A MAN BEHIND THE MIRROR

reijung9 द्वारा

24.3K 3.2K 1.8K

SHADOW SEQUEL अधिक

1
2
3
4
5
5.1
6
7
8
9
10. [REBORN]
11. [ 미로 ] - Milo - Labirin
12. [ 이름 ] - Ileum - Name
13. [ 밤 ] - BAM - NIGHT
14. [숨바꼭질] - SUMBAKKOGJIL - HIDE & SEEK
15. [눈 ] - NUN - EYES
16. [ 구해줘 ] - Guhaejwo - Save Me
17. [ 게임 ] - Geim - A Game
18. [ 목소리 ] - Mogsoli - Voice
19. Heart, Mind and Soul
20. [ 비밀 ] - Bimil - The Secret
21.
22. [ 꿈 같은 ] - Kkum Gat-eun - Dreamlike
23.[ 놀자 ] - Nolja - Let's Play
24. [ 악마 ] - Agma - Devil
25.[ 악마 ] - Agma - Devil - 2
26 : [ 악마 ] - Agma - Devil - 3
28. [ 협력 ] - Hyeoblyeog - Cooperation
29. [ 역습 ] - Yeogseub - Counterattack
30. [되든 안되든] - Hit Or Miss
31. [ 위장 자 ] - Wijang ja - The Disguiser
32. [ 갇힌 ] - Gadhin - Trapped

27. [ 악마 ] - Agma - Devil - 4

257 45 24
reijung9 द्वारा

Sangguk mengamati ekspresi kedua lawan bicaranya dengan senyum kecil. Dia dapat dengan jelas menangkap isi kepala keduanya hanya dengan melihat wajah ekspresi minimalis yang tersirat di wajah keduanya. Im Younghan, walaupun berusaha sekuat tenaga menyembunyikannya tetapi Sangguk dapat melihat kebimbangan di wajahnya. Bersikap dingin setelah mengetahui anaknya menjadi orang yang mungkin akan menghancurkan karirnya bukan sesuatu yang mudah. Dan Sangguk harus mengakui dan ingin bertepuk tangan atas kegigihan Sangguk dalam mempertahankan posisinya.

Sementara di sisi lain Han Sangjin yang merasa dirinya berada di ujung tanduk dan fakta bahwa Im Younghan tidak melakukan apapun pada orang yang mengancam posisinya membuatnya merasa semakin berada di posisi semakin dipojokkan. Dan ketika dia melihat Han Sangjin membungkukkan badan pada orang yang sama sekali tidak berusaha untuk membantunya, tanpa sadar ujung bibir Sangguk tertarik ke atas.

"Merasa di ujung tanduk?" Katanya pada Han Sangjin tak lama setelah Im Younghan keluar dari ruangan.

Dia selalu merasa puas melihat seseorang berjuang namun hasilnya akan sia-sia belaka.

"Tuan Im."

Sangguk memanggil Im Younghan ketika dia melihat namja itu belum terlalu jauh dari ruangan tempat mereka bicara tadi. Dia menghampiri Im Younghan yang berhenti dan menunggunya untuk mengatakan apa keperluannya.

"Apakah anda mengkhawatirkan putra anda?" Tanya Sangguk.

Im Younghan tidak menjawab dan hanya menatap Sangguk tajam.

Sangguk tersenyum simpul dengan reaksi yang diberikan oleh Im Younghan. Dia pun kembali berkata. "Aku rasa anak anda tidak akan menjadi ancaman besar bagi siapapun dan dengan begitu anda tidak perlu khawatir dengan keselamatannya. Tapi aku membutuhkan sedikit persetujuan dari anda."

"Apa itu?" Tanya Younghan.

"Hmm," Sangguk menarik nafas panjang dan dikeluarkan secara perlahan bersamaan dengan dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Anak anda tidak bekerja sendiri. Oleh karena itu aku meminta ijin untuk melakukan apa pun pada orang yang bekerjasama dengannya sesuai caraku. Dan aku berjanji putra anda tidak akan dalam masalah sama sekali. It's easy, right?"

"Lakukan sesukamu." Kata Im Younghan yang kemudian berlalu.

"Baekho." Panggil Sangguk datar.

"Ne."

"Kau tunggu di sini. Awasi putra Im Younghan. Jika dia pulang bersama seseorang, tidak perduli siapapun dia segera bawa orang itu padaku." Perintahnya.

"Baik Tuan."

~~~~


"Shownu right? Lets make a deal."

"Huh." Shownu menunjukkan senyum mencemooh, meski dalam keadaannya yang telah babak belur.

"Sia...pa...yang... mau..." Shownu bicara dengan suara yang lebih berat daripada biasa karena siksaan yang dia dapatkan sebelumnya, tubuhnya kehilangan nyatih seluruh tenaganya. Luka-luka yang dia derita sama sekali tidak mempermudahnya dalam bicara karena dia akan merasakan nafasnya makin berat dan nyeri setiap kali dia mencoba bicara.

"Ck.. ck.. ck... ck.." Sangguk menggelengkan kepala sambil berdecak. "Look at you. Look at you condition now. Are you sure you didn't want to hear what i'm offering to you?"

"Cuih!!!"

Shownu meludah ke lantai, ludah yang dia keluarkan bercampur dengan darah segar dari dalam mulutnya yang mengalami luka sobek.

"Oh. Kurasa kau memang memilih mati. Baiklah. Itu tidak masalah denganku. But..." Sangguk merendahkan badannya, membuat dirinya bertatap mata dengan Shownu. "Are you not curious how I know who you really are? Why are you here? What will happen to your little cousin?"

Mata Shownu berkilat garang. Dia menggerakkan badannya, namun dia lupa jika dia baik tangan dan kakinya terikat. Jika tidak kini tangannya telah mendaratkan pukulan di wajah Sangguk.

"Ah,,,Aku hampir lupa." Sangguk menegakkan badannya lagi dan berdiri membelakangi Shownu yang mengikuti setiap gerakkannya dengan mata garang. "Seingatku masih ada satu orang lagi. Tapi aku lupa siapa namanya. Dia seorang," Sangguk berbalik menatap Shownu lagi. "Polisi. Benarkan?"

"Don't you dare!" Geram Shownu dengan wajah dan tinju mengeras.

Sangguk menyeringai. "So what is your decision?"

~~~~

Orang yang berkunjung ke bar pada jam itu belum terlalu banyak, baru satu dua orang saja dan itu termasuk Jooheon. Karena bar itu juga belum lama memulai jam kerja mereka. Bahkan sebagian pegawai masih terlihat santai dan mengobrol satu sama lain, memanfaatkan waktu sebelum tamu membanjiri bar mereka setelah jam makan malam.

Jooheon melihat jam di tangannya. "Kenapa dia lama sekali." Gumamnya tak sabar.

Dia meraih gelas alkohol yang dia pesan, menghabiskannya dalam sekali teguk lalu memberi isyarat pada bartender untuk membuatkannya satu minuman lagi. Meski dia telah mencekoki dirinya sendiri dengan alkohol agar sedikit lebih tenang namun dia tetap tidak dapat mengusir kegelisahannya.

Wajahnya sedikit berubah ketika akhirnya dia melihat sosok tinggi Hyungwon memasuki area bar dan berjalan ke arahnya.

"Jun, apakah ada yang memakai ruang belakang?" Tanya Hyungwon pada bartender yang tengah menyiapkan minuman Jooheon.

"No. Why?" Dia balik bertanya dengan alis terangkat sebelah.

"Aku ingin memakainya sebentar."

"Oh, okay."

"Thanks." Hyungwon tersenyum simpul pada Jun dan menoleh pada Jooheon. "Come with me."

Jooheon mengangguk, sebelum dia mengikuti Hyungwon, Jooheon menyambar minumannya yang telah jadi dan menghabiskannya. "Thanks Jun." Katanya pada si bartender.

Hyungwon mengisyaratkan pada Jooheon untuk masuk lebih dahulu. Setelah  Hyungwon memastikan tidak ada yang lalu lalang, dia menutup pintu dan menguncinya.

"So?" Tanya Hyungwon sambil membalikkan badan, melihat punggung Jooheon yang terlihat mengecil karena dia menunduk.

"Aku tidak tahu harus mulai dari ma-"

Jooheon tertegun seketika begitu melihat Hyungwon menodongkan pistol padanya tepat di kepala.

"Hyungwon?"

"Kenapa kau tidak mulai dari alasanmu berkhianat."

Jooheon tertawa kering, merasa konyol karena dia berpikir Eunhyung tidak akan memberitahu siapapun secepat ini. Tapi ternyata dugaannya salah besar. Bahkan menuduhnya berkhianat. Tawa Jooheon menjadi, lalu mereda seketika. Ia mengangkat wajahnya, berjalan maju satu langkah lagi sehingga mulut pistol bersentuhan dengan keningnya, dia pun menatap Hyungwon tajam, tanpa rasa ragu ataupun takut.

"Jadi kau mau bertemu denganku karena kau mendapatkan perintah untuk menyingkirkanku?" Tanya Jooheon.

Hyungwon terdiam untuk waktu yang cukup lama sebelum dia menurunkan senjata dan memasukkannya kembali ke sarung senjata yang dia sembunyikan di balik jaket kulit hitam yang dia pakai.

"Kenapa kau melakukan ini?" Tanya Hyungwon lagi, namun dengan suara yang lebih tenang.

Jooheon menghela nafas panjang, menyandarkan punggungnya di tumpukan box kayu berisi botol-botol minuman.

"X diserang oleh sekelompok orang." Katanya kemudian dengan suara lirih.

"X?"

"Ya. Kelompok yang dulu menjadi tempat bernaungku."

"Apa hubungannya penyerangan terhadap X dan alasan kau berkhianat?"

Jooheon menggeleng. "Aku tidak pernah berkhianat pada siapapun. Termasuk pada Tuan Lee atau tim kita. Aku hanya ingin menolong orang-orang yang sudah kuanggap sebagai saudara-saudaraku. Te-"

Bayangan wajah dingin Eunhyung ketika menyuruhnya tidak melakukan apapun membuat gejolak amarahnya kembali bergolak. Dia mengepalkan tinjunya.

"Tetapi Tuan Lee justru menyuruhku untuk diam dan fokus pada perintahnya. Bagaimana mungkin aku dapat melakukannya sementara aku sama sekali tidak mengetahui kondisi keluargaku."

"Tuan Lee pasti punya alasannya sendiri." Ujar Hyungwon.

"Cih." Jooheon berdecih. "Dia hanya mementingkan urusannya sendiri. Dia menganggap kita tak lebih sebagai alat menjalankan misi. Dan pada akhirnya hanya dia yang mendapatkan keuntungan dari semua yang kita kerjakan! Kita tak lebih dari pion-pion catur di papan permainannya melawan orang-orang brengsek itu!!"

Hyungwon memiringkan kepala, menyadari jika Jooheon tidak berpikir dengan kepala dingin.

"Lalu kenapa kau menghubungiku? Apa yang aku inginkan?" Tanyanya.

"I need your help."

"Hm?"

"Aku tadi pergi ke rumah sakit tempat anggota X dirawat dan bicara pada salah satu dari mereka. Menurut deskripsinya kemungkinan orang yang menyerang markas X adalah kelompok ayahmu."

"Apakah kau yakin?" Tanya Hyungwon mencoba untuk terdengar biasa namun ada sedikit rasa terkejut dicaranya berbicara.

Jooheon menggeleng. "Hampir, tidak sepenuhnya. Setelah aku menemuinya, aku pergi ke markas X untuk mencari sesuatu yang mungkin dapat kujadikan bukti atau petunjuk. Tetapi di sana sudah ada anggota kepolisian dan anak buah Tuan Lee yang menyamar menjadi anggota polisi. Jadi aku tidak dapat masuk ke dalam karena bisa saja anak buah Tuan Lee mengenaliku. Tuan Lee bahkan telah memberi perintah padamu untuk menyingkirkan aku. Pasti orang-orang Tuan Lee yang berada di sana telah mendapatkan perintah yang sama dan di tempatkan di sana karena dia tahu aku pasti ke sana jika ingin menyelidiki kasus penyerangan ini. "

"Jadi kau kembali tanpa mendapatkan apapun?" Tanya Hyungwon menghakimi.

"Yeah,,, begitulah." Jawab Jooheon sambil mengusap tengkuk belakangnya. "Tetapi aku jadi tahu beberapa hal."

"Mwoga?"

"Alasan penyerangan mereka ke markas X adalah karena mereka mencari seseorang. Kurasa seseorang yang ahli dalam bidang komputer. Karena menurut pengakuan anggota X yang kutemui, dia melihat dua orang membawa Bee."

"Bee?" Kening Hyungwon berkerut. Dalam hati dia berkata "Honey? Bee? Lelucon macam apa ini?"

"Bisa dikatakan dia adalah orang yang menjadi otak besar setiap kegiatan di X. Dia yang menerima dan menolak permintaan sebelum memberikan tugas itu pada anggota. Dia juga yang mem-backup setiap mereka melakukan misi. Dalam dunia cybercrime, kemampuan Bee sudah diakui." Jooheon menjelaskan, melihat Hyungwon mengerutkan kening seperti sedang berpikir. "Menghilangnya Bee setelah terjadi penyerangan itu membuatku berpikir jika mereka memang membutuhkan seseorang yang ahli di bidang komputer untuk kepentingan mereka."

"Tunggu." Hyungwon mengusap dagunya. "Data yang disembunyikan oleh Kijong. Mungkinkah..."

"Ya. Kurasa mereka memilikinya. Hanya saja aku tidak yakin jika data itu penuh atau tidak."

"Maksudmu?"

"Kita sama-sama mengenal agen Yoo Kijong seperti apa. Dia orang yang sangat pintar dan lihai dalam menggali, menemukan dan menyembunyikan informasi. Bahkan dia hanya menyerahkan berapa persen temuannya pada Tuan Lee. Akupun sudah menganalisa data yang kemungkinan dapat menjadi petunjuk dari yang ditemukan oleh Shownu hyung dan juga data yang diperoleh Changkyun dari komputer pribadi ayahnya. Tapi meski telah menggabungkan semua data itu dengan laporan Yoo Kijong sebelumnya, data itu masih belum sempurna. Dapat kupastikan jika aku menemukan beberapa titik-titik kosong yang seharusnya menjadi penghubung antara data yang sudah ada di tangan Tuan Lee. Jika memang mereka memiliki data yang kita butuhkan untuk melengkapi misi ini, lalu apa yang ditinggalkan oleh Kijong hyung untuk Kihyun? Kurasa tidak mungkin itu hanya sebuah jam atau warisan biasa."

"Jadi menurutmu Kijong menyimpan data yang dia temukan bukan hanya menjadi dua bagian tapi memecahnya lebih dari itu?" Tanya Hyungwon mencoba mencari kejelasan dari kesimpulannya.

"Kurasa. Bisa tiga atau lebih. Tapi itu baru dugaan."

Hyungwon menatap Jooheon yang mendadak diam dengan ekspresi wajah cemas.

"Wae?" Tanyanya.

"Aku mengkhawatirkan Changkyun dan Shownu hyung." Jooheon menjawab dengan suara pelan dan kepala menunduk. "Sebelum aku kemari, aku sempat menghubungi Shownu hyung tapi tidak mendapatkan jawaban. Dan Changkyun..."

Hyungwon berdiri, meremas bahu Jooheon pelan seolah ingin menyalurkan semangat pada Jooheon melalui sentuhan.

"Bagaimanapun Changkyun adalah anaknya. Tidak mungkin dia akan mencelakai anaknya sendiri." Hyungwon berkata dengan nada paling lembut yang dapat dia lakukan dan memberikan tepukan ringan di bahu Jooheon.

"Yeah." Jawab Jooheon masih khawatir namun mencoba untuk tersenyum tipis dan menghargai usaha Hyungwon dalam menyemangatinya.

Hyungwon menarik tangannya dari bahu Jooheon. "Aku akan kembali ke tempat Tuan Lee dan bicara padanya. Semoga aku dapat melakukan sesuatu."

"Thanks. Aku akan pergi ke tempat Shownu hyung."

Hyungwon memberikan senyum simpul sebelum keluar dari ruangan itu meninggalkan Jooheon yang memilih untuk tinggal sedikit lebih lama.

~~~~

"Yya!" Wajah Kihyun berubah cemberut begitu dia keluar dari cafe bersama Minhyuk setelah dia menyelesaikan jam kerjanya.

"Wae?" Tanya Minhyuk santai.

"Bagaimana bisa kau menjemputku tanpa membawa kendaraan? Apa kau tahu kalau  a-Hmph...."

Sesaat mata Kihyun yang membesar karena marah makin membulat ketika Minhyuk menjejalkan lolipop cola ke mulutnya tanpa ijin darinya.

"Huh," Meski jengkel dengan kelakuan Minhyuk, Kihyun tak punya pilihan selain menikmati lolipop yang sudah ada di dalam mulutnya. "Jangan pikir aku tidak jadi marah padamu hanya karena kau sudah memberiku lolipop. Aku bukan anak kecil."

Tetapi Minhyuk justru hanya mengangkat kedua bahunya sambil menahan tawa.

"Ish." Desis Kihyun.

"Kihyuniie..."

"Wae?" Tanya Kihyun sambil menggeluarkan lolipop dari mulutnya.

"Aniya." Jawabnya cepat. "Bagaimana dengan referensi apartmentanya? Apa ada  yang kau suka?"

"Hmm,,," Kihyun menikmati lolipopnya. "Ada. Karena besok aku tidak punya rencana sebelum berangkat kerja. Aku berniat untuk melihatnya bersama agen."

"Mau kutemani?"

Dengan cepat Kihyun menggeleng. "Kau pasti punya urusan lagipula aku bersama seorang agen yang lebih paham. Kalau kau ikut, kau hanya akan membuatku pusing dengan standartmu."

"Oh, ayolah... Pergi bersamaku itu artinya menghemat ongkos." Bujuk Minhyuk sambil melingkarkan tangannya di bahu Kihyun.

Kihyun menyenggol rusuk Minhyuk dengan sikunya, tidak keras atau kasar hanya dengan maksud bercanda untuk menyingkirkan Minhyuk darinya.

"Dengan berjalan kaki? No, Thanks."

"Oh Come on..." Renggek Minhyuk.

"No!"

Keduanya terus berjalan di antara keramaian pejalan kaki, Minhyuk masih merenggek pada Kihyun dan Kihyun masih menolak. Mereka mungkin tidak terlihat terlalu akur tetapi justru disitulah keunikan dari hubungan pertemanan mereka. Namun saat keduanya terlalu asik dengan diri mereka sendiri, mereka tidak menyadari jika ada seseorang yang berjalan mengikuti mereka di belakang, sejak mereka keluar dari cafe. Mengikuti keduanya dalam diam dan tatapan mata tajam yang dingin.

~~~~

Ketika memasuki rumahnya, Jaejoong merasakan sedikit aneh dan insting polisinya segera membunyikan alaram tanda bahaya di dalam kepala yang kemudian secara otomotis seluruh sarafnya berada di posisi waspada. Dia berjalan perlahan masuk semakin dalam ke bagian dalam rumahnya, dengan salah satu tangan berada dekat dengan sarung senjata yang masih melingkar di pinggang rampingnya.

Saat dia memasuki ruang tamu, dia semakin yakin jika ada seseorang yang telah memasuki rumahnya ketika dia tidak berada di rumah hari ini. Dugaannya itu semakin kuat karena dia melihat posisi tanaman imitasi kecil yang dia letakkan di meja kopi, berdekatan dengan sofa panjang bergeser dari posisi semula.

"Siapa orang tolol yang berani menyelinap masuk ke rumahku?"

Meski tahu ada orang yang memasuki propertinya tanpa ijin namun tidak ada rasa takut sedikitpun dalam diri Jaejoong. Namun dia meningkatkan kewaspadaannya pada sekeliling. Mata doenya tajam dan awas ketika menyusuri penjuru ruangan setiap dia bergerak. Pendengarannya dia tajamkan agar dia dapat menangkap suara sekecil apapun di sekitar. Ruangan demi ruangan dia periksa dengan hati-hati, memperhatikan setiap detail yang terlihat oleh mata dan membandingkan dengan kondisi ruangan yang dia ingat di dalam kepala.

Dia meraih knop pintu dengan tangan kiri dan tangan kanannya masih berada di gagang senjata.

Kamar tidurnya, ruangan terakhir, pikirnya.

Perlahan dia memutar knop pintu, mendorong pintu hingga terbuka.

Manik mata doe-nya bergerak menyurusi ruangan, semuanya masih sama. Sama sekali tidak terlihat hal mencurigakan atau ada sesuatu yang berubah dari kamarnya. Dengan hembusan nafas panjang, Jaejoong memasuki kamar tidurnya, mengecek setiap laci dan almari, serta ruangan lain seperti ruang ganti dan kamar mandi. Setelah memastikan sama sekali tidak ada barang hilang atau kerusakan fisik di propertinya, Jaejoong barulah benar-benar dapat bernafas dengan lega.

"Apakah mungkin hanya perasaanku?" Celotehnya sambil berusaha membebaskan kepalanya dari kerah baju.

"Tapi tidak mungkin." Lanjutnya, melemparkan baju kotornya ke keranjang cucian di sudut ruangan lalu melepas sarung senjata dan menyimpannya di laci. "Aku yakin ada yang masuk kemari tapi siapa? Dan kenapa?"

Kening Jaejoong berkerut dalam saat dia berjalan memasuki kamar mandi, masih berpikir. Tubuhnya secara otomatis mendekati bathtub, menyalakan air setelah menyetel suhu air sesuai keinginannya. Sementara menunggu bathtup terisi air, Jaejoong bergerak ke wastafel untuk menggosok gigi.

Ditemani oleh suara aliran air yang deras, Jaejoong menatap bayangan wajahnya di cermin sambil menggosok gigi. Namun dia tidak benar-benar melihat bayangannya, karena otaknya berputar cepat dan mengajaknya untuk mencerna kasus yang tengah dia tangani.

Seoanjang karirnya menjadi seorang detective, dia telah menangani banyak kasus. Dari kasus saat dia masih menjadi assisten detective sampai dia menjadi kepala tim dari setiap kasus, baik kasus kecil atau besar. Namun dia belum pernah menemukan sebuah kasus yang memiliki banyak cabang seperti ini.

Baiklah, beberapa kasus yang pernah dia hadapi memang memiliki cabang tapi tidak serumit kasus ini. Kasus ini special untuknya. Kenapa? Karena baginya kasus ini unik.

Awal mula kasus ini hanyalah kasus kematian dua orang akuntan firma, dengan jabatan yang lumayan tinggi namun bukan jabatan yang fantastis yang berbahaya. Namun latar belakang dari salah satu korban yang ternyata adalah mata-mata dari sebuah organisasi sangat mencengangkan. Ditambah dengan kasus-kasus yang muncul setelahnya.

Meski terlihat berbeda tetapi ada benang tipis yang menghubungkannya dengan kasus kematian dua akuntan.

Selesai menggososk gigi dan membersihkan wajah, Jaejoong menanggalkan sisa pakaiannya, yaitu celana dan menuju bathtup. Setelah mematikan air, Jaejoong masuk ke dalam bath up lalu menyandarkan kepalanya di sisi bathtup. Dia pun kemudian melanjutkan awang-awangnya sambil merasakan tubuhnya di selimuti oleh kehangatan air yang melemaskan otot-ototnya yang kaku.

Setelah kasus kematian dua akuntan, tak lama muncul kasus pembakaran rumah dari korban yang besar kemungkinannya dilakukan untuk menghilangkan bukti atau petunjuk yang mengarah pada pelaku. Setelah itu, kasus tentang penangkapan sindikat perdagangan senjata ilegal di pasar gelap. Sialnya menurut dugaan ada dua anak buahnya yang diduga terlibat di dalam hal tersebut. Lalu disusul insiden hampir diculiknya Siwon saat sedang bertugas. Kebetulan yang unik, karena pelaku percobaan penculikan itu menggunakan senjata rakitan yang menjadi barang dagangan dari sindikat yang sebelumnya tertangkap.

Seperti belum cukup membuat kepolisian kewalahan, muncul kasus penyerangan terhadap kelompok cybercrime yang membuat divisi khusus tertarik dan berniat untuk mengambil alih kasus.

Mengingat adanya kemungkinan terlibatnya anggota parlemen & divisi yang berada dibawah naungan pemerintah membuat ini menjadi semakin menarik untuknya.

Dia hanya perlu memastikan dan membuktikan ada di pihak manakah divisi khusus ini. Apakah dia bergerak untuk menutupi kasus dan melindungi tersangka, yang saat ini menjadi dicurogai oleh Jaejoong. Atau, divisi khusus bergerak untuk menghentikan dan membersihkan kursi parlemen dari calon dan anggota parlemen yang tidak baik.

Jaejoong menghela nafas panjang, lega. Merasakan setiap otot dan sendi di tubuhnya melemas dan rileks. Beremdam dalam air hangat sangat membantunya. Merasa dia telah berendam cukup lama, akhirnya Jaejoong memutuskan untuk keluar dari bathtub, membilas tubuhnya di bawah shower dan setelah selesai dia mengambil satu bathrobe bersih dari rak yang berada di atas wastafel. Memakainya sambil berjalan keluar dari kamar mandi.

Jaejoong berhenti sebentar di meja tempat dia menaruh ponselnya, mengecek pesan dan panggilan yang masuk lalu meletakkannya kembali saat melihat tidak ada panggilan atau pesan darurat yang mengharuskannya untuk membalas atau menelfon. Dia lalu berjalan keluar dari kamar, menuju ke ruang kerjanya.

Sebelum dia menuju ke glassboard favoritnya, Jaejoong terlebih dahulu menghampiri mini bar. Mengamati isi lemari pendinginnya satu persatu.

"Hmm." Dia bergumam, menunjuk satu persatu botol yang tertata rapi di dalam rak lemari pendingin.

Jari telunjuknya berhenti di salah satu brand whiskey, favorit Haneul. Tiba-tiba saja dia merasa ingin mengucapkan terima kasih pada divisi khusus yang telah memberikan identitas baru pada Yunho dan Haneul.

Jarinya menjauh dari botol whiskey dan memutuskan untuk mengambil dua kaleng beer yang berada satu rak di atas botol-botol minuman keras itu berada. Dia lantas membawa dua kaleng beer itu ke arah glassboard, menaruh salah satu kaleng di atas meja terdekat dengan glassboard dan membuka satu kaleng yang lain. Mata doenya membawa ulang tulisan dan skema yang dia buat sebelumnya. Dengan rincian yang sudah dia ringkas dari awal hingga informasi terakhir yang dia kumpulkan.

Meletakkan kaleng minumannya di atas meja, Jaejoong berjalan mendekati glassboard dan mengambil spidol dan penghapus dari penyimpanan, lalu menambahkan informasi yang dia dapat hari ini. Kemudian dia mengamati semuanya lagi.

Meski glassboard miliknya saat ini termasuk besar tapi karena kasus ini rumit dan memiliki banyak cabang, glassboardnya hampir penuh.

"Sepertinya aku memang harus beli glassboard tambahan." Gumamnya sambil meraih kaleng beer.

~~~~

Saat Hyungwon kembali ke tempat persembunyian mereka, dia melihat Yunho berbaring di sofa dengan satu lengan menutupi area mata dan sau lengan yang lain berada di atas perutnya. Di meja terlihat satu botol whiskey yang tinggal separuh dan juga gelas berisi es batu. Matanya menyipit dan dia berpikir mungkin yang saat ini tertidur adalah Haneul, mengingat Haneul selalu meminum whiskey di setiap waktu.

Melewati ruang tengah, Hyungwon berjalan menuju tangga, menaiki tangga dan berjalan menuju kamar yang digunakan Eunhyung.

TOK

TOK

TOK

Tidak ada jawaban yang dia terima. Kamar itu sepertinya kosong. Hyungwon memutuskan untuk mencari ke ruang komputer, dan benar di sana dia menemukan Eunhyung berdiri di belakang dua orang yang sedang duduk menatap layar monitor. Tangan mereka menggerakkan mouse dan menari di atas keyboard dengan cepat.

"Tuan Lee." Ucapnya.

Eunhyung menoleh dan Hyungwon menangkap perbedaan ekspresi di wajah Eunhyung. Namja yang biasanya terkendali emosinya kini terlihat sangat gusar dan itu tercermin jelas di raut wajahnya.

"Kau bertemu Jooheon?" Tanya Eunhyung.

Hyungwon mengangguk. "Tetapi maaf, syaa membiarkan dia lolos."

"Arra." Eunhyung berbalik menatap layar monitor yang masih menampilkan codding data. "Aku tidak menyangka jika Jooheon menyusupkan virus di komputer ini."

Eunhyung berkata, memunggungi Hyungwon. "Mereka berdua adalah orang yang bekerja di Securecomp. Aku meminta mereka datang untuk memperbaikinya. Bagaimanapun kita memerlukan All eyes dan program-program lain yang dibuat oleh Jooheon."

"Tuan Lee, saya rasa Jooheon-"

Ucapan Hyungwon dipotong oleh Eunhyung. "Dia tidak berkhianat. Dia hanya melanggar perintahku. Aku tidak menyalahkanmu atau akan mempersulitmu posisimu saat ini. Aku mempunyai prioritas dalam mengerjakan sesuatu dan untuk saat ini prioritas utamaku adalah menemukan data yang disimpan oleh Kijong dan mengakhiri semua kekacauan di pemerintahan."

Hyungwon menatap punggung Eunhyung ketika namja itu bicara.

"Demi menghindari kejadian buruk yang akan datang. Kekacauan yang terjadi di "X" di luar perkiraanku. Meski aku telah mencoba meminta pihak kepolisian untuk mundur dan menyerahkan kasus penyerangan itu pada divisi khusus, mereka tidak mau."

"Ja-jadi anda...."

Lagi-lagi Hyungwon tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Namun kali ini yang memotongnya adalah suara pintu yang dibuka diiringi langkah kaki. Hyungwon pun menoleh, melihat Yunho memasuki ruangan.

"Tidak ada hal yang dapat kau kendalikan secara penuh." Katanya dengan tenang.


Eunhyung pun ikut menoleh saat mendengar suara Yunho.

"Apa maksudmu?"

"Kau menghadapi politikus dan mafia dengan cara seorang yang dididik militer. Karena itu mereka punya cara untuk menghalangi rencanamu."

"Jadi maksudmu caraku salah?" Tanya Eunhyung dengan sedikit nada tersinggung terselip di kalimatnya.

Yunho tersenyum tipis lalu menggeleng. "Bukan. Aku tidak mengatakan caramu salah atau menyalahkanmu. Tetapi sedikit yang harus kau tahu, seorang politikus memiliki otak yang sangat cerdas. Jika seorang dengan pemikiran militer yang bergerak berdasarkan bukti dan fakta yang terkumpul agar semua dapat terlaksana dengan sempurna. Sementara politikus akan bergerak berdasarkan fakta dan bukti, lalu merencanakan plan-plan cadangan yang berdasarkan dengan prediksi agar semua terlaksana dengan sempurna."

"Jadi menurutmu mereka telah merencanakan semuanya terlebih dahulu dan memprediksi pergerakan yang kita lakukan?" Tanya Hyungwon.

"Aku tidak dapat memastikan tapi dilihat dari kondisi saat ini sepertinya itu mungkin."

Yunho menoleh pada Eunhyung ketika Eunhyung ikut mengajukan pertanyaan. "Bagaimana kau tahu cara berpikir mereka?"

Kali ini Yunho tertawa, tawa karena merasa dirinya sedikit direndahkan. "Saat aku belum 'terlahir kembali' menjadi Yoo Eunho, aku adalah seorang Jung Yunho. Pewaris Jung's Industries." Ucapnya. "Perlu kau ingat saat aku masih menjadi Jung Yunho, aku juga memiliki banyak kenalan politikus. Lagipula pebisnis dan politikus memiliki cara berpikir yang hampir sama. Baik politikus dan pebisnis sama-sama mencari keuntungan."

"Dan," Yunho melanjutkan kembali. "Ada seseorang yang mengatakan padaku, bahwa orang-orang yang bergerak di dunia hitam seperti mafia tidak takut pada apapun. Prinsip mereka hanya satu, menyingkirkan siapapun yang menghalangi mereka. Politikus dan mafia adalah kombinasi yang sempurna sekaligus mematikan."

~~~~

Dia mengobrak-abrik seisi ruangan. Pakaian demi pakaian dia keluarkan dari lemari. Buku dari rak pun bertebaran di lantai. Sementara orang itu masih terlihat mencari di semua sudut ruangan, di setiap laci dan lemari bahkan di setiap tempat yang tidak masuk akal.

Di antara tumpukan benda-benda yang berserakan di lantai, ada dua orang yang tergeletak di lantai. Kihyun dan Minhyuk.

~~~~

-TBC-

~~~~

Annyeong~~~~

Finally, we meet again 😂😂😂

Mianhae, ane menelantarkan akun ini
Bbbrp wktu belakangn ane emg lg gila 🤣🤣🤣🤣

Gila kerja,, gila liburan,,

n yg pling utama
gila karna keadaann🤣🤣

rasanya mabok ngadepin rl ..

Stttt,,, jgn ditiru ya. 🤣

Terima kasih bgi smua
yg msi setia nungguin
bahkan ampe ngedm ane..
terhuru-hara aing tuh...

Next
semoga stlh ini
ane gak gila2 lgi dh 🤭🤭🤭

bye bye..

See u in next part ....















































पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

5.3M 46.3K 57
Welcome to The Wattpad HQ Community Happenings story! We are so glad you're part of our global community. This is the place for readers and writers...
335K 19.3K 41
You live in a different time zone Think I know what this is It's just the time's wrong
88.3K 3.1K 72
I do not own any of the characters. Y/n are a supe. But not a famous one, that didn't work out. Now you are one of the sevens PAs. Maybe, briefly Th...
656K 15.7K 100
Evelyn Claire Bennett never thought this would happen to her. Not in a million years. How could something that was meant to be temporary have a las...