Selamat siang...
Dirumahnya banyak daging gak?? Hehe
Yu sebelum baca klik vote dulu, kalau nau kasih komen juga yah..
Cuss.
■■■
Renata melepas masker dan Hoodie nya setelah mereka sampai ditempat Diani, mereka menghela nafas lega karena terbebas dari orang suruhan Daddy Renata.
"Gila anjir kita kaya buronan aja yang dikejar polisi, tapi seruuu!!" Ucap Diani heboh.
Pasalnya dia memang menyukai hal yang berbau action, dan kejadian tadi menurut nya sangat fantastis.
"Gue salut sama aktingnya Novi, dia pinter banget bohongnya." Celoteh Diani.
Novi dan Renata hanya menggelengkan kepalanya mendengar celotehan Diani.
"Tapi bentar deh." Ucap Novi dan membuat Diani menghentikan celotehannya.
"Gue heran kenapa tadi orang suruhan itu terlihat santai terus enggak maksa kita buat jawab siapa teman kita yang udah pulang itu, kok gue ada yang ganjil yah sama sifatnya." Lanjut Novi.
"Lo jangan nakutin gue Nov." Ucap Diani.
"Ahh mungkin cuma perasaan gue aja kali." Jawab Novi.
Renata terdiam memikirkan semua perkataan Novi, tidak seharusnya Rio akan mudah pergi tanpa mendapatkan jawaban lebih. Apa mungkin dia merencanakan sesuatu ? Tanya Renata.
"Lo bener Nov, pasti mereka merencanakan sesuatu." Diani dan Novi menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Gue takut pas tadi kita pulang mereka ngikutin kita." Ucap Renata takut.
"Yaudah mendingan kita segera pergi dari tempat ini, jangan sampai mereka tahu keberadaan Lo Mel." Usul Novi dan dibalas anggukan oleh Renata dan Diani.
Mereka pun mulai bersiap membawa barang masing-masing terutama Renata, setelah Diani mengunci pintunya mereka pergi kearah parkiran tempat mobilnya berada.
"Lo duduk dibelakang Mel." Renata mengangguk dan menuruti perkataan Novi.
Mobil pun mulai bergerak dengan Diani yang berada dibalik kemudi, Novi menyuruh Renata untuk berbaring dibangku belakang karena kaca mobil Diani yang tembus pandang.
Saat didepan gedung, mereka melihat dua mobil berada didepan gedung.
"Mobil siapa itu ?" Tanya Novi heran.
"Bentar deh, mobilnya mirip kaya mobil yang dibawa orang suruhan yang cari Lo deh Mel." Jawab Diani.
"Beneran? Terus gimana dong. Pasti mereka udah tahu keberadaan gue." Ucap Renata panik.
"Lo tenang aja mereka ga bakal tahu ada Lo disini, sekarang Lo tenangin diri Lo." Jawab Novi.
Tujuannya kali ini adalah rumah Novi karena disitulah tempat yang aman menurut mereka, namun saat mobil sudah berada dijalan raya tiba-tiba beberapa mobil hitam berada dibelakang mobil mengikuti mereka.
"Shit mereka ngikutin kita anjir." Umpat Diani.
"Kayaknya mereka udah tahu." Lanjut Diani membuat Renata semakin panik.
Salah satu mobil hitam itu menjajarkan mobilnya dengan Diani dan menggiring mobil Diani untuk belok menuju jalan yang sepi.
"Sorry Mel." Ucap Diani sendu setelah mobil mereka berhenti dijalan yang sepi karena dihadang oleh tiga mobil sekaligus, Diani gagal untuk menjaga sahabatnya.
"Gak papa Di, ini bukan salah Lo. Makasih banyak buat kalian karena udah mau bantuin gue yah, mungkin udah ini mereka bakal marah dan bawa gue pulang yang gue gak tau dimana tempatnya." Ucap Renata setelah kembali mendudukkan tubuhnya dibangku.
"Gue gak mau kehilangan Lo Mel." Lirih Diani dengan mata yang berkaca-kaca.
"Gue juga gak mau kehilangan kalian semua, tapi mungkin ini udah takdir gue, tenang aja gue pastiin setelah ini kita bakal ketemu lagi oke." Merekapun saling berpelukan menumpahkan air mata.
Renata menatap mobil hitam itu yang terbuka lalu terpampanglah kedua orang tuanya dan Revan serta anak buahnya yang tadi dia lihat.
"Kalian diem disini, biar gue yang keluar. Inget jangan sampai keluar, kalau gue udah pergi Lo langsung pulang yah. Jangan nungguin gue." Perintah Renata.
"Enggak kita bakal bantuin Lo Mel, kita gak bakal pergi ninggalin Lo." Bantah Novi.
"Tenang aja mereka gak bakalan nyakitin gue kok, gue takut mereka bakal marah ke kalian jadi kalian langsung pulang oke." Ucap Renata tegas.
"Tapi Mel—"
"Gue gak mau tahu pokoknya kalian harus pergi dari tempat ini. Gue bakal hubungin kalian, oh iya gue mau Lo kasih tahu bang Satya yah biar mereka gak khawatir. Sekarang gue keluar see you guys." Potong Renata dan keluar dari mobil Diani.
Awalnya Diani hanya diam tak menjalankan mobilnya namun melihat senyuman lembut Renata membuat Diani mulai menjalankan mobilnya dan pergi meninggalkan Renata dengan air mata yang keluar.
Senyum Renata menghilang saat dia menatap kearah orang tuanya yang menatap dia tajam. Namun bukannya takut, Renata malah membalas tatapan tersebut tak kalah tajam.
Langkahnya menjauh saat Vienna mendekat kearahnya, namun langkahnya terhenti saat para pengawal sudah berada dibelakangnya membuat dirinya tidak bisa kabur.
Langkah Vienna semakin mendekat dengan tatapan yang sangat tajam, Renata yang melihat itu membalas tatapan itu tak kalah tajam dia tidak bisa menghindar dari ibu kandungnya karena para pengawal yang berada dibelakangnya.
Saat jarak mereka berjarak dua langkah tiba-tiba
Plakk
"Aunty!" Panggil Revan.
Renata terkejut atas perlakuan ibu kandungnya yang sudah menampar pipi kirinya membuat pipinya memerah dan sudut bibirnya yang berdarah.
Selama ini tidak ada yang pernah menamparnya sekalipun Bunda dan Ayahnya tapi lihatlah sekarang ibu kandungnya sendiri yang telah menamparnya.
"Apa yang kau lakukan aunty? Dia putrimu, pantaskah seorang ibu menampar putri kandungnya sendiri." Ucap Revan setelah mendekat kearah mereka berdua.
Vienna langsung tersadar dengan apa yang telah dia lakukan, fikirannya kacau tadi karena melihat putrinya akan kembali pergi darinya dan sekarang dia sangat menyesal.
Renata masih terdiam dengan tangan yang menyentuh pipinya yang sakit saat disentuh dan menatap nyalang ibunya.
"Dia bukan ibuku."
■■■
See you next part guys...
Yu kunjungi work saya yang lain.
1. FATE [END]
2. INFATUATION