TAS [4] SHANUM (END)

By cesnutboy

4.7K 371 51

THE ANGEL SERIES || SEQUEL OF SENJA [BUKU KEEMPAT DARI NOVEL THE MONSTER] Mereka dua pasang perasaan yang mas... More

Pembuka
Thankful
1| Satu Langkah
2| Apa Kabar?
4 | Kejutan
5 | Dipeluk Fajar
6 | Menjauh Dari Garis Orbit
7| Runtuh & Halu
8| Hancur Dalam 360 Detik
9| Kode Etik Semesta
10| Tolong Temani!
11| Yang Sebenarnya
12| Genggam Tangan
13| Senja Kembali
14| Dipeluk Oleh Kau Yang Lain
15| Rasa Terbakar Jadi Abu
16| Berpulang Atau Berpaling?
17| Kopi Dan Legenda
18| Tamu Itu Pamit
19| Sesuatu Di Jogja
20| Kita Tiba Di Seribu Candi
21| Kukorek Rindu Di Bekas Bibirmu
22| Tidak Pernah Jadi Apa-Apa
23| Peluk Untuk 360 Jam Yang Terlewat
24| Kejutan Di Alun-Alun Kota
25| Berakhir Di Jogja Dengan Istimewa
TAMAT

3| Rehat

281 22 3
By cesnutboy

NOW PLAYING REHAT--KUNTO AJI

SELAMAT MEMBACA TAS [4] SHANUM

CHAPTER TIGA| REHAT

Ketika semua masalah datang untuk berkawan. Hanya ada dua pilihan ditengah tangisan. Menyerah atau bertahan? Adakah pegangan juga sandaran? Yang sakit dan lelah hanya butuh rehat bukan penghakiman.

***

Gama berputar-putar mencari gadis itu hingga dia menemukan sosok itu berdiri tepat di lantai tiga gedung psikologi yang terbengkalai. Dengan cepat cowok itu menaiki tangga dan berharap gadis di atas sana tidak melakukan sesuatu yang buruk. Napasnya terengah. Gama menarik gadis itu dan menyimpannya dalam pelukannya yang erat. Tangis gadis itu pecah seketika. Semua rasa sakit yang dia tahan membuncah.

Gama menghela napas, menenangkan jantungnya yang serasa mau putus saja. Telat sedetik saja, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan Shanum lakukan. Dia bersyukur tidak terjadi apa-apa.

"Gue lelah Gaam... Gue lelahh. Senja ninggalin gue dan semua masalah datang serasa bikin gue depresi," ujar Shanum ditengah tangisannya.

"Sssshhtt... ada gue! Lo lupa kalau gue janji bakal jagain lo entah ada Senja ataupun ngga," Gama mencoba menenangkan gadis itu. Mengelus pelan punggung rapuh itu.

"Sakit Gaam. Lo tau, gara-gara tugas itu gue diancem sama senior tadi. Salah gue apa coba?!"

Cowok itu masih tenang, "Ssshhtt... mending sekarang kita tenangin diri lo dulu,"

Shanum mengangguk, masih dengan pundak naik turun karena tersedu. Gama menopang kedua lengan gadis itu agar bisa berjalan. Tidak hanya hatinya saja bahkan fisiknya ikut melemah.

Gama memasangkan helm ke puncak kepala gadis itu lalu menyuruhnya untuk berpegangan dan bersandar di punggungnya. Gadis itu begitu lelah, sangat lelah. Dia merasa butuh istirahat sejenak sebelum kembali melangkah.

Mereka berdua meninggalkan halaman Universitas Indonesia dan membelah jalanan yang padat guna menetralisir penat dan mengalihkan perhatian. Gama hendak membawa Shanum ke suatu tempat.

Setelah beberapa puluh menit mereka sampai di sebuah cafe. Gama tahu bahwa gadis itu membutuhkan energi agar dapat berjuang lagi.

Gama melepaskan helmnya dan timbul kernyitan di dahi Shanum. Cowok itu mengulurkan telapak tangannya tapi gadis itu tak juga menyambutnya.

"Kok kesini?"

"Ga mau? Ga laper emang? Jadi, tawaran gue ini ditolak?" Sergah Gama dengan serentetan pertanyaan.

"Ish, bukan gitu maksud gue,"

"Please, jangan tolak gue. Gue ngelakuin ini buat lo karena kesehatan lo tuh yang terpenting. Dengerin gue, kalau lo maksain diri lo cuma ngehancurin diri sendiri. Di kondisi kaya gini gimana lo bakal berjuang," kata Gama dengan nada sedikit naik.

Gadis itu tersenyum, menatap manik legam sahabatnya lalu menerima uluran tangan cowok itu.

"Nah, gitu dong!" Seru Gama senang.

Mata gadis itu seolah berkata, 'terima kasih'. Meski hanya tergambar lewat seulas senyum tanpa pernah terucap.
Mereka masuk ke dalam sebuah kedai dengan nuansa klasik.

***

Gama memesankan beberapa menu yang pasti akan disukai gadis itu. Semua makanan sudah bertengger manis di atas meja. Mata gadis itu berbinar. Gama melihat gadis itu makan dengan lahap. Cowok itu menahan tawa tatkala saos balado menempel cantik di bibir manis gadis itu. Shanum sangat suka kepiting saos balado.

"Sye?"

"Apa?" Cowok itu memberi kode dengan menunjuk bibirnya. Tapi yang diberi kode tak juga paham.

Cowok itu mendesah dan menjulurkan tangannya, mengusapnya dengan ibu jarinya . Shanum sempat membeku sesaat.

"Ada saos di bibir lo! Lo makannya kayak anak kecil begitu," Gama terkekeh.

Shanum tersenyum lebar dengan mulut penuh makanan.

Terlihat lucu bagi Gama. Namun tidak lama ponsel cowok itu berdering. Saat diangkat ada sebuah suara gadis panik di ujung sana.

"Gama, please gue butuh lo banget sekarang!" ujar suara di ujung sana.

"Oke gue kesana sekarang juga!" balas Gama dengan raut cemas.

Penasaran, Shanum bertanya, "Ada apa Gam?"

"Gue harus cabut. Nggak papa' kan? Nanti lo pulang pesen grab aja ya? Gue minta maaf, Sye!"

"Iyaa, it's okay. Makasih ya Gam!" Shanum tahu urusan cowok itu lebih penting darinya. Menyangkut perioritas, dia tidak mungkin selalu menjadi yang diutamakan.

"Jaga diri lo baik-baik. Sampe rumah langsung tidur jangan mikir yang aneh-aneh dan cuma bikin lo sakit," ujar Gama mengusak rambut gadis itu sebelum beranjak pergi.

Kembali sendiri..

Inilah kehilangan yang Shanum maksud. Sepertinya setiap kata-kata yang terlontar hilang, bersembunyi pada petang. Suara gadis di ponsel itu terdengar dan raut wajah Gama adalah bukti bahwa sepertinya Gama sudah menemukan sosok baru. Menjadi prioritas lantas menggantikannya.

Ada kehilangan dan ketakutan yang tidak begitu kentara tapi sangat terasa.

Senja hilang, Gama hilang. Perasaanku masih saja bilang untuk menunggu siapapun yang datang. Entah tamu itu membawa bahagia atau luka. Shanum mengijinkan setiap hati untuk masuk dan mengenalnya.

Tak salah jika luka yang dibawa untuk mengenalnya, mungkin saja luka yang memberikan ruang untuk mereka menaruh rasa. Saling menyenbuhkan satu sama lain.

Hati yang rapuh butuh penyembuh. Dan penyembuh itu dinamakan cinta. Ibarat kaca yang pecah, yang perlu dibuat kembali bukan hanya di lem saja. Agar kuat, rekat dan sempurna.

***

Tidak lama seorang cowok dengan kemeja berlogo universitas yang sama dengannya duduk di kursi yang baru ditempati Gama.

"Gue boleh' kan duduk di sini, soalnya semua meja udah penuh,"

Shanum mengangguk, mempersilahkan tamu itu duduk.

"Oh iya kenalin gue Ndaru. Lo siapa?" ujar cowok itu mengulurkan tangan.

Shanum menjabatnya dengan rasa penasaran, "Shanum. Kakak ini mahasiswa Universitas Indonesia?"

"Iyaa, lo juga ya?"

Shanum mengangguk. Cowok itu menyunggingkan senyum dan menyeruput kopinya lagi.

"Kakak semester berapa? Dan ambil jurusan apa?" Shanum kembali bertanya dan berhasil merebut atensi cowok bernama Arjun Yudha Iswandaru.

" Semester lima. Ambil jurusan Ekonomi," Ndaru tertawa sebelum melanjutkan kalimatnya, "Lo sendiri?"

"Semester satu sastra inggris,"

"Wihhh mantul anjay. Ajarin gue bahasa inggris dong,"

"Belum jago, kak."

Shanum tersenyum, mengaduk-aduk buble tea-nya. Malam semakin kelam. Dua insan itu masih sanggup bercengkrama, sesekali keduanya tertawa. Malam tak selalu sunyi dan hampa karena ternyata ada Tuan penyuka kopi yang datang tanpa dipinta.

"Kok lo sendirian?" Tanya cowok itu.

"Tadi temen gue ada urusan terus pergi," jelas Shanum.

"Mata lo kok sembab gitu sakit apa diputusin pacar barusan?" Cowok itu terkekeh di sela kalimatnya.

"Apaan sihh? Ngaco!" Dengkus Shanum menutupi dua bola matanya yang mengembang setelah menangis.

"Ke sini cuma mau pesen kopi?" Tanya Shanum mengalihkan fokus.

Mata cowok itu seakan berkelana, "Karena nggak mungkin pesen hati dia buat gue milikin,"

"Dia... pacar lo?" Tanya gadis itu hati-hati. Menyangkut hati harus hati-hati sebab yang tersakiti tak mesti bisa diperbaiki.

Cowok itu menyeruput kembali kopinya dan menggeleng pelan.

Dan malam itu Shanum berhasil membuat cowok itu menceritakan semua. Sendu yang dirasanya. Matanya memancarkan sembilu yang sempat bertandang beberapa waktu yang lalu. Dua insan itu tidak sadar bahwa beranjak sunyi. Ndaru dan Shanum terlalu asik bercanda hingga tidak terasa bahwa mereka sudah cukup lama beradu dalam perbincangan rasa.

"Kakak itu alaumni sekolah SMA Gita Bahari, ya?" Shanum merasa tidak asing dengan wajah Tuan penyuka kopi.

Alis cowok itu tertaut, "Kok lo bisa tahu?"

"Gue berarti adek kelas lo waktu di SMA," sontak hal ini mengejutkan keduanya. Cowok itu menyodorkan ponselnya. Membuat Shanum mengernyit.

"Kebetulan atau takdir?! Betewe, gue minta nomor lu!"

"Buat apaan?"

"Mau gue masukin ke grup perkumpulan alumni dari sekolah kita dan gue nunjuk lo jadi koordinator angkatan 2019," jelas Ndaru.

"Serius? Kenapa gue?" Seperti gadis bodoh Shanum bertanya lagi dan lagi hingga cowok itu mnghela napas--jengah.

"Pertama karena gue ketuanya dan kedua karena gue yakin sama lo,"

Akhirnya Shanum mengetikkan nomornya. Sedangkan cowok itu tengah memainkan pinggiran mug-nya. Shanum mengembalikan ponsel cowok itu.

"Lo pulang naik apa?"

"Mmm, naik grab aja kali ya," gumam Shanum tidak yakin.

"Kalau boleh gue anter kalau lo mau. Lagian udah malem. Kelihatannya lo butuh istirahat," ujar cowok itu menerawang tajam.

"Boleh juga kak!"

Dua orang yang tak sengaja dipertemukan semesta itu sedang melaju menerjang hawa dingin yang menusuk kulit. Di anatara remang lampu jalan. Shanum menemukan nyaman entah dalam definisi yang mana.

"Oh jadi ini rumah lo?" Ndaru mengamati rumah mewah di sana.

"Iyaa. Lain kali mampir aja kak," tawar Shanum memaksakan seulas senyum.

Ndaru melihat wajah gadis itu memucat dan dia memilih berpamitan dan bergegas pulang. Sementara, Shanum masuk ke dalam lantas merasakan tubuhnya menggigil lalu jatuh pingsan.

Gelap. Tiba-tiba semua menjadi gelap.

Mungkin penat dan beban berat menyuruhnya untuk rehat. Sekedar untuk mengingatkan bahwa sehat perlu dihargai dan dijaga sebelum datangnya sakit. Mungkin juga, waktu ingin memberinya jeda agar dapat berdiri tegap.

***

SIAPAKAH NDARU?

BAGAIMANA HUBUNGAN GAMA DAN SHANUM?

APA YANG TERJADI NEXT PART?

Gimme your voice in this comment, guys!!!

And please, keep support us.
Because we're nothing without you!!

🍁🍁🍁

Jangan lupa nanti mampir ke story lainnya, ya :

1. Qiana : authoreceh

2. Vanilla : feiaa_

3. Samantha : Syfrant

4. Jazzila : seriyanizefanya

Love,

@Cesnutboy

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 155K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
528K 19.8K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 311K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.7M 76.4K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...