenamkan wajahnya diceruk leher Yoo Ra, menghirup aroma vanila yang manis dari kulit lehernya, membuat Yesung semakin menyamankan posisi mereka.

~*¥*~

.

Ting tong ting tooonggg!

Suara bel terdengar nyaring dari pintu depan apartemen. Yoo Ra mengeliat dari balik selimut tebalnya, sedikit membuka matanya menatap Yesung yang masih terlelap disebelahnya, persetan dengan bunyi belnya Yoo Ra masih sangat mengantuk dan memilih memejamkan matanya kembali, memeluk Yesung erat.

Ting toongg!!!

Suara bel kembali terdengar beberapa saat kemudian sebelum kembali hening setelahnya.

Ckreak!

Kali ini suara pintu yang terbuka menggantikan bunyi bel tersebut, tanpa Yoo Ra ataupun Yesung sadari tampak dua orang memasuki apartemen dan menuju kedalam kamar dimana Yoo Ra dan Yesung masih terlelap dalam mimpi mereka masing-masing.

"YAK! YOO RA-YA??"

"Oh? Omona...??"

Yoo Ra terlonjak dari tidurnya, tersentak mendengar teriakan yang diiringi dengan selimutnya yang ditarik kasar. Yesung mengerjap melihat Yoo Ra yang sudah duduk diatas ranjang dengan wajah pucat gadis itu yang membuat Yesung mengeryit menatapnya.

"I-ibu...??"

Kedua mata Yesung sontak membulat berbalik menatap kearah belakangnya, mendapati seorang wanita paruh baya yang tengah memegang selimut yang Yesung tahu itu adalah selimut yang mereka gunakan saat tidur sebelumnya. Dan dibalik tubuh wanita yang Yoo Ra panggil sebagai ibu tersebut berdiri seorang gadis yang masih tampak muda dengan raut wajah yang cukup mirip dengan Yoo Ra. Bisa Yesung tebak jika mereka adalah ibu dan adik perempuan Yoo Ra.

Yesung memalingkan wajahnya, sekilas menatap Yoo Ra sebelum telapak tangannya bergerak menutupi wajahnya.

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Nyonya Park tampak marah.

Yoo Ra segera bangkit dari atas ranjang, berdiri menutupi Yesung dibelakangnya. "I-ibu... Ini ti-dak seperti yang ibu lihat... Ka-kami tidak melakukan apapun..." Jelas Yoo Ra gelagapan.

"Eonni? Kau sungguh keterlaluan..." Ujar Yeon Joo dari balik Nyonya Park, Yeon Joo tampak sangat terkejut dengan telapak tangannya yang menutupi mulutnya.

Yoo Ra berdecak. "Yak! Jangan memprovokasi ibu... Kau tidak lihat pakaian kami masih lengkap?? Kami tidak melakukan apapun..." Kata Yoo Ra jujur.

Nyonya Park mengamati Yoo Ra dan Yesung bergantian. "Cepat keluar, kita harus bicara" Putus Nyonya Park dan berlalu meninggalkan kamar.

Yoo Ra menghela nafas panjang mengamati ibunya yang sudah melangkah menuju ruang tengah diikuti Yeon Joo dibelakangnya, Yoo Ra menggigit bibir bawahnya berbalik menatap Yesung yang tidak berkutik sejak tadi.

"Apa ibumu akan membunuhku?" Bisik Yesung dengan raut yang sulit untuk Yoo Ra jelaskan. Terkejut, malu dan juga takut. Mungkin hanya itu yang bisa menggambarkan betapa kacaunya ekspresi Yesung saat itu.

"Bangun dan dengarkan saja apa yang akan dikatakan oleh ibuku" Sahut Yoo Ra pasrah sembari membantu Yesung untuk bangkit dari ranjang.

Sesuai perintah ibunya, Yoo Ra kini duduk bersama Yesung dihadapan Nyonya Park yang menatap tajam kearah mereka, layaknya tersangka yang hendak diintrogasi. Sementara Yeon Joo adik perempuan Yoo Ra itu duduk pada meja dapur, memperhatikan mereka dari jauh sambil menyiapkan minuman untuknya sendiri.

"Jadi kalian tinggal bersama selama ini?" Nyonya Park memulai pembicaraan.

"Ibu, kumohon dengarkan aku dulu. Dia Yesung dan dia pacarku, kami sungguh tidak melakukan apa-apa... Kami hanya tertidur saja dan..."

"Sejak kapan kalian memulai pacaran?" Sela Nyonya Park memotong kalimat Yoo Ra.

"Maafkan aku" Kata Yesung membuka suara, ia menundukkan kepalanya benar-benar merasa bersalah. "Aku tahu aku sudah melakukan hal yang diluar batas, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tapi aku serius kepada Yoo Ra, aku berjanji akan melindunginya dan kumohon bibi untuk tidak salah paham"

"Jadi kau serius dengan putriku?" Tanya Nyonya Park tegas.

Yesung mengangguk. "Aku serius"

"Kapan kalian akan menikah?"

"Nde?" Yesung mendongak begitupun dengan Yoo Ra, sama-sama terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar dari mulut Nyonya Park. Disisi lain Yeon Joo terlihat hampir menyemburkan teh yang baru saja ia minum dari gelasnya, menahan untuk tidak tertawa saat itu juga.

"Ibu?" Yoo Ra mengeryit meneliti raut ibunya lebih dalam, lalu bendecak setelahnya. Ia harusnya tahu jika selama ini ibunya selalu memaksanya untuk menikah lebih cepat. "Ibu jangan mulai lagi? Ibu tahu kami baru memulai pacaran..."

"Kami akan menikah segera" Kata Yesung tegas. Yoo Ra menoleh menatap Yesung disebelahnya, tidak menduga sama sekali jika Yesung akan berkata demikian. "Aku akan membawa orang tuaku untuk melamar Yoo Ra setelah ini" lanjut Yesung mantap.

Untuk pertama kalinya setelah ketegangan sebelumnya, Nyonya Park akhirnya tersenyum menatap Yesung. "Baiklah kalau begitu. Jadi apa pekerjaanmu dan orang tuamu?"

"Yak, ibu jangan membuatnya tertekan" Rutuk Yoo Ra lalu menghadap pada Yesung. "Apa kau serius? Jangan terburu-buru hanya karna ibuku, dia tidak akan marah hanya karna ini"

Yesung tersenyum mengamati raut Yoo Ra yang tampak mengkhawatirkannya. "Aku serius... Ayo kita menikah..." Ujar Yesung menatap Yoo Ra intens, menggenggam erat kedua tangan Yoo Ra.

~*¥*~

.

"Kau sungguh akan menikah?"

Yoo Ra sedang menyeduh teh didalam gelasnya saat ia menoleh menatap Yeon Joo yang tampak ingin menggodanya, adik perempuannya itu duduk dikursi meja makan menatapnya lekat hingga tidak berkedip.

"Eonni... Aku sungguh terkejut melihatnya tadi. Pacarmu sangat tampan..."

"Dan sepertinya dia juga kaya"

Yoo Ra memutar bola matanya, jengah meladeni Yeon Joo yang mengikutinya sejak tadi hanya untuk menggodanya. Belum lama sejak kepergian Yesung beberapa saat yang lalu, jantung Yoo Ra bahkan masih berdetak kencang setelah Yesung melamarnya dengan sangat tiba-tiba didepan ibu dan adiknya. Benar-benar hari yang sangat mengejutkan. Dan sejujurnya Yoo Ra juga merasa sangat senang untuk itu.

"Eonni?" Panggil Yeon Joo merasa diabaikan.

"Wae?" Sahut Yoo Ra sinis, Yoo Ra menarik kursi disebelah adiknya lalu meminum teh miliknya. "Kenapa tidak mengabariku dulu jika kau akan datang bersama ibu?" Tanya Yoo Ra mulai melembut, mungkin berkat teh yang baru saja ia minum membuat moodnya menjadi lebih baik.

"Dan kami tidak akan tahu perbuatanmu yang seperti tadi pagi?" Sergah Yeon Joo mendelik.

"Yak! Sudah kukatakan kami tidak melakukan apa-apa?!"

"Baiklah-baiklah, anggap saja begitu..." Yeon Joo menggendikan bahu.

Yoo Ra mendesah. "Apa benar kau adikku? Kenapa kau sangat menyebalkan?" Cercahnya.

"Kau pikir kenapa? Kau sendiri sangat suka marah-marah??" Balas Yeon Joo. "Aku jadi heran kenapa pacarmu bisa menyukai gadis galak sepertimu??" 

Yoo Ra menatap lekat pada Yeon Joo yang masih duduk pada kursi disebelahnya. "Katakan sekali lagi jika kau ingin kupukul?" Ancam Yoo Ra.

Mulut Yeon Joo seketika mengatup menyadari raut Yoo Ra yang terlihat marah, tadinya Yeon Joo hanya berniat untuk menggoda sang kakak tapi sepertinya ia sudah membuatnya lebih dari itu.

"Aku akan pergi saja..." Yeon Joo menyunggingkan senyum lebar sebelum ia kemudian beranjak dari kursi.

~*¥*~

.

Yoo Ra berjalan keluar dari gedung apartemen saat matanya mulai mengitari area parkir disekitarnya dan menatap Yesung yang sedang bersandar pada body mobil sedan hitam miliknya tidak jauh dari pintu utama apartemen.

"Lama menunggu?" Tanya Yoo Ra setelah mendekat pada Yesung.

"Tidak juga" Sahut Yesung lalu berbalik untuk membuka pintu mobil. "Bagaimana dengan ibumu?" Tanyanya sedikit gugup.

Yoo Ra mengamati raut Yesung yang mendadak menjadi tegang saat bertanya tentang ibunya. Gadis itu hanya tersenyum dan masuk kedalam mobil setelah Yesung membukakan pintu sebelumnya.

"Kenapa kau tersenyum? Jawab aku? Apa ibumu masih marah? Aku sungguh tidak bisa tenang sejak kejadian tadi pagi??" Ujar Yesung beruntun, ia menunduk demi menatap Yoo Ra yang sudah duduk didalam mobilnya.

"Masuklah dulu" Perintah Yoo Ra.

Menuruti perkataan Yoo Ra, Yesung akhirnya menutup pintu mobil dan berputar menuju pintu kemudi.

"Jadi apa kata ibumu?" Tanya Yesung begitu ia duduk didalam mobil bersebelahan dengan Yoo Ra.

"Ibuku akan menginap dan besok baru akan kembali kebusan" Kata Yoo Ra.

"Ibumu tidak marah?" Tanya Yesung untuk kesekian kalinya.

"Kenapa ibuku harus marah pada pria yang akan menikahi putrinya?" Yoo Ra balik bertanya. Tampak rona merah menghias kedua pipinya setelah kata-katanya itu.

Menyadari itu membuat Yesung tersenyum. "Iya aku akan menikahimu"

"Secepatnya" Lanjut Yesung mengelus pipi merah Yoo Ra dengan ibu jari tangan kanannya. "Kau sangat manis saat sedang tersipu seperti ini"

"Jangan menggodaku" Yoo Ra menepis tangan Yesung, memalingkan wajahnya kearah lain. Sepertinya hampir semua wajahnya memerah sekarang. "J-jadi... Kita mau kemana..." Tanya Yoo Ra tanpa menatap Yesung, berusaha menutupi kegugupannya.

Yesung terkekeh beralih pada setir kemudi. "Aku akan mengenalkanmu pada seseorang"

Yoo Ra menoleh. "Siapa?"

"Kau akan tahu nanti" Kata Yesung lalu mulai menjalankan mobilnya.

***


Setelah hampir satu jam mengendara, Yesung akhirnya memarkirkan mobilnya disuatu tempat. Kedua alis Yoo Ra bertaut ketika ia menatap tempat dimana mereka berada sekarang, Yoo Ra menatap lekat pada Yesung untuk meminta penjelasan tapi sepertinya pria itu belum ingin bicara dan lebih memilih keluar dari mobil dengan membawa satu ikat bunga yang ia ambil dari kursi belakang.

Yoo Ra berdiri disisi Yesung dan menyambut salah satu tangan Yesung yang terulur untuknya, sementara tangan lainnya memegang bunga. Meski masih dengan raut bingung Yoo Ra akhirnya ikut melangkahkan kakinya saat Yesung mulai menggiringnya masuk ke hamparan tanah luas yang ditubuhi reruputan hijau. Mereka berjalan menyusuri beberapa gundukan tanah dengan batu nisan sebagai tanda dari masing-masih gundukan.

Yoo Ra sama sekali tidak mergerti kenapa Yesung membawanya ketempat itu, melihat banyak kuburan yang mereka lewati membuat Yoo Ra teringat tentang ayahnya yang sudah meninggal bertahun-tahun silam. Dan sekarang entah Yesung akan membawanya untuk menemui kuburan siapa, tapi jika melihat bagaimana raut tenang yang ditunjukan Yesung, mungkin ini adalah orang yang sangat penting. Yesung tidak pernah setenang dan sediam ini sebelumnya.

"Kita sudah sampai" Ucap Yesung berikut dengan langkah mereka yang lalu berhenti didepan sebuah kuburan yang sudah dilapisi semen berbentuk kotak dan sebuah nama yang tertera pada batu nisan yang langsung menjadi pusat pertama saat Yoo Ra tiba disana.

Yoo Ra mengamati Yesung yang meletakkan bunga mawar putih didekat batu nisan, bunga yang Yesung bawah sejak mereka sampai disana. Yesung menggengam jemari Yoo Ra yang bertaut dengannya, menatap Yoo Ra lembut dengan mata sendunya. "Aku ingin mengenalkanmu pada ibuku"

Kedua mata Yoo Ra tidak berkedip mendengar apa yang baru saja Yesung katakan padanya. Terkejut, sedih dan juga bingung. Yesung tersenyum melihat ekspresi diwajah Yoo Ra lalu menoleh menatap batu nisan.

"Ibu perkenalkan ini Yoo Ra, calon istriku" Lirih Yesung dengan senyum tipis yang berusaha ia tunjukan kearah batu nisan itu. "Kuharap ibu tidak marah karna aku sudah lama tidak mengunjungimu dan sekarang aku malah datang bersama gadisku"

"Dia adalah gadis yang baik, dia sering marah seperti ibu tapi dia juga sangat mencintaiku seperti ibu mencintaiku... Jadi ibu tidak perlu khawatir lagi. Aku akan hidup dengan sangat baik mulai sekarang, bersama dengan Yoo Ra..."

"Ye-yesung..." Ucap Yoo Ra menatap lekat pada Yesung.

"Ibuku meninggal empat tahun lalu..." Kata Yesung.

Entah kenapa Yesung mulai bercerita padahal Yoo Ra sama sekali tidak memintanya. Menceritakan kejadian saat kehilangan seseorang yang sangat berharga seperti ibunya pasti sangat menyakitkan bagi Yesung.

"Setelah aku bercerai dengan Hyejin"

"Apa?" Raut Yoo Ra kembali terkejut.

"Ibuku yang memergoki perselingkuhan Hyejin dengan mantan kekasihnya, ia mungkin sangat terkejut saat berkunjung kerumah ketika aku tidak disana dan malah melihat Hyejin bersama pria lain..."

"Ibu terkena serangan jantung dan dirawat dirumah sakit untuk beberapa hari sebelum akhirnya meninggal..."

Kedua pelupuk mata Yoo Ra seketika menampung bulir air mata setelah mendengar apa yang dikatakan Yesung barusan, menatap Yesung tak percaya. Bagaimana bisa Yesung mengatakan hal yang sangat menyakitkan seperti itu padanya.

Untuk sesaat Yesung terdiam sebelum ia menutup kedua matanya, menahan air mata yang mencoba menyeruak dari sana.

"Itulah sebabnya aku masih belum bisa memaafkannya hingga sekarang" Lanjut Yesung membuka matanya kembali.

"Aku mengerti" Yoo Ra melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Yesung untuk memeluknya, sangat erat hingga membuat Yesung cukup terkejut karnanya. "Mulai sekarang, ayo kita lupakan semuanya dan memulai awal yang baru lagi... Ayo kita berbahagia mulai sekarang..."

Yesung berbalas memeluk Yoo Ra, mengusap lembut puncak kepalanya. "Terimakasih"

"Tapi sebelum itu" Yoo Ra melepaskan pelukannya. Yesung mengeryit.

"Aku memiliki satu permintaan"

~*¥*~

.

30 menit sudah berlalu sejak mobil yang dikendarai Yesung tiba didepan sebuah perkarangan rumah yang cukup luas tersebut. Yesung duduk dikursi kemudi sementara Yoo Ra duduk disebelahnya, memperhatikan raut Yesung yang terlihat gusar dan tampak tidak tenang. Berkali-kali Yesung menoleh pada Yoo Ra tapi ia tidak berkata sedikitpun selain hanya menghembuskan nafas panjang setelahnya.

"Aku akan menunggu walaupun harus sampai tengah malam..." Yoo Ra berbicara. "Jadi berapa lama waktu yang kau butuhkan??" Ucap gadis itu sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada, memperhatikan Yesung.

Yesung menatap lekat gadis didekatnya dengan raut protes. "Apa aku harus melakukan ini? Sudah 4 tahun sejak aku tidak menginjakkan kakiku dirumah ini??"

"Kau bilang kau ingin menikah denganku dan kau harus berbaikkan dulu untuk membawa ayahmu bertemu ibuku"

"Aku tahu tapi aku belum siap untuk bertemu dengan ayah setelah apa yang kukatakan terakhir kali dirumah sakit"

Yoo Ra meraih salah satu tangan Yesung, menggenggamnya erat. "Ayo turun, aku yakin semuanya akan jadi lebih baik setelah kalian bertemu" Ucapnya lembut.

Setelah Yesung terlihat lebih tenang dengan apa yang Yoo Ra katakan, mereka akhirnya turun dari mobil dan berjalan menuju pintu besar bercat putih itu, rumah mewah yang baru pertama kali Yoo Ra datangi.

"Kalian lama sekali?" Protes Ryeowook yang sejak tadi sudah menunggu didepan pintu, Ryeowook tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan Yoo Ra untuk membujuk Yesung hingga mau melangkahkan kakinya menuju rumah itu.

"Presdir sudah menunggu kalian didalam" Beritahu Ryeowook dan ia pun berbalik untuk membuka pintu, mempersilakan kedua orang itu untuk masuk.

Rumah yang luas, megah, nyaman dan tenang dengan nuansa serba putih langsung menyambut Yoo Ra begitu ia memasukinya. Bagaimanapun Yoo Ra baru menyadari jika Yesung dan keluarganya benar-benar kaya, Yoo Ra tidak pernah memikirkannya meskipun ia tahu Yesung adalah seorang CEO muda sebuah perusahaan besar dan ayahnya adalah pemilik perusahaan itu.

"Kalian sudah datang?"

Segala kekaguman Yoo Ra tentang bangunan megah dan segala pernak-pernik didalamnya harus terhenti begitu ia mendengar suara berat yang menyambut kedatangannya bersama Yesung. Tuan Kim duduk pada kursi utama dimeja makan yang sudah terhidang macam-macam santapan makan malam diatasnya.

"Selamat malam" Sapa Yoo Ra dengan penuh hormat, membungkuk sesaat dihadapan tuan Kim.

Tuan Kim terlihat tersenyum dan memberi tanda pada Yesung dan Yoo Ra untuk duduk bersama dimeja makan. Tanpa berucap Yesung mengambil tempat duduk didekat sang ayah dan Yoo Ra hanya mengikuti disebelahnya. Yoo Ra bisa merasakan kecanggungan diantara ayah dan anak itu tapi berusaha untuk tetap tenang meski baginya alangkah baiknya jika ia bisa mencairkan suasana.

Yoo Ra sudah dengan susah payah mengantur pertemuan ini dan meminta bantuan Ryeowook hingga terwujud dalam bentuk makan malam dikediaman keluarga Kim. Tapi sepertinya itu saja tidak cukup untuk membuat Yesung berbaikan dengan ayahnya. Setidaknya mereka bisa makan malam bersama dengan tenang. Begitu yang dipikirkan Yoo Ra sekarang.

"Apa kau sudah benar-benar sehat?" Tuan Kim berusaha membuka pembicaraan.

Yesung yang hanya diam menyantap makan malamnya itu menghentikan kegiatannya sejenak. "Ya, aku sudah sehat. Ayah tidak perlu mengkhawatirkanku lagi..." Sahut Yesung tanpa menoleh pada tua Kim dan itu sungguh tidak sopan menurut Yoo Ra.

"Ayah senang saat Ryeowook bilang kau bersedia kembali keperusahaan" Tuan Kim kembali bersuara. "Terimakasih"

Yesung meletakan sendok dan garpu diatas meja, kali ini ia menatap pada sang ayah. "Maafkan aku..."

"Aku tahu aku sangat kekanakan saat aku pergi dan meninggalkan semua tanggungjawabku pada perusahaan" Meski terdengar ragu dan sedikit canggung tapi Yoo Ra tahu Yesung bersungguh-sungguh dengan kata-katanya.

"Tidak, ayah tahu ayah yang salah karna selalu memaksakan kehendakku selama ini" Ucap Tuan Kim terlihat tulus. "Kepergianmu membuat ayah banyak berpikir dan menyadari kesalahan ayah sendiri..."

Untuk pertama kalinya malam itu dihadapan ayah Yesung, Yoo Ra bisa melihat Yesung tersenyum walau hanya sekilas tapi Yoo Ra tahu Yesung terlihat sangat lega setelah berbicara dengan Tuan Kim dan begitupun sebaliknya. Hingga Yoo Ra menyadari saat pandangan tuan Kim mengarah padanya dan jantungnya pun mendadak berdegup kencang. Gugup. Iya, Yoo Ra sebenarnya sangat gugup untuk bertemu dengan ayah Yesung tersebut tapi demi Yesung ia telah menyingkirkan segala rasa gugup itu dengan berharap bisa memperbaiki hubungan antara ayah dan anak itu.

"Terimakasih karna sudah membawanya kemari" Kata tuan Kim tulus kepada Yoo Ra. "Aku sudah mendengar semuanya dari Ryeowook, kau adalah gadis yang baik"

"Ah, tidak perlu berterimakasih padaku. Aku hanya ingin melihat Yesung bahagia, itu saja..." Lirih Yoo Ra pelan dengan senyum yang tidak lupa menghias rautnya yang terlihat lugu.

~*¥*~

.

Setelah makan malam penuh kecanggungan itu selesai Yoo Ra berinisiatif untuk memberi Yesung waktu untuk berbicara dengan Tuan Kim diruang tengah, membicarakan banyak hal untuk meluruskan segala masalah mereka selama ini dan meleburkan kemarahan yang sempat menghalangi mereka untuk bicara satu sama lain selama 4 tahun terakhir. Sementara Yoo Ra juga sempat mengobrol dengan Ryeowook sebelum pria kurus itu pergi karna suatu urusan.

Bingung harus melakukan apa dan tidak ingin mengganggu quality time Yesung dan ayahnya. Yoo Ra akhirnya memutuskan untuk mengelilingi rumah mewah itu, melihat pernak-pernik cantik berbahan keramik yang tertata rapi disetiap sudut rumah, melihat berapa frame didinding putih yang beberapa menampilkan gambar Yesung didalamnya dan satu frame berukuran besar yang menunjukkan satu keluarga lengkap didalamnya, tuan Kim, nyonya Kim dan juga Yesung. Bisa Yoo Ra tebak pasti foto itu diambil pada waktu yang sangat lama, melihat tuan Kim masih tampak muda dan Yesung yang juga terlihat polos dan lugu pada foto itu sangat berbeda dengan penampilan Yesung yang sekarang.

"Apa yang kau lihat?"

Yoo Ra segera berbalik kebelakangnya begitu mendengar suara barithon milik Yesung dan tepat saat itu Yoo Ra sudah mendapati Yesung berdiri tepat didepannya, membuat gadis itu cukup terkejut dan reflek memundurkan tubuhnya.

"Kenapa terkejut?" Yesung mengeryit lalu beralih melihat frame besar pada dinding. "Kau melihat foto-fotoku?" Tanya Yesung.

Yoo Ra kembali berbalik menatap pada frame yang menjadi topik pembicaraan mereka yang tanpa Yoo Ra duga setelahnya Yesung lalu memeluknya dari belakang.

"Apa yang kau lakukan? Bagaimana jika ayahmu melihat kita?" Protes Yoo Ra melepaskan kedua tangan Yesung dipinggangnya.

"Memangnya kenapa?" Yesung tampak cuek.

"Sangat tidak sopan jika kita berpelukan seperti ini didepan ayahmu"

"Jadi kau tidak mau terlihat? Bagaimana kalau kita kekamarku saja?" Goda Yesung menyunggingkan senyum disalah satu sudut bibirnya.

"Jangan bercanda" Telak Yoo Ra mendorong Yesung menjauh darinya dan lalu beralih menatap frame lainnya.

Yesung terkekeh. "Aku serius, apa kau ingin melihat kamarku? Aku punya album fotoku disana dan kau juga bisa melihat bagaimana diriku yang dulu... Tertarik...??" Tanya Yesung terlihat lebih serius. Yoo Ra memperhatikan raut Yesung seksama, tengah berpikir.

"Kajja" Yesung menarik pergelangan tangan Yoo Ra tanpa mau menunggu lebih lama.

Dilantai dua rumah, Yesung membawa Yoo Ra masuk kedalam ruangan yang terbilang cukup besar dengan satu ranjang king size, satu sofa panjang dengan meja kecil, satu lemari pakaian dan satu lagi lemari berisi rak-rak yang memajang banyak piala dan piagam didalamnya.

"Ini kamarmu?" Tanya Yoo Ra sedikit tidak yakin. Yesung mengangguk.

"Semua piala dan piagam ini juga milikmu?" Tanya Yoo Ra untuk kedua kalinya.

"Tentu saja" Sahut Yesung. "Sejak masih disekolah dasar aku sering mengikuti banyak perlombaan"

"Tidak bisa dipercaya... Kupikir kau hanya suka minum-minuman keras saja..." Ucap Yoo Ra takjub meneliti setiap tulisan pada piagam tersebut.

Yesung berdecak. "Kau pikir bagaimana aku bisa menjabat sebagai direktur termuda diperusahaan??"

"Itu karna kau anaknya" Jawab Yoo Ra spontan.

"Kau kira akan semudah itu menjadi seorang direktur hanya karna ayahku pemilik perusahaan?" Yesung mendekat pada Yoo Ra lalu memeluknya.

"Yak! Tadi aku bilang apa soal memeluk?" Yoo Ra berusaha melepaskan diri dari dekapan Yesung tapi tidak bisa. Tenaganya kalah kuat dari pria itu jadi akhirnya ia pasrah.

"Ini dikamarku, ayah tidak akan melihat kita" Goda Yesung mempererat pelukannya. Yesung tersenyum saat merasakan tangan Yoo Ra yang berbalas memeluknya.

"Terimakasih... Berkat kau aku bisa kembali keposisiku dulu, berbaikkan dengan ayah dan Hyun Ji juga tidak membenciku..." Lirih Yesung mengusap puncak kepala Yoo Ra lalu menciumnya, mengirup aroma shampo yang berbaur dengan wangi khas gadis itu.

"Terimakasih karna sudah muncul dalam kehidupanku dan mencintaiku" Yesung melepas pelukannya, memandang kedalam mata Yoo Ra lekat. Sementara gadis itu hanya diam dan tersenyum lembut padanya.

Yoo Ra tidak bergeming saat Yesung meraih tangan kanannya yang lalu digenggam erat, matanya terus mengamati Yesung yang juga menatap padanya. Situasinya mendadak berubah entah bagaimana tapi Yoo Ra merasa sangat gugup sekarang, jantungnya berdebar sangat kencang. Sementara Yesung tampak sangat tenang saat itu.

"Maafkan aku atas semua hal buruk yang pernah terjadi, maaf jika aku pernah menyakitimu. Aku sungguh menyesali semua kesalahanku padamu... Aku bahkan membenci takdir karna telah mempertemukan kita dengan cara yang salah. Aku benci membuatmu menangis... Aku benci melihatmu terluka..."

"Aku bukan pria yang baik... Aku bahkan sangat jauh dari kata baik itu sendiri. Tapi dari semua itu aku tetap akan egois... Aku mencintaimu... Aku ingin memilikimu... Bersamamu... Dan melindungimu sampai akhir..."

Yoo Ra dapat melihat raut gugup Yesung setelah kalimatnya yang panjang sebelumnya. Membuat Yoo Ra mengeryit menatapnya.

"Ini mungkin terasa agak terlambat..." Yesung melepaskan salah satu tangannya sementara tangannya yang lain masih menggenggam jemari Yoo Ra. "Maukah kau menikah denganku dengan semua kesalahan yang pernah kuperbuat dimasa lalu...??" Sambung Yesung.

Yoo Ra tidak menyadari ketika Yesung tiba-tiba menyematkan sebuah cincin dijari manisnya. Yoo Ra membeku, jantungnya seolah berhenti berdetak beberapa saat, bulir-bulir air tampak mengenangi kedua matanya. Semua rasa haru, senang, bingung dan juga keterkejutannya tidak dapat Yoo Ra tutupi sama sekali.

Yesung tersenyum lembut. "Aku tahu aku sudah mengatakannya didepan ibumu tapi kurasa aku harus mengatakannya dengan lebih sungguh-sungguh dan memberimu cincin... Lagi pula kau juga belum memberi jawaban padaku... Jadi apa kau mau menikah denganku...??"

Untuk beberapa saat Yesung terdiam mengamati Yoo Ra yang belum juga bersuara dan sungguh itu membuat Yesung sangat gugup.

"Yoo Ra jawab ak..." Yesung baru akan perotes saat Yoo Ra tiba-tiba menghambur memeluknya sangat erat. Yesung merasa sangat senang awalnya hingga ia merasa tubuh gadis didalam pelukannya itu bergetar, gadis itu menangis.

"Kenapa kau menangis?" Tanya Yesung bingung, ia ingin melepaskan pelukannya untuk melihat wajah Yoo Ra tapi gadis itu justru mempererat pelukannya dan membenamkan wajahnya di dada bidang Yesung.

"A-aku hanya terlalu terkejut..." Ujar Yoo Ra masih dalam tangisannya. "Aku sangat bahagia, ini pertama kalinya aku merasa sangat dicintai oleh seseorang... Terimakasih..." Lirihnya.

"Aku yang sangat berterimakasih padamu" Ucap Yesung tulus.

Yoo Ra melepaskan pelukannya mendongak memandang wajah Yesung yang masih sangat dekat didepannya. "Aku mencintaimu" Katanya dengan suara serak karna habis menangis.

Yesung tersenyum. "Aku lebih sangat mencintaimu"

Yesung mendekatkan wajahnya pada Yoo Ra memutuskan jarak yang hanya tinggal beberapa inci dibawahnya, ia menarik tengkuk gadis itu, menekannya untuk lebih mendongak hingga bibir mereka saling bertautan. Manis dan lembut itulah yang Yesung rasakan saat bibirnya melumat permukaan bibir plum milik Yoo Ra dengan sedikit rasa asin dari air mata gadis itu yang sempat jatuh ditengah-tengah ciuman mereka, tapi tidak sedikitpun menyurutkan niat Yesung untuk memperdalam ciuman mereka, Yesung semakin mempererat rengkuhannya pada Yoo Ra, menciumnya lagi dan lagi hingga semakin membuatnya candu.

...

Seindah atau seajaib apapun kisah-kisah yang ada dalam negeri dongeng yang pernah Yoo Ra baca, ia tahu itu tidak lebih hanya sebuah dongeng masa kecil yang membuatnya terus bermimpi. Kehidupan yang pernah Yoo Ra alami tidaklah seindah dongeng, sosok pangeran yang selalu diimpikannya pun tidak sama seperti yang diharapkannya.

Kisahnya sendiri jauh dari kata 'indah' dan tidak tampak bahagia sama sekali. Pertemuannya dengan Yesung bukanlah harapannya, menjadi dirinya sendiripun bukanlah keinginannya. Tapi dari sekian banyak kisah yang pernah Yoo Ra hadapi, ia bersyukur atas semuanya... Meski tidak sama dengan cerita negeri dongeng yang diimpikannya Yoo Ra merasa bahagia telah dipertemukan dengan Yesung, pangeran tampan yang berhasil memenuhi seluruh ruang dihatinya dan mencintainya lebih dari siapa pun dan dari kisah mana pun.

.

-THE END-


.

Yeeeyyyyyyy!!!

Akhirnya ending juga setelah 2 tahun 😆 wkwkwk~ maafkan author yang lemot dan sering ngilang ini huhuhu...
Saya ga banyak berharap kok, dengan bisa selesai'in ff ini sampe ending aja udah bersyukur banget^^ rasanya utang selama 2 tahun ini akhirnya 'lunas' juga 😁😁

Ini chapter ter-panjang... Ter-sulit... Dan ter-baper 😅 yang pernah saya kerja'in sampe setres dan kadang ketawa-ketawa sendiri nulisnya, ada temen yang ngatain saya gila malah haha😋 but it's okay... Karna saya sangat menikmati saat" menulisnya^^ Dan semoga kalian menyukai endingnya 🙄🙄

Dan akhirnya tanpa mengurangi rasa hormat saya buat para pembaca, baik yang udah lama mengikuti ff ini ataupun pembaca baru sekalipun,, yang ga sengaja masuk kedalam cerita yang saya buat. Saya mohon bantuannya ya... Buat 'VOTE' ff ini... Kalau kalian suka sama ceritanya^^ jangan lupa klik tombol bintang disetiap chapter😉

KAMSAHAMNIDA😘😘😘

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

9.8M 883K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
13.5M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
200K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...