DESTROYED [END]

By lemamelia19

261K 15.3K 290

Tubuhku menegang saat kurasakan seseorang pria bertubuh tegap memelukku erat. " Aku merindukanmu Nathalie. "... More

Project Holiday
CAST
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
NOT UPDATE
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
ENDING
INFATUATION
SEASON 2
TAKE ME
TOLONG BACA..

Part 29

2.9K 219 6
By lemamelia19

Selamat soreee

Semoga puasa kalian yg lagi puasa lancar yahh...

Cuss ahh

◆◆◆

"kami semua keluarganya, jadi dokter bisa langsung jelaskan saja kondisi Nata." Ucap Revan.

"Baiklah, kondisi anak kalian menurun karena tidak adanya asupan yang masuk kedalam tubuhnya membuatnya pingsan. Sepertinya dia tidak makan dalam waktu yang cukup lama. Kami akan memberikan obatnya agar dia cepat pulih dan pastikan agar dia tidak stres." Jelas dokter itu.

"Terakhir dia makan kemarin siang karena dia tertidur saat jam makan malam." Ucap Revan.

"Dia memiliki penyakit maag." Lirih Lani yang masih bisa didengar oleh semua orang.

"Itu alasannya kenapa dia pingsan. Dia harus di rawat beberapa hari dirumah sakit ini agar tubuhnya kembali sehat." Ucap dokter.

"Pindahkan dia diruangan VVIP." Pinta Cris.

"Baiklah, kami akan mengurusnya jika kalian sudah mengurus administrasinya. Kalau begitu saya permisi." Pamit dokter itu.

Pintu ruangan terbuka dan terlihat Renata yang masih terbaring diatas ranjang dengan mata yang masih tertutup rapat. Mereka semua mengikuti perawat yang mendorong ranjang Renata kedalam sebuah ruangan yang paling mewah di rumah sakit ini.

Perawat itu pamit setelah memindahkan tubuh Renata yang tertempel selang infus ditangan kanannya ke kasur empuk yang berada diruangan itu.

Mereka semua menatap Renata dengan pandangan yang sama yaitu sedih.

Lani dan Vienna mendudukkan tubuhnya dikursi yang berada di kanan kiri ranjang Renata. Mereka masih menatap Renata tanpa ada yang mengalihkan pandangannya berharap Renata membuka matanya.

"Bangunlah sayang, kami semua menunggumu." Lirih Lani dengan tangan yang mengusap lembut kepala putrinya.

"Kalian semua belum sarapan ?" Tanya Lani dan dibalas gelengan kecil oleh semuanya.

"Satya tolong belikan sarapan di kantin rumah sakit ini." Satya menganggukkan kepalanya menerima permintaan dari sang bunda.

Mereka semua hanya terdiam masih menatap kesumber yang sama, tidak ada yang mau memecahkan keheningan tersebut sampai kembalinya Satya dengan beberapa kantung plastik yang berada ditangannya.

"Baiklah sebaiknya kita makan saja terlebih dahulu." Ucap Lani.

Mereka semua pun mengikuti perkataan Lani kecuali Revan yang masih bergeming ditempatnya.

"Makan lah nak." Ucap Lani lembut.

"Aku tidak lapar." Jawab Revan dingin.

"Setidaknya sedikit, jangan sampai kau ikut jatuh sakit karena tidak mau makan. Jika kau sakit kau tidak akan bisa menjaga Nata." Ucapan Lina membuat Revan merubah fikirannya dan menuruti perkataan Lani.

Tiga jam kemudian.

Renata meringis merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri. Tangannya terulur untuk mengusap kepalanya pelan namun tidak bisa, tubuhnya sangat lemah sekarang.

Renata membuka matanya perlahan dan cahaya langsung masuk kedalam retinanya membuatnya mengerjapkan matanya beberapa kali.

Renata mengalihkan pandangannya ke sekeliling dan melihat kedua orang tua kandung dan angkatnya, bersama kakaknya juga Revan yang sedang menatapnya.

"Akhirnya Nata bangun, Bunda sangat mengkhawatirkan mu sayang." Ucap Lani lega.

"Apa yang kamu rasakan sekarang honey ?" Tanya Vienna lembut.

Renata merasakan tenggorokannya yang kering sehingga dia tidak bisa berbicara dengan benar.

"A- air." Lirih dengan suara seraknya.

Vienna yang mengerti bahwa Renata sedang kehausan langsung mengambil gelas berisi air yang berada dekat dengannya.

Lani membantu untuk membangunkan tubuh Renata agar dapat meminum airnya dengan mudah, Renata pun meminum air itu dengan bantuan sedotan.

Setelah air itu tersisa setengah gelas, Lani kembali membaringkan tubuh Renata perlahan. Renata hanya terdiam tanpa mau membuka mulutnya.

"Panggilkan dokter." Perintah Cris.

Lani menekan tombol yang berada dipinggir ranjang. Tak lama dokter pun datang untuk memeriksa Renata.

"Apa ada yang sakit ?" Tanya dokter itu kepada Renata.

"Kepalaku sakit sekali, dan tubuhku sangat lemas hingga sulit digerakkan." Keluh Renata.

"Baiklah kami akan memberimu obat agar tubuhmu merasa lebih baik agar kamu bisa makan." Dokter itupun menyuruh suster wanita untuk menyuntikkan sesuatu kedalam infusan Renata.

"Obat itu akan membuatmu tertidur, tubuhmu akan lebih baik saat kamu terbangun nanti." Ucap dokter itu.

Renata kembali merasakan rasa kantuk yang dirasakannya, tak lama Renata kembali tertidur dengan lelap.

Revan menggenggam tangan gadisnya yang tidak dipasang infus dengan erat. Saat ini hanya ada dia diruangan ini, mereka semua berpamitan pulang untuk membersihkan badan mereka dan akan kembali saat malam tiba.

Sedangkan Revan, dia memilih untuk tidak pulang dan meminta Zack untuk membawa baju gantinya agar bisa membersihkan tubuhnya dikamar mandi yang ada diruang rawat Renata.

Revan menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang terjadi. Seharusnya dia tidak membawa gadisnya ke kantor Cris, seharusnya dia memberikan makan malam untuk gadisnya agar penyakit maag nya tidak kambuh dan seharusnya dia menemani gadisnya saat sedang tertidur.

Tapi itu adalah angan-angan yang hanya bisa disesali oleh Revan saat ini. Revan menghembuskan nafasnya kasar.

"Eenghh." Erang Renata.

Revan menatap Renata yang sedang mengerang kesakitan dikepalanya, Revan langsung mengarahkan tangannya untuk mengelus kepala Renata lembut.

Renata membuka matanya perlahan dan melihat Revan yang sedang mengelus kepalanya, membuat rasa sakit yang Renata rasakan berangsur-angsur menghilang.

Renata menatap Revan tanpa mengeluarkan suara dan tanpa menghentikan usapan yang diberikan Revan. Renata merasakan kenyamanan saat tangan itu menyentuhnya, membuatnya enggan untuk menghentikannya.

"Maafkan aku." Lirih Revan.

Renata hanya menatap Revan tanpa menjawab perkataannya. Dia melihat tepat pada kedua bola mata Revan untuk melihat kebohongan namun yang dia lihat hanyalah rasa sesal dan luka.

"Aku tahu kamu marah kepadaku, tapi aku ingin kamu mendengarkan penjelasanku dulu. Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang aku ingin kamu memakan makananmu agar tubuhmu membaik."

Renata hanya menatap Revan datar tanpa menjawab perkataan Revan.

Revan membenarkan ranjang Renata menjadi lebih tinggi agar Renata lebih mudah untuk memakan makanannya.

Renata hanya diam melihat Revan yang sedang membuka plastic sanitation yang menutupi bubur agar tetap hangat. Saat Revan menyodorkan sendok yang terdapat bubur diatasnya kearahnya, Renata langsung memalingkan wajahnya.

"Makanlah agar tubuhmu kembali pulih, setidaknya sedikit." Pinta Revan.

Renata membuka mulutnya menerima suapan yang diberikan Revan, sebenarnya dia tidak ingin disuapi oleh Revan namun tubuhnya masih lemas.

Setelah bubur yang berada di mangkuk itu tinggal setengah, Renata langsung menggelengkan kepalanya tanda menyudahi makannya. Revan menyodorkan gelas yang berisi air dan sedotan kepada Renata.

Keadaan hening setelah Renata selesai dengan makanannya. Namun suatu hal terlintas dipikiran Renata.

"Kenapa kalian ingin membawaku pergi ?" Tanya Renata pelan.

"Semua yang kamu dengar kemarin tidak semuanya benar." Ucap Revan.

"Awalnya aku memang bekerja sama dengan orang tua kandung mu untuk membawamu pulang. Tapi itu dulu, sebelum aku mengenal dirimu. Dan ternyata kamu lebih spesial dari dia membuat fikiranku berubah. Sekarang aku hanya ingin kebahagiaanmu bukan keberadaanmu yang harus berada di sisiku." Lanjut Revan.

"Siapa dia yang kau maksud ?" Tanya Renata.

"Dia adalah Nathalie, kakak kembarmu. Aku akan menceritakan semuanya kepadamu."

"Aku dan dia dijodohkan karena orang tua kita yang bersahabat dari dulu, awalnya kami tidak saling mencintai satu sama lain namun lama kelamaan perasaan itu muncul di hati kami. Akhirnya kami mulai menerima perjodohan ini, namun seminggu sebelum pertunangan, kecelakaan itu terjadi. Dimana dia kehilangan nyawanya." Lanjut Revan.

"Tunggu." Sentak Renata.

"Kau memiliki hubungan dengan saudari kembar ku. Itu artinya kau hanya ingin melihat dirinya dalam diriku." Lanjut Renata dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tidak, deng-" ucapan Revan terpotong oleh Renata.

"Ouhh sekarang aku tahu alasan kau melakukan semua hal itu kepadaku. Saat kau memelukku didepan semua murid dan memanggilku dengan Nathalie padahal kita baru saja bertemu dan sifat pedulimu padaku yang ternyata itu hanyalah palsu." Ucap Renata dengan air mata yang mulai mengalir.

"Tidak bukan begitu, dengarkan aku dulu." Bantah Revan.

"Kau hanya ingin mengobati rindumu pada saudari kembar ku melalui diriku bukan? karena wajah kami yang sama. Haa! Untuk pertama kalinya aku merasakan perasaan sayang terhadap lelaki dan ternyata aku hanya dijadikan PENGGANTI oleh orang yang kusayang. Hebat sekali." Ucap Renata dengan tertawa hambar.

"Tidak kau salah." Bantah Revan.

"Tidak kau yang salah, aku adalah Renata bukan Nathalie. Sekali lagi kutegaskan namaku Renata bukan Nathalie." Teriak Renata dengan isakan tangisnya.

"Lepaskan aku, pergi dari sini." Renata meronta karena Revan yang memeluknya erat.

"Kumohon dengarkan aku dulu, semua pernyataan yang kamu ambil salah." Ucap Revan.

"Tidak jangan memelukku, aku bukan Nathalie lepas." Teriak Renata dengan tangis yang semakin kencang.

Pintu terbuka dan terlihat kedua pasangan suami istri dan Satya yang berada disana.

"Kenapa Nata ?" Tanya Satya yang melihat adiknya yang terus meronta dalam pelukan Revan.

"Lepaskan aku, jangan memelukku aku bukan Nathalie. Aku Renata, Lepaasss." Teriak Renata dengan tangisannya.

"Lepaskan adikku." Satya langsung mencoba untuk melepaskan pelukan Revan kepada adiknya.

"Lepaskan dulu pelukanmu, Nata sedang tidak ingin dipeluk olehmu. Sebaiknya kau keluar dulu biar kami menenangkan Renata dulu, baru kau bisa kembali." Ucap Garry yang kasihan melihat putrinya yang terus meronta.

Revan pun melepaskan pelukannya mendengarkan perkataan Garry. Renata langsung memeluk Satya yang berada didekatnya erat dan terisak dipelukannya.

"Aku tidak mau melihatnya, suruh dia pergi." Lirih Renata.

Revan yang mendengar itu menghela nafas frustasi dan menjambak rambutnya kasar. Revan pun meninggalkan ruangan dan duduk di kursi tunggu yang berada didepan ruangan gadisnya.

Revan memukul tembok sekuat tenaga membuat jari-jarinya meneteskan darah, dia marah dan kesal pada dirinya sendiri.

Tubuh Revan meluruh kebawah dan terduduk dilantai yang dingin. Dia menundukkan kepalanya tanpa menghiraukan tangannya yang meneteskan darah segarnya.

◆◆◆

Ahh ceritanya makin gaje gak sihh??? 😯

Yasudahlah saya harap kalian masih stay yahh..

Jangan lupa buat vote Dan comment.

Continue Reading

You'll Also Like

792K 86.2K 53
Anjelly mengusulkan 3 syarat utama pada perjanjian pra-cerai yang harus disetujui Anam. Tujuannya adalah mendapatkan apa yang selama ini Anjelly damb...
1.4M 85.4K 74
[TAMAT] Take Me to Your Heart series #1 "Kau akan menjadi istriku selama aku menginginkannya. Kau tak berhak mempertanyakan kehidupan pribadiku." Flo...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.8M 141K 23
Penyesalan memang selalu datang terlambat, itulah yang Morgan rasakan setelah bercerai dengan Gwen.