BAMANTARA

By Putriyow23

75.3K 5K 296

Sang penguasa udara yang bertemu sang ilmu. Melihatmu terbang di atas awan adalah hal yang paling membahagiak... More

Sabtunya Nata dan Dara
Awal
Mengenal Nata
Hilang.
Sebentar.
Abang dan Kakak.
Nata Marah
Aneh.
Waktu Berlalu.
Farewell Party
Farewell Party(2)
Interogasi: Luv Fam
Pacar?
Kembali berjarak.
Sisi Nata
Open Q&A
Halo Bamantara
Jalan Masing-Masing.
Kembali?
BAMANTARA Lebaran

Mengenal Aldi

6K 348 55
By Putriyow23

Mohon maaf atas kesalahan atau kesamaan nama dan tempat. Cerita ini murni hanya karangan biasa, dan teman-temanku yang membaca pasti langsung ngeh dengan semuanya. Jadi we, ceritani terinspirasi dari kalian dan halunya dia marqulee

Sekali lagi ini bisa aja memang diri kalian, tapi versi aku, dan ini diri kalian yang aku ciptakan di pikiran aku jadi gak pure karena kita juga gak sedekat itu sampe tau kehidupan kalian sampe seluk beluk.

Intinya initu cerita aku, dengan inspirasi dan tokoh ciptaan marqulee

Enjoy!
***

Ah maafkan aku karena belum.memperkenalkan diri. Baiklah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Danurdara Widyastika. Danurdara sendiri artinya kaya ilmu itu yang dikatakan bunda saat aku bertanya apa arti Danurdara sedangkan Widyastika akupun tidak tau, karena bunda juga ketika ditanya hanya tertawa.

Sedangkan pria yang sering bersamaku itu namanya Aldinata Bamantara, sang penguasa udara. Dia adalah kakak kelasku saat SMA. Mungkin kalian berpikir ini hanyalah kisah klise dimana kakak kelas menyukai adik kelasnya sendiri. Tapi bukan, bahkan aku tidak tau harus menamai kisah ini dengan apa. Kisah ini hanya berisi tentang hidup yang terus berlanjut dan kenyataan takdir yang tidak pernah bisa berbohong.

Pertama kali aku bertemu dengannya bukan di kantin, perpustakaan ataupun taman belakang. Tapi di lapangan komplek angkatan udara dimana dia sedang berlari mengelilingi lapangan. Mungkin itu sebuah rutinitasnya? Ntahlah, aku hanya tertarik melihat pemandangan kaki panjang kurus itu sedang melangkah dengan cepat memutari lapangan yang cukup besar.

Lalu mengapa aku disini? Aku sama dengannya, jogging tapi tidak juga karena sedari tadi aku hanya duduk di ayunan bawah pohon yang rindang ini. Menunggu kedatangan temanku yang tinggal di komplek ini. Lamanya nauzubillah padahal rumahnya teramat dekat.

Entah kenapa aku tertarik terus memandanginya hingga mata kami.bertemu. Aku yang merasa segan sedikit menganggukkan kepalaku padanya tanda menyapa. Dia membalasnya dengan senyuman tipis namun cukup membuatku tercekat. Tampan...

Aku melongo sejenak, melihatnya sudah tidak ada lagi di tempat. Ah dia masih berlari disana. Aku memperhatikannya terus menerus karena merasa tertarik.

"DOR LIAT APAAN LO?" teriak seseorang dari belakangku.

"Eh anjing, astagfirullah dosa" kataku latah. "Jangan ngagetin gitu dong Rin" kataku kembali fokus ke sudut 135° lintang utara.

Dia Rani Sanjayasa, sahabat baikku sejak kelas sepuluh.

"Lo lagi liatin Aldi?" tanyanya padaku.

"Hah Aldi? Siapa Aldi?" kataku bingung.

"Ituuuu, itu yang lagi push up namanya Aldi" aku melihat pria yang tadi, ah dia sedang push up, dan namanya Aldi?

"Namanya Aldi?" tanyaku lagi padahal sudah jelas.

"Iya odong"

Aku mengangguk paham dan merapalkan namanya dalam hati.

"Lo kok bisa kenal dia?" tanyaku pada Rani.

"Tetangga gang sebelah rumah gue, emak bapaknya AU semua" aku mengangguk kagum. Pantas saja dia sudah mulai rajin berolahraga, kalau orang tuanya AU biasanya bakalan ada tuntutan untuk anaknya AU juga.

*AU= Angkatan Udara

Atau memang mereka yang berkeinginan karena melihat betapa hebatnya orang tua mereka.

"Eh dia kesini?"

Aku terkejut saat melihatnya lagi sedang berjalan ke arah kami.

"Aduh mampus jangan-jangan dia tau gue ngeliatin dia dari tadi" kataku panik dengan suara yang lebih rendah karena dia yang semakin mendekat.

"Yaiyalah orang kentara banget" Rani malah santai saja seolah tidak ada yang salah. Karena dia memang tidak salah, hadeuh.

"Hoi, ngapain lo nangkring disini tumben bener?" tanyanya pada Rani.

"Lagi nemani teman gue liat cogan" katanya dengan gak berdosa. "Sini deh lo, kenalan dulu sama teman gue"
Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah, subhanallah yaallah ternyata lebih dekat lebih tampan meskipun cungkring.

"Siapa?" tanyanya.

"Lo gak bisa kenalan?" Si Rani minta ditabok sumpah.

"Hai, gue Aldi. Dan lo?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Dengan gugup aku menjabat tangannya. "Ehm, gue Dara" kami bertatapan sejenak.

Begitulah aku mengenalnya dengan nama Aldi.

"Udah kali woi, masih ae jabatan kagak mukhrim ingat" aku tertawa canggung sedangkan Rani malah dijitak oleh Aldi.

"Udah balik sana, bau keringat lo" Yaampun berani sekali Rani ini.

"Heleh, gue balik ya" ujarnya pamit padaku. Ahh aku rasanya sedang di lambung setinggi langit.

Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum kaku.

"Astaga gantengnya ciptaan tuhan"

"Nggak usah alay lu, dah ah main ke rumah gue aja males gue lama-lama disini"

"Yeu, tadi lo yang ngajakin ketemuan disini"

"Ikut kagak?" katanya menaiki sepedanya, aku langsung berlari agar dia tidak meninggalkanku.

***

Aku melangkahkan kakiku dengan gontai menuju kelas. Pagi ini, tidak lebih tepatnya Senin pagi ini rasanya sangat amat tidak menyenangkan. Sepertinya bukan kali ini saja, tapi memang hari Senin menjadi hari terkutuk karena sebelumnya Minggu. Apaansih.

Intinya tu gak mood.

Aku duduk di kursiku dan menelungkupkan wajahku berniat menambah tidur. Tapi terusik oleh Rani yang dengan gak berotaknya langsung menghempaskan tasnya ke atas meja.

Astagfirullah dosa apa hamba memiliki teman seperti ini.

"Lu tau? Gue-

"Kagak" balasku mengabaikannya.

"Ck, dengarin anjir"

Karena muak dengannya yang marah-marah akupun menuruti. "Apaan?"

"Ya masa, tadi malam si cowok bangsat itu just read chat gue. Bayangin just read" katanya yang aku tau pasti dia sedang membahas siapa. Giovan, cowok yang tiga bulan ini menjadi kekasihnya.

"Oohhh" kataku menanggapi.

"Trus ya bla bla bla bla bla" aku terlalu pusing untuk mendengarkannya, jadi aku mengangguk-ngangguk saja seolah paham.

Bel berbunyi, akupun bersiap ke lapangan upacara. "Udahan ceritanya, ayo gue malas ngegerusuk orang-orang"

Kami berjalan beriringan menuju lapangan.

***

"Penghormatan umum kepada pembina upacara"

"KEPADA PEMBINA UPACARA HORMAT GRAK" aku terpaku sejenak, mengenal suaranya. Sedari tadi karena aku tidak mood makanya aku tidak terlalu memperhatikan siapa pemimpin, pembina, dan lainnya. Tapi suaranya begitu familiar.

Aku menoleh ke arah Rani. "Iye itu Aldi" ujarnya seolah paham dengan yang aku maksud.

"Dia sekolah disini juga?" tanyaku dengan bodohnya.

"Yaiyalah dimana lagi coba" ah ya aku mengangguk paham. Karena sekolahku yang berada di kawasan mereka otomatis banyak anak AU yang bersekolah disini.

Aku terus memandanginya yang gagah berdiri tegap di depan sana. Sangat memukau, mengapa aku baru tau jika dia kakak kelasku?

Hingga upacara usai, mataku hanya terfokus ke satu arah, yaitu dirinya.

***

Jam istirahat, aku dan Rani menuju kantin belakang dimana surganya gorengan berada, ada bakso juga, ada nasi Padang juga, ada berbagai macam minuman dan lainnya. Memang disini tu lebih lengkap.

Aku sudah fokus dengan bakso dan gorenganku beserta es teh manis tapi tiba-tiba kursi sebelahku bergerak. Tidak-tidak, ini tidak mistis.

"Gue sama yang lain gabung ya, soalnya udah pada penuh" katanya yang tanpa persetujuan sudah langsung duduk saja.

Dia duduk tepat di sampingku, Rani yang bodo amat malah dengan santai melanjutkan makan.

"Siapa ni yang sama lo Ran, cantik bener" kata seseorang yang ku yakini kakak kelasku juga.

"Temen gue lah, yakali hantu" balasnya karena emang dasar lagi gak mood sejak tadi pagi tu anak jadi kasar.

"Kenalin lah sama kita-kita" bujuknya lagi.

"Dar, perkenalan" katanya malas. Aku melongo sejenak.

"Eh iya kak, gue Dara teman sekelasnya Rani" jawabku sedikit gugup.

"Oh hai Dara, gue Abi. Bukan mau gombalin lo ya biar jadi Ummi tapi emang Abi. Tapi kalau lo mau jadi Ummi dari anak-anak kita nanti juga gak apa-apa" ujarnya yang membuatku sedikit jijik.

"Heheh" tawa paksaku.

"Jangan gila deh lo, gak nyaman ni dia" ah suaranya saja sudah bisa membuatku gugup. Aldi menginterupsi temannya tadi, mereka hanya berdua juga sama seperti kami.

"Ah ya, gapapa kok Kak" kataku.

"Tu dia juga bilang gapapa"

"Udah deh makan aja makanan kalian, ribut banget tau gak?!" serang Rani tanda jiwa singanya keluar.

"Ran..." aku melirik ke sampingku. Gio sedang berdiri di sana.

"Sana deh lo, bikin mood gue makin hancur aja tau gak" Rani nih orangnya gak neko-neko, kalau dia lagi marah mending diamin aja dulu, kalau mau dekatin ya pelan-pelan aja kalau nggak ya bakal ngamuk.

"Hey, dengarin dulu" katanya lagi.

Rani menghempas sendoknya dan berdiri meninggalkan baksonya yang bahkan sepertinya sedari tadi hanya diaduk-aduk saja.

"Di, gue nitip Dara, anterin nanti ke kelas" katanya sebelum pergi.

"Eh Ran" kataku melihatnya sudah berkejar-kejaran dengan Gio. Cih drama.

Aku diam melanjutkan makanku, aku meliriknya yang sudah usai. "Duluan aja kak, aku kalau makan lama" kataku merasa segan. Entah sejak kapan juga malah jadi manggil dia 'Kak'.

"Gapapa gue tungguin"

Aku melanjutkan makanku.

"Apaansih?" aku melirik kak Abi yang memprotes Aldi.

"Balik sana" katanya.

Aku diam saja seolah tidak tau, hingga kak Abi benar-benar meninggalkan kami berdua.

"Udah" kataku berdiri dan diikuti olehnya.

Aku mengikutinya dari belakang, bukan karena takut dilabrak atau yang lainnya toh kalau dia populer pasti aku tau dengannya. Ini sudah tahun keduaku di sekolah ini dan aku baru tau dengannya. Aku gugup, untuk apa mengantarku sampai kelas? Aku bisa sendirikan. Lalu mengapa aku juga tidak menolak? Dasar lemah.

"Sini samping gue" katanya membuatku kaget. Jantung gue kok gak kuat banget sih.

Dia memundurkan langkahnya mensejajarkan denganku karena tidak ada jawaban. Aku menarik napas gugup. Sedari tadi aku hanya bisa mengatakan gugup saja.

Pintu kelasku, aku memandanginya bagai cahaya di kegelapan, seolah aku kini tengah tersesat.

"Udah sampe ni Kak, makasih banyak ya" kataku bergegas mendahuluinya. Tapi tanganku malah ditarik olehnya.

Shit jantung gue.

"Kenapa kak?" tanyaku, yaampun tangannya hangat sekali.

"Gue... Boleh minta kontak lo?" tanyanya.

OMG, pengen sujud syukur akutu mendengarnya.

"Bb...boleh kak" dia memberikan ponselnya padaku. Aku buka salah satu aplikasi chatnya dan meng-add kontakku. Sekilas aku lihat histori chatnya, syukurlah tidak ada cewek atau hal aneh lainnya. Hehe kesempatan ini mah.

"Ini kak, sekali lagi makasih ya" kataku menyerahkan ponselnya. Bangsat, dia membalasnya dengan tersenyum sangat manis.

Aku berlari masuk ke dalam kelas dan menemukan Rani yang juga sedang senyum-senyum gak jelas. Aku langsung memeluknya karena kegirangan.

"Gila gila gila, makasih banyak, makasih banyak Ran"

"Kenapa lu?"

"Gils Aldi minta kontak gue"

"Trus?"

"Berarti Aldi tertarik sama gue kan?" tanyaku juga bingung.

"Belum taulah, siapa tau dia mau menjalin hubungan silaturahmi aja sama lo" iya juga. Ah, aku jadi lemes lagi.

Mungkinkah....

***

Sumber: Pinterest

Uwuw notes:

Please ya gak lo aja anak au di dunia- marqulee

Follow aja si marqulee walaupun gaada work, dia tu 11 12 gilanya sama aku 😂

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 124K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
460K 52.3K 34
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
4.8M 255K 57
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...